Luna tersenyum tipis saat Varell memasuki lift, Varell melambaikan tangannya tanda perpisahan sambil tersenyum merekah pada Luna hingga akhirnya pintu lift tertutup.
Akhirnya dia sendirian, hatinya terasa sesak kini. Bayangan saat Monic memeluk Kevin mengusik dirinya sejak tadi.
Sesak dalam dadanya mendesak air matanya untuk menetes, apa ini rasanya terluka? Apa ini rasanya sakit hati?
Luna menyandarkan kepalanya pada dinding dna membiarkan air matanya menetes perlahan.
Jika menangis mengurangi beban maka Luna akan menangis kali ini setelah itu semua akan baik-baik saja bukan?
Tapi mengapa sakit di hati ini malah bertambah membuat air matanya mengalir lebih deras bahkan kini membuat Luna terisak-isak.
Sakit sekali...
Begitu sakit...
Hanya rasa sakit yang terasa menusuk hati ini membuat Luna menutup wajahnya dengan kedua tangannya agar suara tangisnya tidak terdengar.
Tangisnya semakin menjadi dan tak terbendung.
Salahkah jika ia mencintai Kevin?
Salahkah jika dirinya menginginkan Kevin menjadi miliknya?
Salahkan jika ia merindukan Kevin?
Kevin sudah memiliki seorang tunangan, dan dirinya juga seorang wanita...
Jika saja dia lebih cepat menyadari perasaannya pada Kevin...
Akankah semua ini terjadi?
Tapi perasaan ini begitu serakah ia memaksanya untuk terus memperdalam cintanya pada Kevin.
"Aku harus bagaimana?" Isak Luna menangis, sampai seseorang menarik tanganya yang menutupi wajahnya.
Luna mengangkat pandangannya, ia tertegun karena tidak menyangka jika Kevin akan melihatnya seperti ini...
Seperti seorang gadis lemah...
Luna mencoba menarik tangannya tapi Kevin memegangnya begitu erat dan menariknya membawanya kedalam pelukannya.
"Maafkan aku, maafkan aku Luna..." Luna terdiam, rasa sedih dihatinya bertambah saat mendengar permintaan maaf Kevin.
Sebenarnya siapa yang salah disini, hingga kita terjebak dalam situasi ini?
Luna hanya dapat menangis lebih dalam lagi dalam pelukan Kevin.
"Aku merindukanmu..." Luna telah dibutakan oleh cintanya. Ia tidak tahan lagi, perasaan cintanya menguasai dirinya kini.
Mendengar perkataan Luna, Kevin pun mempererat pelukannya. Entah ia harus merasa senang atau sedih, ia juga merasakan hal yang sama bahwa dirinya merindukan Luna bahkan rasa rindu ini menguasai dirinya yang tidak pernah merasa lelah untuk tidak merindukan Luna bahkan disaat seperti ini ia tetap merindukannya seakan rindu itu tidak pernah terbayarkan.
"Aku mencintaimu Kevin..." Luna akhirnya mengakui perasaannya, ia tidak dapat menahannya lagi, jika dirinya menginginkan laki-laki yang sedang memeluknya kini.
"Aku juga mencintaimu Luna..." Kevin membalasnya dengan penuh perasaan yang mendalam. Seperti sebuah anugrah saat mendengar Luna menyatakan cintanya.
Kenyataan jika mereka memiliki perasaan yang sama membuatnya sangat bahagia.
Sambil menangis bahagia Kevin mempererat lagi pelukannya dan Lunapun membalasnya dengan erat.
Lalu apa lagi?
Kita telah menggenggam hati masing-masing...
Kita telah saling memiliki...
Kita telah saling mencintai...
Lantas mengapa seperti ada tembok yang memisahkan rasa cinta kita yang serakah ini?
Tidak bisakah kita memulainya dengan indah?
Bersemi seperti bunga yang merekah...
Mengapa sulit sekali untuk memulainya?
Kevin perlahan melepaskan pelukannya, ia menyeka air mata Luna dengan lembut dan mengecup kening Luna perlahan menyalurkan rasa sayangnya kepada Luna yang memejamkan matanya perlahan menerima semua perasaan cinta Kevin.
"Apa aku menjadi seorang selingkuhan sekarang?" Tanya Luna, ia tersenyum tapi air matanya masih menetes tak terbendung.
Kevin menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju.
"Kamu kekasihku..." Jawab Kevin pelan tapi dengan penuh keyakinan.
Luna tidak sanggup berkata, ia hanya dapat tersenyum dan menangis karena kenyataan jika dirinya memang seorang selingkuhan membuat hatinya terasa sakit...
Harga dirinya terluka tapi Kevin lebih berharga dari apapun, ia tidak ingin kehilangannya.
Kevin kembali menyeka air mata Luna, hatinya terasa pedih melihat Luna menangis seperti ini. Ia yang sudah membuat Luna berada diposisi saat ini, jika saja dia lebih tegas menentang, maka Luna tidak akan berada diposisi saat ini.
Mereka masih hanyut dalam perasaan mereka sampai terdengar suara langkah kaki tanda ada seseorang yang datang.
Tidak ingin suasana bertambah buruk, Kevin lantas menggandeng tangan Luna dan membawanya masuk keruang sampel.
Mereka bersembunyi di balik lemari besar saat seorang karyawan memeriksa keadaan sebelum akhirnya mengunci pintunya karena mengira sudah tidak ada siapapun ditempat ini.
Kevin masih mendekap Luna dan bersembunyi bahkan setelah ia tahu jika dirinya hanya berdua dengan Luna kini.
"Orangnya sudah pergi..." ucap Luna berbisik.
Kevin tersenyum, badan mereka seperti magnet, Kevin seakan sulit melepaskan Luna dari dekapannya tapi dengan perlahan Kevin melepaskan Luna.
Luna tersenyum dan berjalan menjauh dari Kevin, ia ingin keluar dari tempat ini tapi Kevin menarik tangannya dan menariknya kembali kedalam pelukannya.
Kevin lalu memeluknya dari belakang, merasakan wangi tubuh Luna yang sangat disukainya.
"I love you..." Kevin berbisik malu, Luna tersipu mendengar pernyataan cinta Kevin yang menggelitik hatinya.
Perlahan ia melepaskan pelukan Kevin dan mengangkat kakinya agar ia dapat meraih bibir Kevin dan mengecupnya lembut.
"i love you too..." Balas Luna sebelum akhirnya berlari menjauhi Kevin sebelum Kevin memakannya karena dia telah berani memancingnya.
Kevin sendiri hanya mematung, dia dapat merasakan rohnya melompat keluar karena begitu bahagia saat Luna tiba-tiba menciumnya seperti itu.
Senyumnya merekah... ia menggigit bibir bawahnya karena begitu senang, dan perlahan menyusul langkah Luna.
Luna tidak berani menatap Kevin saat Kevin menghampirinya.
"Varell bilang, lemari ini akan menjadi treasure untuk Hotel Kings, kita harus memproduksinya lagi..." Luna mencoba mengalihakan perhatian Kevin yang menatapnya terus tanpa berkedip membuat debaran dihatinya bergetar hebat.
"Baiklah, lalu apa saja yang kalian bicarakan seharian ini? Aku ingin mendengar semuanya.." Jawab Kevin balik bertanya, ia begitu bahagia tapi dia tidak melupakan kecemburuannya begitu saja pada Varell.
"Dan mengapa ia membelai rambutmu tadi. seperti ini..." lanjut Kevin sambil membelai rambut Luna dan perlahan tanganya turun dipipi Luna dan dengan genitnya ibu jarinya menyentuh bibir lembut Luna.
Luna tersenyum, ia tahu jika Kevin sedang cemburu tapi Luna tidak menyangka jika Kevin bahkan sampai mengawasinya seharian ini. Itu semua membuat Luna merasa bahagia karena perasaan Kevin bukanlah sebuah kebohongan.
"Hanya seperti ini, dia hanya menyeka debu yang ada dirambutku." Jelas Luna sambil menyentuh rambut Kevin pelan.
"Bukan seperti ini..." Lanjut Luna saat ia meniru Kevin dengan bermain-main dengan bibirnya Kevin dengan ibu jarinya. Kevin mengecup ibu jari Luna sambil menatap Luna dalam.
Mereka melupakan masalah yang mengikat mereka, mereka hanya merasakan rasa cinta yang dalam dan hangat.
Kevin menyentuh tangan Luna dan menurunkannya dari pipinya.
Tatapan mata Kevin lekat mengisyaratkan sesuatu yang telah Luna mengerti, Lunapun melangkah selangkah lebih dekat pada Kevin.
Mata mereka terpejam merasakan hangatnya bibir mereka yang bertautan dengan lembut menyalurkan cinta mereka yang tidak tertahankan.
Kevin memperdalam ciuman mereka dengan menekan tengkuk Luna sedangkan Luna membalasnya dengan melingkarkan tangannya pada leher Kevin.
Sesekali mereka memberikan sedikit jarak untuk bernafas dan kemudian memperdalam lagi ciuman mereka hingga mereka saling menguasai rongga mulut mereka, lidah mereka yang bertautan seakan merasa haus akan cinta yang tidak pernah puas.
Sebelah tangan Kevin menarik tubuh Luna agar tidak ada lagi jarak diantara mereka, ia mendekap pinggang mungil Luna, menopang tubuhnya yang seakan lemah karena ciuman dalam mereka.
"Percayalah, hanya kamu yang mengisi hatiku..." Bisik Kevin saat melepaskan ciumannya dengan nafas yang masih terengah disambut anggukan mengerti Luna.
"Tuhan yang tahu aku mencintaimu melebihi luasnya samudra... Aku akan memperjuangkanmu bagaimanapun caranya bahkan jika aku berdarah dan sekarat aku akan mempertahankanmu." Lanjut Kevin, membuat kegundahan dihati Luna berkurang.
Luna tersenyum dan memeluk Kevin erat.
"Aku percaya padamu, Kevin ku akan melakukan apa saja untuk ku. Aku mungkin tidak dapat melakukan apapun, tapi aku dapat memberikan sepenuhnya hatiku untukmu..." Ucap Luna memejamkan matanya merasakan hangatnya dekapan Kevin yang selalu dirindukannya.
Luna melepaskan pelukannya perlahan meskipun enggan.
"Mari kita pulang." Ajak Luna menggandeng tangan Kevin menuju depan pintu keluar tapi saat memeriksa sakunya sepertinya dia kehilangan kuncinya.
"Kenapa?" Tanya Kevin
"Aku rasa aku meninggalkan kuncinya di ruangan ku, aku lupa membawanya..." jawab Luna yang seketika merasa panik.
"Benarkah?"
"Bagaimana ini?"
Kevin meraba jasnya, mencari ponselnya tapi sepertinya dia meninggalkan ponselnya saat tadi dengan tergesah menghampiri Luna ketempat ini yang hanya berdua dengan Varell.
"Aku meninggalkan ponselku dimeja..." ucap Kevin tidak kalah bingung.
"Aku juga tidak membawa ponsel..."
Kevin kemudian mengetuk-ngetuk pintu berharap ada yang mendengarnya tapi ini sudah jam delapan malam saat Kevin melihat arlojinya, semua karyawan pasti sudah pulang.
"Sepertinya kita harus bermalam disini." Ucap Kevin dengan terpaksa.
"Apa?" Luna terkejut, karena bagaimanapun mereka baru saja berciuman dalam dan bermalam disini berdua dengan Kevin bagaimana jika mereka tergoda bujuk rayu setan?
Meskipun mereka pernah berada di kamar hotel yang sama tapi susana berbeda saat ini.
Kevin mengacak rambutnya frustrasi, bagaimana jika dia tidak dapat menahan dirinya malam ini?
Dia tidak ingin bercinta sebelum menikahi Luna.
Luna adalah wanita yang sangat berharga, mereka harus menikah lebih dulu sebelum akhirnya benar-benar bersatu.
Sangat jelas jika mereka terlihat gugup kini meskipun mereka menutupinya dengan senyuman tapi senyuman itu adalah senyuman risih.
Tapi tidak ada jalan keluar, mereka harus bermalam ditempat ini hanya berdua dengan pernyataan cinta yang baru saja mereka ikrarkan dan dengan ciuman dalam yang baru saja mereka lakukan,
Mungkinkah akan terjadi sesuatu yang lain...
***