Chereads / OH MY CEO / Chapter 13 - Kebohongan 2

Chapter 13 - Kebohongan 2

"Luna...." Seseorang memanggil Luna membuat Luna mencari dimana sumber suara itu.

"Varell?" Luna terkejut saat Varell tenggah berdiri divsebelah mobil sambil melambaikan tangannya pada Luna

"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Luna saat telah menghampiri Varell.

Varell menggaruk tengkuknya, "Apa kamu marah padaku?" Tanya Varell malu-malu membuat Luna bingung. apa semua laki-laki itu selalu berkata ambigu seperti itu?

"Memangnya apa yang kamu lakukan sampai aku harus marah?" Tanya Luna terkekeh.

"Akhir pekan kemarin aku menelponmu pagi-pagi, kamu tidak menjawab dan tidak menelponku balik. aku fikir kamu marah." Jelas Varell.

"Benarkah? kapan kamu menelponku?" Tanya Luna bingung, ia lantas memeriksa ponselnya dan menemukan log panggilan Varell.

"Astaga varell, maaf aku tidak tahu. seseorang menelponku juga pagi itu jadi aku tidak melihat log panggilanmu." jelas Luna.

"um,, mau makan malam bersamaku?" Tanya Varell, Luna tidak tahu harus menjawab apa sampai ia melihat mobil Kevin melintas dengan Monic yang masih menggelayut manja pada Kevin.

"Baiklah!" Jawab Luna tersenyum, lihat saja dia akan membuat Kevin merasa malu karena mempermainkannya, dia pikir aku benar-benar jatuh cinta padanya? konyol sekali.

Luna terus mengumpat di dalam hatinya mengapa pria berengsek itu mati-matian menggodanya jika dia telah mememikiki seorang tunangan.

tapi...

Diantara semua kemarahan dan kekecewaan yang bergelut penuh di hati Luna, tersisip perasaan sedih diujung hatinya.

....

"Jangan menempel terus padaku."Gerutu Kevin tapi Monic tidak menggubris ia suka berada di posisi seperti ini. setelah sekian lama akhirnya dia bisa memiliki Kevin meskipun dengan segala cara.

"Tidak usah malu, kita akan menikah sebentar lagi. memelukmu seperti ini bukanlah masalah besar." ucap Monic santai.

"Kita tidak akan pernah menikah, aku akan menyelesaikan persyaratannya."

"Maka aku akan mempersulitmu."

"Dan untuk gadis yang kamu cintai, sebaiknya lupakan saja dia sebelum aku menyingkirkannya dengan paksa." Lanjut Monic, wanita ini memang ambisius sejak dulu dan selalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apapun yang diingankannya.

Kevin berpikir sejenak, mempersulitnya memenuhi syarat ayahnya bukanlah sebuah masalah yang membuat Kevin cemas melaikan ucapan Monic yang mengatakan dia akan menyingkirkan orang yang dicintainya, dia tidak ingin Luna terluka.. maka haruskah ia mengalah?.. wanita ini adalah iblis, Kevin tau bagaimana perangai buruknya saat masih kuliah bersamanya diAmerika dulu. dia bahkan berani mencelakai Samantha yang tidak lain adalah istri Smith. Dihari pernikahannya ia bahkan berani meracuni Samantha hingga ia hampir mati.

"Bersikap baiklah Kevin, maka semua akan baik-baik saja." Gumam Monic sambil menyandarkan kepalanya dibahu Kevin yang hanya diam dan memalingkan wajahnya melihat jalanan yang basah karena hujan.

.....

Diperjalanan Luna hanya terdiam membuat Varell merasa bingung. "ada sesuatu yang mengusikmu?" Tanya Varell.

"tidak ada.." Jawab Luna tersenyum singkat.

Mengapa hatinya masih terus terasa sesak dan bahkan kini ia ingin menangis. Kevin...

apa dia begitu membenciku? dia membalasku dengan kejam. Luna terus meruntuki kebodohanya karena terjebak oleh permainan Kevin. meski ruang dihatinya begitu Kecil untuk Kevin tapi rasanya sangat menyakitkan.

"Kevin sialan." Gumam Luna pelan.

"Kenapa?"

"ah tidak..."

Varell mengajak Luna makan malam dan mentraktirnya sepiring pasta, suasana restoran sangat romantis, ada beberapa pasangan yang tengah menikati hidangan mereka dengan penuh kemesraan dan tawa tapi tidak dimana Luna dan Varell duduk berhadapan.

Suasana canggung terasa kental menyelimuti, tapi bukan karena salah tingkah melainkan karena Luna yang tampak tidak semangat dan seperti memikirkan hal lain membuatnya terasa kosong.

"Kamu tidak suka pasta ya?"Varell meletakan garpunya dan mulai berbicara, Luna yang tidak fokus tidak dapat mendengar apa yang baru saja diucapkan Varell.

"Maaf, aku seharusnya tidak mengajakmu ketempat ini." ucap Varell sedih membuat Luna merasa tidak enak, Kevin mengganggu fikirannya sejak tadi dan membuat kacau suasana hatinya tapi Varell yang mendapat dampaknya.

"tidak seperti itu, aku hanya memikirkan em.. aku memikirkan tagihan listrik yang belum aku bayar." Luna menjawab asal, ia menyadari itu sangat terdengar aneh terlebih dengan senyum kikuknya diakhir kalimat.

Tapi Varell tidak marah, ia tau jika Luna tengah membual saat ini tapi ekspresinya terlihat lucu.

"kamu sangat menggemaskan." ucap Varell tertawa membuat Luna kembali tertawa canggung dan menutupinya dengan meminum seteguk air.

"makanlah, nanti pastanya menjadi dingin." ucap Varell disambut dengan anggukan Luna.

Disisi Lain Kevin merasa frustasi, Monic sungguh luar biasa menjengkelkan, ia mengelilingi hampir seluruh jakarta hanya untuk mencari tempat makan dan yang lebih menjengkelkan ia harus memasuki restoran mewah dengan nuansa romantis yang kental ini sungguh menggelikan.

"Aku tidak suka pasta, kamu makan saja sendiri." ucap Kevin saat sudah berdiri memasuki ruangan dan hendak berbalik pulang.

"tunggu dulu, apakah itu sekertarismu?" Ucap Monic membuat langkah Kevin terhenti, ia sadar saat melihat Luna menatap Kevin nanar saat dikantor tadi mereka pasti memiliki hubungan khusus yang menyenangkan bagi Monic untuk ia hancurkan.

"aku tidak perduli." Jawab Kevin dingin, ia tidak ingin Monic mempersulit Luna jika ia terlihat perduli pada Luna.

Monic berpikir sejenak, ia tidak berhasil memancing Kevin sampai ia menyadari jika Luna tidak sendirian disini yang membuat Monic memainkan permainanya lagi.

"Jangan begitu sayang, dia adalah sekretarismu dan aku rasa dia sedang berkencan dengan seorang pria. Kita harus mengganggunya!"

Kevin tertegun, hatinya seperti terhunus pedang saat mendengar perkataan Monic yang mengatakan Luna tengah berkencan tapi dia harus berpura-pura tidak perduli.

"Jangan urusi urusan mereka. Dia bukan sekertarisku saat diluar jam kerja seperti ini." ucap Kevin yang kini telah membalikan badannya membuat Monika tersenyum senang.

"Kamu tidak sedang menghindarinya karena cemburu bukan?" Bisik Monic di telinga Kevin wanita iblis ini sungguh picik.

Hati Kevin memang tengah terbakar pedih saat ini terlebih saat melihat Luna tertawa lepas diujung sana bersama pria yang ia tidak dapat lihat wajahnya dengan jelas.

Kevin menghela nafas,dia lantas berjalan menuju meja tempat Luna dan Varell berada diiringi dengan Monic yang melangkah menyusul.

"Boleh kami bergabung?" Tanya Kevin saat telah duduk dihadapan Luna membuat Luna tidak percaya dengan apa yang dilihatnya begitupun dengan Varell yang terlihat tidak nyaman karena kelakuan Kevin.

"Hai sekertaris, karena kursi penuh jadi tidak masalah bukan jika kami bergabung." ucap Monic setelah duduk disebelah Luna.

Luna tersenyum tipis lantas dia melihat sekeliling masih ada beberapa meja kosong mengapa memilih dimejanya apa sengaja mereka ingin pamer?

"bukankah masih banyak meja kosong?" ucap Luna dengan senyumnya ia tidak ingin terlihat kesal oleh Kevin tentu saja Kevin akan menertawakannya jika ia menunjukan kekesalannya saat ini.

"meja-meja kosong disana sudah dipesan oleh tamu lain." Jawab Monic.

Luna hanya meng-oh kan jawaban Monic membuat Monic jengkel dan merasa Luna sangat angkuh.

Pesanan Kevin dan Monic pun tiba, Kevin tidak memesan pasta melainkan sepotong steak "untuk apa datang kerestoran italia jika tidak memakan pasta." Gumam Luna terdengar samar tapi Kevin mampu mendengarnya.

Kevin lantas memotong separuh steaknya dan meletakan diatas piring Luna, Luna menarik nafas pelan dan memberikan separuh pastanya diatas piring Kevin.

Mereka sudah biasa melalukan hal tersebut hingga lupa jika mereka tidak hanya berdua saat ini.

"Kalian sangat dekat ternyata, membuatku cemburu." ucap Monic sambil memakan steaknya membuat Luna menyadari apa yang baru saja dia dan Kevin lakukan.

"Maaf tolong jangan salah sangka, kami sudah berkerja bersama cukup lama dan terkadang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan terjadi tanpa kami sadari. Saya akan lebih berhati-hati agar kejadian ini tidak terulang." Jelas Luna.

"Tidak masalah, jangan terlalu berusaha dengan keras karena Kevin bilang kamu bukan siapa-siapa jika bukan dijam kerja." jawab Monic santai, tapi matanya melirik Kevin penuh makna seakan mengatakan "kamu tertangkap basah."

Sedangkan Luna memaki dalam hatinya, pria brengsek dihadapannya ini sangat menjengkelkan "Luar biasa.. bukan siapa-siapa ya." tatap Luna sinis membuat Kevin menunduk, ia lantas menendang kaki Kevin kuat dibawah meja, cukup kuat hingga membuat Kevin tersedak.

" Makanlah dengan santai Kevin." ucap Varell sambil menepuk-nepuk bahu Kevin.

"Kamu mengenal Kevin?" Tanya Monic pada Varell dijawab dengan senyuman "Kami sekolah diSMP yang sama."

"Astaga benarkah?"

"Ya, kami bertiga satu sekolah dulu. Dulu Luna adalah sekertaris osis dan aku adalah ketua osis." jawab Varell dengan bangga.

"Ya kamu ketua osis yang baik sebagai sekertarismu dulu itu sangat menyenangkan, kamu memperlakukanku dengan baik tidak seperti seorang atasan yang ku kenal." sambut Luna membuat Varell tersenyum karena merasa tersanjung , tapi tidak dengan Kevin yang merengut ia sengaja menyinggung Kevin membuat Kevin kembali tersedak.

"Astaga Kevin kamu seperti banyak berbuat jahat hingga selalu tersedak. Ku rasa orang yang kamu permainkan sedang membucarakanmu." ucap Luna pada Kevin, Kevin hanya dapat tersenyum kesal.

"Aku rasa begitu. tolong sampaikan maafku padanya besok." Balas Kevin dengan senyum jengkelnya.

"Ah, sepertinya aku tidak sepenuhnya salah, seseorang baru saja berjanji padaku sore tadi dan ia telah mengingkarinya." Lanjut Kevin ia balas menyindir Luna membuat Luna mengibaskan rambutnya tanda tidak terima.

"Janji seorang pembohong untuk apa ditepati."

"Hei aku tidak pernah berbohong tentang perasaanku." Pekik Kevin tidak terima, mereka bertengkar seperti mereka berada didunianya sendiri.

"Perasaan?" Varell bertanya bingung membuat Kevin dan Luna mendadak diam karena tersadar.

....

Akhirnya makan malam menyebalkan itu selesai, Varell mengantar Luna pulang hingga depan apartemennya.

"Kamu tinggal disini sendiri?" Tanya Varell sambil melihat apartemen sederhana Luna.

"Tidak, aku tinggal bersama Mia." Jawab Luna

"Ini sudah malam, maaf aku tidak bisa menyuruhmu mampir dan terima kasih banyak untuk makan malamnya." ucap Luna dibalas senyum oleh Varell, ia lantas membuka seat beltnya dan turun dari mobil Varell.

"Bye,, hati-hati dijalan" ucap Luna sesaat sebelum akhirnya Varell benar-benar pergi.

Wajah Luna terlihat murung kembali terlebih memikirkan saat tadi ia secara tidak sengaja mendengar jika Monic ingin bermalam dirumah Kevin.

Luna lantas berjalan menuju kamarnya dengan lesuh saat ia akan membuka pintu apartemennya,, seseorang menarik tangannya dan tiba-tiba menciumnya.

Luna meronta tapi ia tidak berdaya, pria itu menyudutkannya ketembok dan memperdalam ciuman mereka.