...
Luna memandang mobil Varell yang perlahan menjauh, senyumannya turun berubah menjadi kesedihan. Perasaan yang tidak dimengertinya terasa mengganjal hatinya. Ia merasa sesak didadanya seakan mendesaknya untuk menangis.
tapi apa yang harus ditangisi?
Luna mencoba mengabaikan perasaan yang bergejolak didadanya, ia lantas berjalan menuju apartemennya.
"Luna.." Suara itu lagi, apa Kevin telah mencuci otaknya sampai-sampai ia dapat mendengar suaranya.
"Ayolah Luna, dia sedang bersenang-senang dengan tunangannya saat ini." gumam Luna, ia mengoceh kesal, kenyataan jika Kevin memang tengah berdua bersama Monic saat ini membuatnya gundah.
"Semua akan baik-baik saja besok." Lanjut Luna, ia menyemangati dirinya sendiri dan kembali melangkah ke dalam apartemennya dengan lemas.
Akankan semua akan baik-baik saja besok?
Saat ini dia pasti sedang menertawakanmu Luna, tenanglah rasa gelisahmu bukan karena cinta tapi karena merasa dipermainkan.
Hati Luna terasa berkecamuk, Kevin sialan hanya itu yang dapat terlontar dari mulutnya.
akhirnya Luna sampai didepan pintu apartemennya, ia lantas memegang knop pintu apartemennya dan menghela nafas berat, mengubah ekspresi wajahnya yang lusuh dengan sebuah senyuman.
"Luna.."Suara itu lagi, astaga Luna apa kamu sudah gila. Luna tidak mau memikirkan dari mana asal suara itu berada.
Ia lantas kembali memegang knop pintu apartemennya dan hendak masuk tapi seseorang menarik tangannya dan menciumnya tiba-tiba.
Mata Luna terbuka lebar, sepasang mata ini sangat ia kenal. Ia mencoba meronta dan melepaskan ciuman pria itu tapi pria itu sangat kuat dan menariknya kesudut tembok membuat Luna tidak berdaya meskipun ia memukul-mukul dada pria itu, dia dengan kuat menghisap bibir Luna hingga akhirnya Luna menyerah.
perlahan tautan bibir mereka terlepas, Luna telah menduga jika pria itu adalah Kevin. Kevin masih menatap mata Luna lekat dan memegangi pipi Luna erat.
Nafas mereka terengah, perlahan Kevin kembali mencium Luna kali ini ciumannya terasa lembut dan manis.
Luna tidak membalas tapi dia juga tidak menolak, Kevin menciumnya perlahan memasuki rongga mulut Luna dan menghisap bibir Luna atas dan bawah. Kevin sungguh merasa haus dibuatnya, dadanya berdegup kencang Luna dapat merasakan detakan jantung Kevin yang berdebar kencang karena kedua tanganya berada diatas dada Kevin.
Rasanya dadanya pun berdebar sama kencang dengan debaran Kevin. apa ini yang dinamakan cinta atau...
Mungkin ini hanya sebuah hasrat.. Entah dari mana datangnya rasa sedih ini, air mata Luna kini tidak terbendung. Kevin akan menikahi orang lain sadarlah Luna..
Kevin melepaskan ciumannya dan menempelkan keningnya diatas kepala Luna. nafas mereka terengah.
Rasa sedih menyelimuti diri mereka masing-masing.
"Tunggulah sebentar, kami hanya dijodohkan. Aku hanya mencintaimu Luna." Kevin menatap Luna dalam hatinya terluka melihat Luna meneteskan air mata saat ini.
"Inikah caramu balas dendam padaku?" Tanya Luna, suaranya terdengar serak bibirnya masih bergetar karena masih dapat merasakan sisa ciuman yang diberikan Kevin.
"Luna.. aku tidak pernah membencimu sedikitpun." Jelas Kevin, ia memegang bahu Luna untuk membuat Luna yakin akan perasaannya.
"Benarkah? jika kamu hanya mencintaiku mengapa tadi kalian begitu mesra?" Tanya Luna tegas, kebohongan apa yang sedang dirangkai Kevin kali ini. Ia jelas-jelas menerima perlakuan manja Monic tadi dihadapannya.
"Itu yang ini aku jelaskan padamu. Luna aku mohon percayalah padaku dengarkan aku sebentar saja."
"Baiklah, anggap saja kamu benar dan aku salah, jika kamu terpaksa dijodohkan dengannya." Ucap Luna, ia kini melangkah lebih dekat pada Kevin.
"Maka jangan jadikan aku alasan untuk menentang orangtuamu. Kalau kamu benar mencintaiku kamu tidak akan menerima perjodohan itu Kevin."
"Harusnya sejak awal kamu menolak." Luna tidak kuasa lagi menahan air matanya kini.
"Aku akan jelaskan semuanya Luna, tunggu aku sebentar. aku hanya akan menikahimu Luna. hanya kamu satu-satunya yang aku cintai." Kevin tidak dapat menjelaskan semuanya saat ini, Luna pasti tidak akan percaya dengan apa yang dijelaskannya.
"Baiklah, jelaskan padaku sekarang." Tantang Luna.
"Aku akan jelaskan tapi tidak sekarang."
"Lalu untuk apa kamu datang kemari? untuk menyalurkan nafsumu padaku?" Pekik Luna tidak tahan, Kevin tidak menjawab dan hanya menundukan kepalanya, bagaimana ia harus menjelaskan pada gadis yang dicintainya saat ini tentang persyaratan orangtuanya dan tentang betapa jahatnya Monic.
"Tidak seperti itu Luna, aku mohon bersabarlah sebentar. Kumohon jangan berikan hatimu pada orang lain dan tetaplah bersamaku."
Luna merasa jengah dengan sikap Kevin, jika ia tidak ingin melepaskan Monic lalu untuk apa dia mendatanginya.
"Kamu ingin aku menjadi selingkuhanmu begitu?" Ucap Luna membuat Kevin menatapnya dengan tidak percaya, kata-kata itu terdengar menyakitkan baginya.
"Tidak, Luna kamu adalah yang utama..."
"Ah,, aku mengerti sekarang, kamu ingin aku berbagi."
"Bukan begitu.."
"Kevin, berhentilah mengusikku dan semoga kamu hidup bahagia dengan tunanganmu."
Kevin hanya diam seperti orang bodoh saat Luna memasuki apartemennya.
Ia menangis saat ini. Luna pasti sangat terluka semua ini karena ketidak berdayaannya.
Sedangkan Luna hanya dapat menangis dibalik pintu apartemennya, perasaanya terluka, hatinya terasa sangat sakit.
Mengapa Kevin memperlakukannya seperti itu?
Mia yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut mendapati Luna yang terisak didepan pintu.
"Luna.. astaga apa yang terjadi?" Mia berjalan dengan cepat menghampiri Luna dan segera memeluk Luna.
"Mia,,, sakit sekali.. dadaku rasanya sesak Mia.. apa yang harus aku lakukan." Luna menumpahkan kesedihanya dalam pelukan Mia. Mia tidak dapat berkomentar karena tidak tahu permasalahannya ia hanya dapat menepuk punggung Luna agar ia merasa lebih baik.
"Tenanglah, semua akan baik-baik saja." ucap Mia.
.....
ting tong ting tong, bunyi bel tidak henti berbunyi membuat sang pemilik rumah yang sedang menonton tv merasa terganggu dan akhirnya membukakan pintu.
"Kevin?" Smith tidak percaya dengan apa yang ia lihat, Kevin dihadapannya terlihat sangat kacau tidak rapih seperti biasanya.
"Siapa sayang?" Suara dari dalam terdengar menghampiri.
"astaga Kevin!" Wanita belasteran itu terkejut bukan main saat melihat Kevin.
"Apa kalian tidak akan menyuruhku masuk?" Tanya Kevin, ia terlihat frustasi bahkan sebelum Smith dan Samantha mengijinkannya masuk kedalam apartement mereka, Kevin telah melangkah masuk lebih dulu.
Smith dan Samantha hanya dapat saling memandang karena bingung, sahabat yang sudah seperti saudara bagi mereka tiba-tiba terlihat sangat kacau.
"Apa yang terjadi?" Tanya Smith saat duduk dihadapan Kevin. ia melihat mata Kevin memerah dan menyadari jika Kevin habis menangis.
"Apa semuanya tidak berjalan lancar dengan Luna." Tanya Samantha setelah meletakan air diatas meja dan duduk disebelah Smith, dia tau tentang hubungan Luna dan Kevin karena Kevin selalu menceritakannya pada mereka.
"Lihatlah piyama itu, kalian sengaja ingin pamer pada pria patah hati sepertiku?"Ucap Kevin melantur, memang saat ini Smith dan Samanta memakan piyama pasangan yang serasi membuat mereka tersenyum geli.
"Kamu mabuk?" Tanya Smith jujur saja ia merasa sedikit kesal karena kehadiran Kevin mengganggu waktu berduaannya dengan Samantha.
"Aku mabuk cinta." Jawab Kevin tersenyum membuat Smith dan Smantha terlihat khawatir kini, Kevin tertawa tapi ia meneteskan air mata.
"Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Kevin tidak berdaya.
"Aku dijodohkan dengan Monic." Ucap Kevin lagi membuat Smith dan Samantha terkejut bukan main.
"Gadis licik itu, dia hampir membunuh istriku dan kamu akan menikahinya?" Tanya Smith marah.
"Tentu saja aku tidak ingin menikah denganya. Kalian tau sejak dulu aku hanya mencintai Luna." jawab Kevin tegas.
"Lantas apa yang terjadi?" Tanya Samantha bingung mengapa Kevin tidak menolak.
"Ayah Monic memiliki saham tiga puluh persen diperusahaanku, dan dia mengancam akan menarik sahamnya jika aku menolak perjodohan ini."
"Astaga.. kamu bisa mengatakan padaku, aku akan membeli sahamnya dan semua akan baik-baik saja." ucap Smith dia masih terlihat kesal, mengapa Kevin sangat bodoh.
"Tidak semudah itu, dia mengancam akan menjual sahamnya pada perusahaan sainganku. Ayahku memberikan syarat, jika aku ingin keluar dari masalah ini aku harus menjadikan Furniture K nomor satu diIndonesia. Dengan begitu aku akan mengembalikan saham perusahaan seperti semula." Jelas Kevin, kini Smith dan Samantha tau bagai mana sulitnya posisi Kevin.
"Aku akan membantumu tapi kamu harus berusaha lebih keras lagi."
"Masalahnya, jika aku fokus pada perusahaan maka aku akan kehilangan Luna belum lagi Monic sepertinya sudah mengetahui perasaanku pada Luna."
"Aku takut sesuatu yang buruk akan menimpanya." Lanjut Kevin frustasi.
"Wanita iblis itu tidak pernah merasa jera, harusnya dia ditahan lebih lama lagi." Ucap Samantha kesal, dia tau bagaimana berada diposisi Luna, dia bahkan sekarat dihari pernikahannya dengan Smith dia tidak ingin seseorang mengalami hal yang sama.
"Kamu tidak dapat menyelamatkan keduanya sekaligus Kevin." Ucap Smith rasional bagaimanapun mustahil untuk melakukan hal itu secara bersamaan.
Kevin kembali menangis, ia sangat kesal menjadi tidak berdaya seperti ini.
"Tenanglah, kami akan membantumu keluar dari masalah ini." Ucap Samantha ia memegang tangan Kevin untuk menenangkan dan Smith menepuk bahu sahabatnya itu.
"Tenanglah Kevin, aku tidak akan membiarkan kamu mengalami kesulitan yang aku alami. Wanita iblis itu tidak akan dapat menyentuh Luna." Smith menenangkan Kevin dan memeluknya, dia tau bagaimana perasaan Kevin.
Kevin sendiri merasa sedikit lega, Smith dan Samantha benar-benar seperti saudara yang melindungi kapanpun ia butuhkan tapi masalah baru lah dimulai...