Chereads / Artika family / Chapter 56 - sadar

Chapter 56 - sadar

di rumah sakit

aku dan balri menjenguk adiknya yang sudah lama koma namanya aditari mayasya,

sudah hampir 5 tahun dia terbaring di rumah sakit.

Kami selalu rutin menjenguknya satu bulan dua kali atau tiga kali dan dia punya perawat khusus yang selalu mengawasinya membersihkannya dan memberi kabar kepada kami.

kami yang baru tiba langsung duduk di sampingnya

"Dek mau sampai kapan kamu tidur seperti ini ayo bangun Kakak kangen banget sama kamu, Kakak sekarang udah menikah punya anak emang kamu nggak mau lihat kakak udah bahagia sekarang apa kamu nggak mau ikut merasakan kebahagiaan Kakak ini"

menangis

aku yang saat itu menatap suamiku yang meneteskan airmata tiap kali menjenguk adiknya yang masih tetap terbaring koma, sudah sangat lama bukan, kondisinya masih sama saja tidak banyak perubahan hanya rambutnya yang semakin panjang wajah cantiknya yang selalu pucat.

hampir setiap kali kami datang kemari aku selalu melihat Suamiku itu tertunduk dan menangis, dia selalu mengucap adiknya itu mengecup pipinya keningnya bahkan sampai pernah tertidur di sampingnya.

dibalik gagahnya suamiku Dia memiliki hati yang lembut dan bisa menangis di depan orang orang tersayangnya.

bagaimanapun menyebalkannya dia yang hampir setiap hari membuatku mengomel Tapi dari hatiku yang paling dalam Aku sangat mencintaimu aku sangat menyayanginya, Dia adalah cintaku dia adalah belahan dari jiwaku suamiku.

setelah cukup waktu kami menjenguknya tidak lupa kami berpesan pada perawat nya Apapun yang terjadi dia harus secepatnya mengabari kami Dan setelah itu barulah kami pulang.

aku pun menidurkan anak Menyiapkan makan siang untuk suamiku.

" yang aku kangen banget deh sama Tari"

ucapnya

" aku tahu Kak, karena setiap kali kita pulang dari menjenguk dia kata-kata itu selalu terulang"

mendekapnya lebut

" 4 tahun lebih, dia terus terbaring di situ Dia menghabiskan waktunya yang panjang hanya untuk di rumah sakit, tak seperti anak-anak yang lain seharusnya dia sekarang sudah sekolah di bangku SMA kapan dia akan bangun kapan kapan kapan"

mulai menangis

" Udah dong Kak kamu nggak bisa terus menyalahkan keadaan, kamu harus kuat kita harus tetap bersyukur kalau dia masih tetap ada bersama kita, teruslah berdoa agar doa kita terdengar Dan kita pun akan segera mendapatkan jawaban, aku tahu Kak kamu orang yang kuat kamu suami yang kuat kamu kakak yang kuat aku yakin waktu-waktu nanti pasti dia akan bangun walaupun semua itu butuh waktu yang lama kita harus bersabar semua ini adalah ujian"

memeluknya

" selama ini aku sudah bersabar selama ini aku sudah cukup sabar tapi kapan kapan yul"

semakin menangis

aku yang saat itu sudah bingung ingin menjawab apa memeluknya lagi mengusap tangisnya dan mengecup bibirnya dengan lembut, kutatap wajahnya yang memerah terisak-isak dalam tangisnya.

" gimanapun kedepannya Kak kamu masih punya aku dan anak kita kamu harus kuat Kak apapun itu"

pelukku lagi

"iya syanng iyaa"

lanjut menangis

belum Lagi sempat aku mengambilkannya nasi dia yang saat itu kelelahan menangis sedari tadi akhirnya pun tertidur di meja makan.

aku memindahkan bangku di sampingnya secara perlahan dan lalu duduk di sampingnya memandangnya yang terlalu, aku belai wajahnya Aku juga merasa sakit melihatnya seperti itu suamiku yang biasanya ceria suamiku yang biasanya menghibur orang lain selalu saja sakit melihat adiknya yang masih terbaring sampai sekarang.

"balri adiko yang cengeng"

mencubit pipinya pelan

" aku enggak cengeng sayang"

tiba tiba

" astaghfirullahaladzim"

greeubaaak jatuh

"aduuuhh"

kesakitan

" yang yang kamu nggak papa"

panik

"iiiihhh kamu niih ngangetin orang aja deeh"

masih terduduk dilantai kesakitan

"maaf yank maaf"

membantu berdiri

"aduh pinggangku sakit"

memegang pinggangnya

"oalah yank yank"

aku yang saat itu merasakan pinggang sakit akhirnya langsung diangkatnya menuju ke kamar dan dibaringkannya secara perlahan ke atas ranjang, dengan cepatnya dia mencari minyak gosok dan memijat di bagian pinggangku yang sakit.

"aaaaaakkkkkk sakit"

teriakku

"tahan yank tahan cuman dipegang sedikit aja pun"

katanya dengan santai

"sakit tau"

kataku kesal

aku yang diam saat dipijat nya semakin lama semakin keenakan rasa sakit itu berganti dengan rasa enak di pijatnya.

"aah enaknyaa uuh mantap, ah terus dikit, uuuuhh enak bangeet aak"

kata ku merasa keenakan dipijat

"waaah mengundang ini, bisa jadi pijat plus-plus nih hehehe"

aku yang saat itu masih tidur tengkurap langsung di baliknya dicumbu yang berkali-kali aku yang saat itu hanya diam dan tersenyum melihatnya yang mulai membuka bajunya, dan kembali melanjutkan aksinya.

"tiiliittittiiitiit"

suara telepon

kami yang saat itu sedang asyik tak menghiraukan ponselnya yang berbunyi berkali kali

"iihh siapa siih ganggu aja"

kesal dan melepaskan

"yaak yank yank"

menarik

"sebentar yaa sayank"

mencium pipiku

aku yang saat itu melihatnya bicara dengan santai tiba tiba ekspresinya berubah panik dan langsung mengenakan baju dan pergi keluar, aku yang saat itu masih polos menatapnya bingung.

"ada apa sih, iihh aku di anggurin dasar"

omelku sambil memakai baju kembali

aku yang saai itu keluar dari kamar dan ingin langsung mengomelinya yang sudah mau pergi entah ke mana.

"kamu ke mana kak"

panggilku

"tari syank tari tiba tiba dia kejang, aku harus ke sana"

mengambil kunci

"aku ikut"

kataku cepat

"anak kita"

tanyanya

"aah iya juga yaa, ya udah deh nanty aku susul ya kak, kamu tenang yaa"

kataku ikut panik

"ok aku pergi ya"

berlari keluar

aku yang saat itu ikut panik berlari ke kamar dan mengambil ponselku langsung menelepon mama untuk segera datang.

setelah mama datang aku pun pergi ke rumah sakit, saat tiba di ruangan aku lihat tari yang masih tetap kejang sudah di pasangi alat bantu pernapasan suamiku yang tetap berdiri menyaksikannya dengan pucat, aku mendekat dan memeluknya.

setelah itu dia melangkah mendekat ke adiknya itu dan menggenggam tangannya dan mulai menangis.

"dek ayoo dek kakak tau kamu kuat dek"

katanya sambik menangis

tiba tiba ke adaan tari membaik dia berhenti kejang kejang dan kembali diam seperti awalnya.

"dok gimana adik saya dok"

tanyanya

"pak ini lagi kita mau periksa mohon sabar yaa"

jelas dokter itu dan mulai mendorong tempat tidur tari untuk melakukan pemeriksaan

tak lama Setelah itu mereka pun kembali, dan kami tetap di situ sambil menunggu hasil pemeriksaan itu.

suamiku yang sedari tadi tetap disamping adiknya kembali menangis.

setelah beberapa menit dokter pun datang membacakan hasil dari pemeriksaan yang tadi.

" hampir selama 3 tahun terakhir tidak pernah lagi terjadi perkembangan dari adik bapak, dan setelah pemeriksaan tadi kami memeriksa keseluruhan dari organ tubuh semuanya normal dan baik-baik saja tadi pada bagian otak kami melihat perkembangan yang sangat pesat yang baru bulan kemarin kami periksa, intinya adik dari bapak baik-baik saja semoga saja dia cepat sadar dari komanya kita semua pun berdoa untuk pasien, doa yang terbaik, Jadi Bapak Mohon bersabar ya"

jelas dokter panjang

" Terima kasih banyak dok"

katanya sambil memegang tangan dokter itu

" kalau begitu saya permisi dulu kalau ada apa-apa langsung saja panggil saya"

kata dokter itu pamit pergi

kami yang saat itu mengantarkan dokter sampai ke luar ruangan merasa sangat bersyukur mendengar berita bahagia itu kalau keadaan tari semakin membaik, kami yang masih tetap disampingnya melihatnya terbaring.

akupun Permisi pada suamiku untuk pergi ke toilet sebentar saat aku melangkahkan kaki hampir mendekati pintu terdengar suara yang sangat pelan.

"kak"

pelan halus dan Hampir tak terdengar

aku yang saat itu berhenti dan berbalik, aku lihat suamiku tetap diam dan aku pun melangkah sekali lagi tapi suara itu semakin jelas dan akupun kembali.

"dia sadar bal dia sadaar"