Chereads / Classic Fantasy Story / Chapter 4 - Daily Life (4)

Chapter 4 - Daily Life (4)

Akademi Pelk

Akademi yg didirikan oleh Kerajaan Agung Zelinia dibawah naungan Viscount Robert Floss. Akademi ini mencakup pembelajaran tentang ilmu pengetahuan, dasar sihir, ilmu bertahan hidup, dan ilmu bela diri.

Akademi Pelk hanya di peruntukan kepada anak-anak Desa Pelk jadi materinya pun disesuaikan dengan keadaan Desa Pelk. Bila murid lulus dan ingin belajar materi tingkat lanjut maka mau tidak mau dia harus pergi ke Akademi lanjut yang berada di ibukota Kerajaan Agung Zelinia, yaitu ibukota Zelinius. Namun masuk ke Akademi Zelinius adalah hal yang sangat sulit bahkan hal yang mustahil bagi masyarakat desa seperti Desa Pelk.

Bukan hanya soal biaya namun penyeleksiannya pun sangat sulit. Karena calon murid yg akan masuk harus memiliki Skill tertentu dan memiliki kompatibilitas tinggi dengan Mana.

Setiap manusia memiliki tingkat kompatibilitas dengan Mana yang berbeda. Dan bila tanpa bakat alami maka satu-satunya hal yang dapat menunjang kompatibilitas Mana adalah garis keturunan. Keturunan para penyihir dan petarung hebat cenderung memiliki keturunan yang memiliki kompatibilitas lebih tinggi dari manusia biasa. Hal ini juga sama dengan Para bangsawan di Kerajaan Agung Zelinia.

Raja pertama Kerajaan Agung Zelinia, Gerdas Dicht Zelinia adalah seorang Grand Mage yang dikenal sebagai salah satu manusia terkuat pada masanya. Sehingga Keluarga Kerajaan juga memiliki tingkat kompatibilitas Mana yang luar biasa. Dan dari hal itu Pangeran dan Putri dari Keluarga Kerajaan selalu menempati posisi tinggi di Akademi Zelinius. Maka dari itu Akademi Zelinius juga sering disebut dengan Akademi Elit Para Bangsawan. Karena 95% muridnya adalah keturunan darah biru. Benar benar sekolah elit!

▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼

Ugh... nafsu makanku hilang melihat Bob yang sedang memakan bekalku dengan lahap.

"Yum Yum. Enak!"

"Hm. Masakan Ibu Fer memang enak~"

"Hey.. Bukankah kalian tidak merasa malu memakan bekal orang lain dengan lahap tanpa melihat pemiliknya yang bahkan belum makan satu pun makanan di bekalnya?"

""Tidak?""

"..."

Sudahlah. Tidak ada gunanya meminta konsiderasi dari dua orang ini. Kenapa juga aku menawarkan bekalku pada mereka? Sigh.

"Uhm, ngomong-ngomong soal Ibu Fer. Bukankah ibumu berambut coklat? Tapi rambutmu berwarna biru? Aku selalu penasaran setiap kali melihat rambutmu, apa itu karena kamu mewarisi warna rambut ayahmu Fer?"

"Rambutku?"

"Ah iya iya. Aku juga penasaran. Maksudku rambut pirang Bob juga jarang tapi rambut birumu lebih jarang lagi! aku tidak pernah melihat ada orang lain yang mempunyai rambut sepertimu Fer."

"Hmm."

Ya wajar saja mereka penasaran karena di Desa Pelk hanya aku SATU-SATUNYA yang mempunyai rambut biru. Aku juga kadang bingung tapi ya mau bagaimana lagi.

"Kurasa ini bukan faktor dari ayahku. Aku masih ingat ayah punya rambut coklat dan kata ibu aku memang berambut biru dari lahir."

"Hoooo."

"Fer kurasa kamu harus tanya kembali pada ibumu. Tanya apa kamu benar anak kandung atau tidak?"

Twitch.

"Hoho berani sekali kau bicara seperti itu Bob."

Smiled.

"Eh? Kenapa tiba-tiba aku punya firasat buruk?"

Aku melihat Bob mulai merinding saat dia melihat senyumku. Aku menoleh ke arah Sera dan ternyata Sera juga tersenyum sepertiku. Hoho aku mengerti.

"Sera! Hajar dia!"

"Ok laksanakan!"

"Hee!? Kenapa begini lagi!? Kita baru saja istirahat!!"

Aku dan Sera serentak menyergap Bob yang sedang gelagapan. Aku heran dengan Bob, Apa dia tidak belajar dari pengalaman?

"E-eh stop! STOP!"

"Terlambat kawan~"

"Ampun! Maaf! Kumohon jangan, tolong Fer."

Beberapa saat kemudian....

"Huft huft.. Melegakan sekali kan, Sera?"

"Huft benar sekali, berlatih dengan Bob memang selalu menyenangkan."

"Ini bukan latihan! Ini PENYIKSAAN! Hiks hiks."

Bob menangis lagi setelah penyiksaan err.. maksudku latihan bersama.

"Hey sudah Bob, aku sudah tidak marah. Ayolah jangan menangis."

"Tapi masih sakit, hiks hiks..."

Aku menupuk Bob yang sedang membungkuk menangis. Dan tiba-tiba seseorang datang mendatangi kami.

"Wah kalian bertiga benar benar akrab ya? benarkan Enna?"

"Kurasa kamu tidak bisa menyebutnya 'keakraban' bila kamu melihat wajah Bob dengan seksama Elka."

Heh, ternyata si kembar datang.

"Ya 'keakraban' kita memang seperti ini."

"BOHONG!"

Bob. Maafkan aku. Sebenarnya aku memang suka menjahilimu.

Setelah itu kami pun mulai mengobrol sejenak dan melanjutkan latihan. Elka dan Sera berlatih bela diri bersama sedangkan aku, Bob, dan Enna melakukan meditasi.

bila dikategorikan dalam bakat aku hanyalah murid biasa tapi karena aku tidak ingin melakukan hal berat apalagi berlatih bersama Elka dan Sera aku lebih suka memfukoskan pikiran dengan meditasi.

Matahari pun mulai berada diatas kami tanpa kami sadari.

"Baiklah berhenti! Pelajaran untuk hari selesai dan jangan lupa untuk terus berlatih di rumah! Selesai!"

Sir Lucas menyatakan selesainya latihan hari ini dan kami pun menghelakan nafas lega. Murid yg lain juga bersiap-siap pulang termasuk aku.

Kuharap aku bisa segera merasakan Mana dan mengaktifkan Skill agar aku bisa bekerja menggantikan ibu.

Aku pun melangkah pulang sambil menikmati semilir angin menyambutku saat keluar gerbang akademi. Hari ini menyenangkan seperti biasanya.