"kakak"
pelan
"dek kamu sudah sadar"
memeluk
"kakak"
menatap
"deek"
menyentuh wajahnya
"ya ampun kak ini novel kali Bukan drama Korea, hadeeh panggil dokternya looh kak"
mulai kesal
"ooh iya ya yank, dek tunggu di sini yaa"
berlari keluar
aku yang sat itu mendekat ke tari perlahan dia yang terus saja menatapku, ya mungkin dia bertanya tanya siapa.
tak lama setelah itu dokter pun datang begitu juga dengan suamiku balri, dokter segera mengecek keadaan Tari dari mata, tangan dan juga kaki barulah dokter menjelaskan biasanya kalau orang yang baru saja bangun dari koma tubuhnya akan kaku atau ada kemungkinan lumpuh, Tapi menurut dokter dari semua pengecekan yang rutin kalau bisa dilatih secara perlahan perlahan Semua akan kembali normal hanya saja butuh kesabaran.
kami yang di situ saat itu pun merasa lega.
setelah itu aku menerima telepon dari Mama kalau anak kami menangis mencari cari.
"aku pulang ya, anak kita nyariin sampe nangis nangis, Kakak kalau mau di sini ya udah nggak papa"
membisik
"tari Kakak pulang dulu ya sampai jumpa besok"
pamitku dan pergi
Setibanya di rumah Aku mencari mama yang ternyata dibelakang menggendong anak kami
oh ya perkenalkan anak saya ini namanya arya yudi suseno umurnya masuk 5 tahun.
sebentar lagi dia akan masuk TK.
beberapa hari yang lalu aku sudah mendaftarkannya ke sekolah taman kanak kanak tak jauh dari sini syusur di awal kemarin dia senang dan lusa hari senin adalah hari pertamanya dan aku harus menemaninya selama itu.
walau di awal pertama menjadi seorang ibu itu sangat merepotkan apa lagi di awal awal aku masih harus kuliah tapi sekarang aku sudah lulus kuliah dan jadi lebih terbiasa bahkan menikmati masa masa ini.
tak lama setelah aku menemani anakku makan suamiku pulang dan aku langsung menanyai bagai mana keadaan aditari.
"gimana juga tari kak"
tanyaku
"hhmm dia baru bisa bicara dan jari jarinya masih bergerak sedikit"
sedih
"kok sedih kak kenapa"
bingung
"hhmm kata dokter, itu kemajuan yang bagus dan dalam 2 minggu kalau kemajuan pemulihannya secepat ini tari bisa cepat pulang"
jelasnya
"wah bagus dong kak"
ikut senang
"tapi sayaank"
sedih
"kenapa kak"
bingung
"hhmm gimana cara aku bilang ke tari kalau dia koma 5 tahun lebih terus lagi mama dan papa yang udah gak ada aku aku gak sanggup sayank, bagaimana sakitnya jadi dia yang rapuh itu"
terduduk sedih
"nanty kalau dia tanya alihkan aja dulu kak, kalau dia benar benar pulih baru kita bilang ya, ini memang menyakitkan kak tapi ini adalah fakta yang gak bisa kita bohongi kak, kita harus siapkan dia dan hatinya kak"
memeluk
"semoga aja dia bisa terima ya sayank aku gak mau lia dia jadi down karna ini, tolong bantu dia ya syank"
memeluk
"iya kak pasti"
mengecup pipinya
aku membantunya berdiri dan mengantar ke kamar untuk beristirahat begitu juga anakku,
begitu aku kembali dari kamar arya aku duduk di sambingnya melihatnya yang seperti ini membuat hatiku terasa sakit lebih baik dia jahil padaku dan akhirnya tertawa dari pada seperti ini dia harus memendam pikirannya sendri dan memilih untuk sedih.
memang benar apa yang ditanyakannya, adiknya yang sudah lama terbaring koma dan sekarang sudah sadar harus menerima kenyataan kalau akibat dari kecelakaan itu membuatnya harus tidur dalam waktu yang panjang yang lebih pahit lagi kecelakaan itu membuat kedua orang tuanya meninggal ya meninggalkannya untuk selamanya.
aku mungkin orang yang baru baru masuk dalam kehidupan Dia yang selama ini tidak pernah mengenalku mungkin merasa asing jika tahu kalau aku adalah istri dari kakaknya.
tapi bagaimanapun aku sudah yakin dengan Pilihanku sejak awal menerima Balri sebagai suamiku bagaimanapun dia ke depan mu begitu juga dengan keluarganya.
aditari adalah satu-satunya keluarga dari suamiku dan aku sebagai kakak ipar yang walaupun aku sadar dia belum mengenalku, tapi aku sudah meyakinkan diriku dari dulu Aku siap untuk menjadi kakak perempuan, Aku siap menjadi pengganti bagi ibu walaupun sosok seorang ibu itu tidak pernah tergantikan.
Aku akan mencintaimu seperti aku mencintai anakku aku akan mencintaimu seperti aku mencintai seorang adik, bertahun tahun seorang remaja yang harus tertidur dan ketika dia bangun dari tidurnya yang panjang terima kalau dia sudah harus menjadi orang yang dewasa, siapapun pasti tidak akan pernah menerima pada awalnya tapi seiring dengan perjalanan waktu setiap orang harus kuat menghadapi kenyataan bagaimanapun keadaan kalau masih memiliki rasa syukur semua akan berjalan walaupun tak seindah yang diinginkan.
setelah seharian kami semua pun beristirahat untuk menyambut hari esok menjadi lebih baik.
Hari ini aku datang lagi ke rumah sakit untuk menjenguknya, aku membawakannya buah dan bunga untuk diletakkan di ruangan.
" pagi tari, Gimana keadaannya"
sapaku
"baik"
jawabnya dengan cuek
aku yang saat itu merasa sedikit kaget berusaha menerima kenyataan kalau memang dia belum bisa menerimaku
" Kamu udah sarapan"
tanyaku lagi
"udah"
cuek
"sabar yul sabaar"
dalam hati
"ooohh bagus deeh, Ini Kakak bawain buah dimakan ya"
menaruhnya di meja
"kak balri mana"
tanyanya
" dia masih ke kantor Pagi ini Sebentar lagi mungkin datang"
jawabku
"oh"
berbalik
" mohon bersabar mohon bersabar ini ujian"
dalam hati
aku yang saat itu merasa dikacangin mulai merasa bosan akhirnya aku pun bergerak untuk bersih-bersih merapikan barang-barang yang ada di situ.
"kamu pembantu"
saat itu aku yang masih tertunduk mengambil sesuatu di bawah merasa sakit sangat sakit seperti tertusuk panah, aku tak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulutnya mulut seorang gadis yang masih sangat muda aku berdiri dan berbalik menatapnya.
"pagi semua"
"ah kakak"
panggilnya senang
aku yang saat itu merasa sedikit sakit hati langsung keluar tanpa mengatakan apapun.
ketika aku terus berjalan tanpa melihat kebelakang tanganku ditahan dan ternyata itu suamiku sendiri.
"kamu kenapa sayank"
tanyanya
" kamu yang kenapa"
kesalku
"lah aku kenapa"
bingung
" kenapa kamu nggak bilang ke adik kamu kalau aku istri kamu Dia kira aku hanya pembantu,pembantu kak!"
kataku emosi
" maaf sayang aku belum ada bilang memang, Ya udah yuk kita langsung aku kenalin kamu ke dia"
ajaknya pelan
"hhmm ya udah"
anggukku
aku pun akhirnya masuk kembali
"dek kenalin ini istri kakak"
memperkenalkan
"hah istri"
kaget
" Sejak kapan kak menikah ?? bukannya kakak Masih kuliah ya Emang mama papa boleh in, Kakak gak usah aneh-aneh kakak jangan buat Papa Mama marah"
omelnya
" nanti semuanya kakak jelasin ya Yang penting kamu cepat pulih"
jawab balri
"ok!! Mama Papa sekarang di mana Aku mau bicara sama mereka"
tanyanya lagi
"hmmm itu, Mama Papa pergi jauh"
menunduk
"jauh!? ke mana, keluar kota atau ke luar negeri!? Kapan mereka akan pulang, kok cuman aku aja yang sakit??"
banyak tanya
" udah deh Tari yang penting kamu sekarang Cepat sehat cepat pulih cepat pulang semua kan kakak jelasin"
pergi
"kakak permisi ya dek cepat sembuh"
aku pun pergi mengikuti kak balri
aku yang saat itu harus mengejarnya Menghadang jalannya lalu memeluknya aku tak peduli orang melihat aku tahu yang dipikirkan suamiku dia bimbang Dia terluka dan dia tak tahu apa yang akan di katakan apa pada adiknya itu.
kami pun pulang, setelah hari itu setiap kali kami datang ke rumah sakit baik aku maupun Kak Balri selalu menghindar dari pertanyaan itu.
keadaan tari yang semakin hari semakin membaik membuat kami sangat senang juga sangat tegang.
di minggu pertama dia sudah duduk dan tangannya sudah bisa bergerak, di minggu ke-2 dia sudah belajar berdiri walaupun sekali-sekali jatuh karna kakakinya yang kaku sudah sangat lama tak di gerakkan di bantu kak balri juga suater,
di minggu ke-3 dia mulai belajar melangkah 1 langkah demi langkah dengan alat bantu di dampingi suster dan hari ini aku yang menemani dia karena Suamiku sedang sibuk di kantor.
terlihat jelas memang kalau dia tidak menyukaiku dari caranya yang sedikit tidak sopan dan kasar yang sering kali membuat aku sakit hati, tapi aku selalu ingat dia adalah adik dari suamiku satu-satunya keluarga yang masih dimiliki suamiku dan aku pun harus tetap menjaganya.
setelah cukup latihan hari ini kami pun masuk kembali ke ruangan karena hanya ada aku dan dia Dia terpaksa meminta tolong padaku untuk membantu naik ke tempat tidur tapi setelah itu dengan langsung dia menghempaskan tanganku dengan kasar.
"sabar yul sabaar"
dalam hati
sekarang sudah di Minggu ke-4 Dia mulai berjalan meraba dinding dan sering terjatuh aku yang selalu memperhatikannya memperhatikan perkembangan dan pergerakan dia yang semakin hari semakin membaik membuat aku merasa lega walaupun aku tahu dia tidak suka kalau aku ada di sampingnya.
di Minggu ke-5 dia sudah mulai berjalan dengan masih menyeimbangkan di minggu ke 6 dia sudah kembali dengan normal, aku dan kak balri segera menemui dokter mendengarkan semua penjelasan bahwasanya perkiraan kepulihan nya jangan lebih cepat dari dugaan dan besok dia sudah diperbolehkan pulang.
saat itu kami saling menatap saling mempersiapkan diri menerima bagaimanapun yang terjadi setelah kami menceritakan yang sebenarnya nanty kalau dia bertanya sesuai janji kami akan menjelaskan semua kalau dia sudah pulih.