Matahari sudah mulai bersiap untuk membenamkan diri dalam tepian laut. Suasana hangat mulai tergantikan dengan sejuknya angin malam. Burung-burung telah kembali ke sarang mereka masing-masing, bersiap untuk beristirahat setelah seharian beterbangan ke sana-kemari mencari penghidupan. Langit berselimutkan beludru gelap dengan manik-manik yang berkelip indah.. Saat itu, Bulan..menatap keluar jendela kamarnya..berkali-kali membaca ulang jadwal pemotretan yang dikirim oleh Darius.
Besok pagi..pemotretan..Darius telah mempersiapkan segalanya, termasuk make up artist..Apa perlu q ajak Sonia atau Dina untuk menemani q? Setidaknya untuk q merasa lebih rileks..
Tiiing... handphone nya berbunyi menandakan pesan baru masuk.
Dari Darius..
Bulan..tenang saja. Aq meyakinkan dirimu bahwa besok kita murni profesional. Jangan berfikir macam-macam, ok. Q jemput besok jam 8 pagi.
"Oh ya ampun..dia..seperti bisa membaca fikiran q!" Bulan menatap tidak percaya ke layar handphone. Pria ini.. Seharusnya aq merasa senang mengetahui bahwa selama ini dia memperhatikan q. Menyimpan rasa untuk q. Peduli terhadap q. Namun tetap menghormati q dengan menjaga jarak saat aq masih berstatus dengan Leo. Tetapi saat bersamanya..aq merasa terancam..seperti seekor tupai yang bergelayut pada dahan pohon dan di bawah pohon itu ada seekor jaguar yang beristirahat. Tidak agresif tetapi menunggu lengah q. Tetap waspada dalam istirahatnya..dan itu cukup mengintimidasi.
Malam itu Bulan terlelap dengan gelisah. Di dalam mimpinya dia selalu merasa ada yang mengawasi. Walau ia berlari dan bersembunyi. Sosok itu terus saja membuntuti nya tanpa lelah. Setiap ia mencoba menoleh ke belakang, sosok itu semakin dekat. Hingga dia hampir berputus asa dan menyerah..dia bisa mendengengar hembusan nafas sosok itu..dan ketika melewati sebuah tikungan tajam..tiba-tiba Bulan sekilas melihat dihadapannya ada sesosok pria tinggi, dengan dada bidang terindah yang pernah ia lihat selama ini. Ada beberapa kilauan di pakaian yang dikenakannya. Dan ditengah keterkejutannya, Bulan menabrak pria itu.Langsung terbanting ke tanah..dia sudah mempersiapkan diri untuk terbentur jalan, memejamkan matanya, dan bersiap untuk sakit lagi..Oh..tetapi tidak. Sepasang tangan kokoh menangkapnya..kemudian menariknya dengan satu tarikan penuh tenaga, dan membawa Bulan ke dalam dekapannya. Bulan merasa jantungnya hampir loncat ke luar dikarenakan degupan yang sangat cepat. Kejadiannya sangat cepat sekali, hingga ia tidak mampu mengendalikan nafasnya. Dekapan itu sangat kuat hingga hampir membuatnya sesak nafas. Bulan menengadahkan kepalanya dan melihat siluet rahang tegas dan leher kokoh tepat di depan matanya..Dia..datang lagi..
Bulan terbangun dengan sekujur tubuh basah oleh peluh..nafasnya masih memburu. Sudah pagi..sebaiknya aq segera bersiap.
Kelebatan-kelebatan mimpinya hadir berkali-kali. Oh tidak..hari ini aq harus lebih fokus. Jangan sampai mengecewakan Mr.Tony.. Lagi pula Darius sudah membantuku. Aq harus tampil baik, sesuai keinginan mereka. Hhh..mengapa kau muncul di saat-saat aq butuh konsentrasi lebih begini. Hanya dalam mimpi, berkali-kali..dan tiap kau hadir selalu membuat q kehabisan nafas. Bulan mengeluh tak berdaya di depan cermin. "Wahai cermin..siapakah dia? Kedatangannya dalam beberapa mimpi q membuat q tersiksa." Bulan mulai berbicara ke pantulan dirinya di cermin. "Yaaa..tidak akan lama lagi kau akan melihatnya."
Bulan tersentak kaget. Dan menyadari bahwa Dina yang menjawab pertanyaan sembarang nya tadi. Dina dan Sonia terkikik geli melihat ekspresi Bulan.
"Oh..hahaha..pagi-pagi teman kita ada yang berhalusinasi, berbicara pada cermin sendirian." Sonia tidak mampu menahan tawanya.
"Yaaa..Lan..kau butuh sarapan. Lihatlah, setelah putus cinta kau semakin kurus dan gila.." Dina berseloroh.
"Hmm..sepertinya aq memang hampir gila. Berkali-kali aq bermimpi bertemu seseorang yang sama. Tetapi aq tidak dapat melihat wajahnya. Tadi malam pun begitu." Bulan cemberut menjelaskan.
"Bulan, dengarkan..jodohmu pasti akan datang. Kau hanya perlu bersabar. Dia akan datang tepat di hadapanmu di saat dan tempat yang benar-benar tepat." Sonia menghibur nya..
"Aq harap begitu. Semoga kami segera dipertemukan." Bulan menatap cermin kembali.
"Yaaaa..apa kau begitu putus asa,Bulan? Lihatlah kau..usia mu masih muda. Jangan bertingkah seperti ingin buru-buru menikah. Lihatlah,Sonia, teman kita sepertinya sudah putus asa karena tidak jadi menikah." Dina menepuk keningnya.
"Sadarlah,Bulaaan..Kenapa kau seperti ingin cepat-cepat meninggalkan masa lajangmu yang indah ini? Nikmati sajalah dulu. Jangan terburu-buru. Menikah itu tidak sesimple yang ada di TV. Menikah butuh tanggung jawab yang besaaaaarr..Sekali seumur hidup. Maka pilihlah pasangan mu dengan tepat. Perbanyak berdoa. Jangan terburu-buru." Sonia menasehati dengan khawatir.
"Iyaaaa..baiklaaah..terimakasih budhe-budhe q semua.." Bulan membungkukkan badan ke arah ke dua temannya.
"Oh, lihatlah..sekaran dia memanggil kita dengan sebutan budhe! Kurang ajar kau. Kemari, budhe akan mengacak-acak rambutmu sekarang." Dina menghabur masuk dan mulai mengacak-acak rambut Bulan.
"Ampuun,budhee..minta maaaf..Tidak sengajaaa..keluar begitu saja dari mulut q.." Bulan berusaha menghindari serangan Dina. "Oh..kalian ini..kapan dewasanya?" Sonia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah ke dua temannya.