Liliana Verse
Aku mendengar ada suara gaduh dari arah luar kereta.
"Apa yang sedang terjadi sih? Ribut sekali mereka, aku jadi tidak bisa tidur tenang".
Aku mendiamkan saja mereka, tapi kalau aku sudah marah besar aku bakal memarahi meraka semua. Semakin lama suara mereka sangat menganggu ku. Pada akhirnya aku keluar dan membuka pintu kereta, melihat keluar dan terkejut.
"Aku terkejut", ada hewan yang sangat berbahaya sedang berada di depan ku. Mereka mengarahkan ekornya pada ku, aku keluar dan melompat kesamping.
Terlihat mereka hanya mau menyerang ku, karena setelah aku keluar dari kereta, tak ada satu pun dari hewan tersebut yang berusaha menghancurkan kereta. Pelayan Raffin pun datang ke arah ku.
"Nona, Nona Liliana apakah anda baik-baik saja. Segeralah bersembunyi, aku akan melindungi Nona".
Pelayan Raffin adalah mantan seorang ksatria, jadi dengan kemampuannya itu, ia melindungi diri ku.
"Nona, tetap berlindung di belakang ku, hati-hati jangan sampai terkena ekor mereka".
"Raffin, ada apa ini?"
Saya juga tidak tahu nona. Tiba-tiba saja mereka datang menyerang kita.
Lalu seekor hewan itu datang menyerang Raffin, aku berlindung di belakangnya. Segera saja aku berlari ke arah dekat hutan.
Tampaknya di sekitar hutan ini, makhluk itu tidak akan datang menyerang.
Nona, berlindung lah di dalam kereta, aku akan menggunakan mantra sihir untuk melindungi kereta.
"Baik, Raffin".
Segera saja aku berlari ke arah kereta yang berada dekat dengan hutan. Raffin datang melindungi ku. Lalu ia membacakan mantra untuk melindungi kereta ini. Aku melihat Kesa yang bertugas sebagai kusir kereta kuda kami berlindung di bawah kereta kuda ini.
Setelah itu aku masuk ke dalam.
"Nona, saya akan memanggil nona jika pertarungan kami selesai".
"Raffin, tolong jaga dirimu".
"Baik Nona", saya akan berjuang melindungi nona dan membawa nona pulang dengan selamat.
Dia pun menutup pintu kereta.
Tak lama kemudian, aku mendengar suara seseorang yang mengetuk pintu kereta kuda.
Dengan perlahan aku membukakan pintunya, terlihat di hadapan ku seorang pria muda, yang kedua kakinya terlihat seperti kaki seekor kambing dan memiliki tanduk di kepalanya. Ia berbicara pada ku.
"Hei, Manis mau kah kau ikut dengan ku".
Dengan sikapnya yang sopan aku tersanjung, walaupun tubuhnya seperti itu tapi ia memiliki penampilan tinggi dan wajah yang menarik.
Aku langsung menolak dan mengusirnya.
"Tidak!", aku tidak mau ikut dengan mu pergi sana dasar binatang.
Dia terdiam dan menundukkan kepalanya. Dengan senyum yang di paksakan ia kembali membujuk ku.
"Aku tetap tidak akan mau ikut dengan mu!"
"Baiklah, kalau memang kamu tidak mau diperlakukan dengan cara halus, tidak ada cara lain selain memperlakukan mu dengan cara kasar".
Tampaknya ia marah pada ku, lalu dengan cepat, tangan nya memukul pundak ku, aku jatuh dan pingsan lalu samar-samar aku melihat dia mengendongku di pundaknya. Tanpa bisa berkata-kata aku melihat Raffin dan yang lain sedang berjuang menghadapi hewan yang menyerang kami dan kusir yang diam dan telungkup menghadap ke bawah tanpa bisa melihat bahwa aku telah dibawanya. Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa aku telah di bawa olehnya, karena ia bergerak sangat cepat.
Aku sudah tidak tahu apa yang dia lakukan dan dia membawaku kemana, karena aku sudah tidak bisa melihat apapun, pada saat itu, aku sudah tidak sadarkan diri.
Perlahan - lahan ku buka mataku, aku melihat ke arah langit-langit terlihat dinding gua. Aku bangkit dan duduk sekarang, aku sudah berada di sebuah gua yang tampaknya di buat olehnya.
Berusaha bangkit dan kabur darinya, namun aku dicegat oleh sekelompok hewan yang sangat berbahaya. Seekor serigala besar.
"Ini, serigala ini adalah serigala yang berbahaya. Kenapa bisa ada di tempat ini?"
HAHAHA, kau mencoba lari rupanya.
Aku terkejut dan melihatnya di depan ku. Pria yang waktu itu.
"Ada apa kau takut dengan nya. Dia adalah anak buahku, ia akan menuruti semua perintahku".
"Siapa kau dan dimana ini?"
Hahaha, sabar-sabar, tenang saja, aku pasti akan menjawab mu, tapi kau harus menenangkan dirimu dulu.
"Jawab aku sekarang!"
"Baik-baik". "Kau saat ini sedang berada di dalam gua ku di hutan terlarang!".
"Hutan Terlarang? Untuk apa kau membawaku kesini?"
"Hai manis, apakah kau tidak mau menjadi kekasih sang raja hutan?".
"Kekasih?"
"Ya kekasih", mulai hari ini kau adalah ratu ku, dan akan menjaga hutan ini bersama dengan ku.
"Tidak, Aku Tidak Mau!"
Apakah kau lupa dengan makhluk ini?
Seekor hewan yang sama; yang menyerang kami, melangkah masuk ke dalam gua dari belakang pria itu.
"Ini?"
"Iya, kau tahu kan betapa berbahayanya makhluk ini. Belum lagi serigala besar yang ada di depan mu ini.
"Kau, siapa kau sebenarnya?"
Bukankah sudah kukatakan, bahwa aku adalah raja hutan ini, seorang yang menjaga seluruh hutan yang berada disini. Semua hewan - hewan tersebut aku lah yang mengendalikan mereka.
"Kenapa, untuk apa kau berbuat demikian, kenapa kau menyerang kami?"
"Hei gadis manis, aku tertarik dengan aura mu, mulai saat ini kau akan menjadi ratuku".
"Lepaskan, lepaskan aku!"
Tentu saja aku tidak bisa melepaskan mu, wahai ratuku, saat ini aku sudah jatuh cinta padamu. Bagaimana mungkin aku melepaskan mu. Jika aku telah menemukan pujaan hati ku. Apakah mungkin akan ku lepaskan begitu saja, karena aku juga sudah mengorbankan beberapa dari kawanan mereka.
"Aku tidak peduli, aku tidak akan mau tinggal denganmu, apalagi menerima mu!".
"Baiklah, jika sikap mu masih seperti ini, mungkin lebih baik aku meningalkan mu sendiri dengan mereka", aku juga tidak ingin memaksamu.
"Kalian, jaga dia".
Ia lalu pergi meninggalkan ku dengan hewan itu, seekor serigala neraka.
Aku tersadar, jika berdasarkan atas pengakuannya bahwa dirinya adalah sang penjaga hutan ini, dan hutan ini adalah hutan terlarang maka dia pasti adalah.
Aku pun berteriak memanggilnya, lepaskan aku hai:
"ROH HUTAN!"
Ia sempat berhenti dan terdiam, lalu pergi meninggalkan ku tanpa menghiraukan ku.
*****
Apakah kita tidak memiliki petunjuk kemana nona muda pergi? (Kepala Ksatria).
Aku juga tidak tahu, aku pada saat itu sedang fokus bertarung. (Pelayan).
"Ah, Kesa, saat itu bukannya kamu berlindung di bawah kereta kuda, tidakkah kamu melihat Nona Liliana pergi kemana?". (Pelayan)
Maafkan saya, saya pada saat itu begitu ketakutan dan tidak memperhatikan sekitar.
Lalu apa yang harus kita lakukan saat ini, tidak mungkin kita bisa melaporkan bahwa Nona Liliana menghilang! (Kepala Ksatria).
"Maaf sebelumnya, bila aku menganggu pembicaraan ini, mungkin aku tahu kemanakah Nona Liliana".
Aku pun menegur mereka yang sedang membahas tentang menghilangnya Nona Liliana.
Mereka melihat ke arah ku dan dengan kompak menjawab.
"Benarkah?" x6
Tampaknya mereka sangat ingin tahu dimana Nona Liliana berada.
Dengan ke dua tangan ku, aku menenangkan kehebohan mereka.
"Ehm, Baik-baik aku tampaknya tahu kemana Nona Liliana, tapi aku juga tidak tahu pasti apakah kita akan menemukannya, itu sebabnya aku tidak yakin apakah ini dapat membantu".
"Hmm, jika memang kamu tahu dimana Nona Liliana berada saya akan sangat berterimakasih pada mu. (Pelayan)
"Ah, tidak perlu.
"Baiklah, segera kamu beritahu kami kemana Nona Liliana. (Kepala Ksatria)
"Baik, jika dugaanku benar, ada seseorang yang telah menculik Nona Liliana pada saat kita bertarung tadi, dan menurut asumsi ku dia membawanya ke dalam hutan".
"Kedalam Hutan?" (Pelayan)
"Itu benar, jadi satu-satunya pilihan kita adalah mencarinya ke dalam hutan ini, dan berharap kita bisa menemukan jejaknya".
Jika memang benar Nona Liliana di culik oleh orang yang tidak di kenal dan di bawa kedalam hutan, sebaiknya kita harus segera mencarinya. (Kepala Ksatria)
Apakah kamu yakin dengan dugaan mu ini? (Pelayan)
"Aku yakin sekali".
"Baiklah, karena aku juga tidak bisa menemukannya berada di dalam kereta; dan karena tidak mungkin kita tidak melakukan apa-apa, aku akan menerima pendapatmu.
"Mari kita mencari Nona sekarang!" (Pelayan).