Chereads / Me is me / Chapter 34 - perasaan yang berkecamuk tak karuan

Chapter 34 - perasaan yang berkecamuk tak karuan

diperjalanan riri tak langsung pulang, ia singgah ke cafe strawberry tempat dulu ia berkenalan dengan Zhi han. iapun duduk di bangku yang sama. ia merenungi semua nya tentang james yang tiba tiba muncul bahkan sempat menjadi hacker yang mencuri data data perusahaan akuisisinya. ia tau james mahir dalam hal itu. namun kepulangan james yang mendadak membuat riri merasakan keanehan. fikiran riri terus bergulir seiring waktu yang terus berjalan. begitupun Zhi han yang sedari tadi berdiri di depan kaca jendela memandangi kesunyian malam. fikiran kacau terus bergelut dalam benaknya terlebih lagi pengawal Kwang baru saja mengirimkan sebuah foto istrinya sedang bersama lelaki lain sore tadi. ia meraih handphonenya.

"pengawal Kwang selidiki lelaki ini, sepertinya aku mengenalnya."

suara Zhi han sedikit tercekat karena sehabis melihat foto kiriman tadi.

"baik tuan.." ucap pengawal Kwang yang sedang asyik menikmati mandi busanya.

"mmmm...sekarang di mana istriku" tanya Zhi han lagi

"terakhir saya lihat ia masuk caffe yang dulu pernah kita pesan tuan".

Zhi han menutup teleponnya meraih kunci mobil dan memacu mobilnya sangat kencang.

sementara riri sudah hampir meninggalkan caffe strawberry bersama taxi yang telah ia pesan apabila ia ingin pergi menyendiri dan penat.

seorang sopir taxi turun dari taxinya dan memberi hormat dengan membungkukkan setengah badannya kepada riri. ia adalah pa ahmad mantan teman sekantor rifah yang dulu di pecat tak jelas dari perusahaan yang sekarang berada di tangan riri. ia sudah mempelajari apa yang di ajarkan pengawal ali kepadanya. baginya sekarang, riri bukan hanya nona majikan tapi penyelamat hidupnya. pa ahmad yang sudah sehat bugar dari sakitnya, bahkan di belikan rumah walau sederhana buatnya. namun itu sangat bearti walau ia tak bisa kembali lagi ke perusahaan mantan suami riri, rifah. ia tetap mensyukuri atas segala bantuan mantan istri temannya ini. baginya riri sangat jauh berbeda dengan tabiat rifah yang hanya ingin jabatan dan uang.

namun bagi riri pa ahmad sudah banyak membantu, bahkan data rahasia perusahaan akuisisi berada di tangannya, ia bisa kapan saja menendang mantan suami dan istrinya sekarang, jika ia mau, namun itu bukanlah cara yang tepat memberi pelajaran.

" kita kemana nona.." ucap supir taxi yang tak lain adalah pa ahmad yang sambil membukakan pintu mobil mempersilahkan riri masuk.

riri duduk dengan tenang menyembunyikan permasalahan nya.

" kita ke mall.." ucap riri

" mall, emang buka nona jam segini" ucap pa ahmad sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan jam 12.30.

" ikuti saja pa.. saya ada keperluan" ucap riri tenang.

pa ahmad hanya mengangguk mengikuti arah yang ditunjukkan riri menuju mall miliknya.

sesampainya di sana ia sudah di sambut security mall sambil berjalan mengikuti ke lift khusus untuknya. begitupun pa ali yang mengikuti dari belakang dengan terheran heran. ia tak menyangka istri temannya ini adalah wanita kaya raya. baginya nasib seseorang tak bisa di terka sedikitpun. lift yang melaju ke lantai atas telah berhenti dan pintunya terbuka, begitu langkah kaki riri menyusuri koridor lantai 2 beberapa orang karyawan termasuk manajer utama telah menunggunya sambil membungkukkan badan mereka memberi hormat. pa ahmad yang melihat kejadian barusan ikut membungkukkan badannya pula. ia tak menyangka dapat ikut diperlakukan demikian.

"selamat datang nona.." ucap mereka bersamaan.

riri memberikan senyum hangat dan berjalan pelan.

" saya ingin shopping malam ini " ucapnya lagi sambil memandangi beberapa toko yang telah di buka untuknya. pandangan riri tertuju pada sebuah toko perhiasan miliknya. ia tersenyum dan mendatangi memilih beberapa buah perhiasan beserta kotaknya yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran khas.

" bagaimana penjualannya " tanya riri.

" laris manis nona..dan ini laporan penjualan beberapa bulan terakhir ini." ucap sang manajer.

riri mengangkat tangannya tanda ia tak mau shoppingnya kali ini terganggu dengan laporan terbaru.

" baguslah..simpan saja dulu laporannya, lalu bagaimana mall kita apa pengunjung betah" ucapnya ingin tau.

" ya..nona setelah kita membangun taman kecil di beberapa lantai nampaknya pengunjung betah berlama lama mengelilingi mall atau sekedar bersantai" ucap manajer lagi.

riri kemudian meraih beberapa pakaian dan tas sewaktu ia menyusuri beberapa toko ternama dengan merk terkenal.

setelah yang ia cari selesai ia pun pamit kepada semua karyawan dan mengucapkan rasa terimakasihnya karena kesediaan karyawan yang menemaninya di tengah malam ini. " karena kalian telah menemani saya maka silahkan kalian pilih baju dan tas buat kalian, bilang kepada pemilik toko saya yang bayar." ucap riri

semua karyawan berpandangan tak menyangka setiap kali mereka menemani atau bertemu boss mereka selalu ada bonus buat mereka. nona boss sangat baik sekali. riri pun pergi meninggalkan mall miliknya bersama pa ahmad, menuju apartemennya. sesampai di depan perusahaan pa ahmad yang membukakan pintu mobil di sodori riri sebuah bingkisan belanjaan. " buat bapak..terimakasih sudah mau menemani dan mengantar saya, jangan di tolak saya tak suka?!" ucap riri tegas begitu tau pa ahmad ingin mengucapkan sesuatu. riri pun berlalu dengan cueknya meninggalkan pa ahmad yang belum sempat berterimakasih.

namun Zhi han yang telah sampai dari tadi dan berlari lari mencari keberadaan istrinya di cafe yang sudah close nampak semakin kebingungan dan kacau. hingga ia bertanya kepada salah satu karyawan yang ingin menutup cafe.

"maaf,,, apa anda melihat wanita berparas manis, putih dengan rambut panjang tergerai yang biasanya duduk di sana..karena kami pernah memesan beberapa kali tempat duduk itu.." ucap Zhi han sambil menunjuk kursi tempat dulu ia pesan.

" ouhhh..wanita cantik itu..baru az pergi sekitar 30 menit atau lebih kayaknya pakai taxi. " ucapnya.

" baiklah, kalau begitu terimakasih pa.." ucap Zhi han sambil berlalu.

Zhi han kembali ke mobilnya dan memacunya dengan kecepatan standar sambil mencari cari istrinya di jalanan. fikiran kesal marah bahkan cemburu sedang berkecamuk di otaknya, hatinya bergejolak tak menentu hingga ia menghentikan mobilnya di samping jalan. ia teringat ia menaruh alat pelacak di tas istrinya tanpa sepengetahuan riri. itu ia lakukan karena takut istrinya kenapa kenapa. ia pun meraih handphonenya dan membuka gps nya. begitu ia tau gps itu bergerak ke arah perusahaan sekaligus apartemen istrinya ia menancap gas mobil dan melaju kembali.

riri yang baru sampai tak langsung menuju kamarnya ia tak mau membangunkan Zhi han, yang padahal Zhi han sedang tak ada sibuk mencarinya.

angin malam itu berhembus dengan pelan menyibakkan helain rambutnya. ia memandangi sang malam dalam diam.

Zhi han yang baru sampai memarkir mobilnya tak karuan diparkiran, ia berlari menuju lift dan memencet tombol langsung ke lantai atas menuju apartemen yang ia tinggali. begitu sampai ia mencari di sekeliling apartemen yang halamannya sangat luas dengan taman kecil. begitu menemukan riri yang tengah asyik dengan lamunannya ia menarik nafas lega.

riri yang dikagetkan dengan kehadiran Zhi han menoleh dan memandangi Zhi han yang basah kuyup berkeringat. Zhi han pun mendekati riri dan memandanginya dalam.

" kamu kok keringatan gii.." kata katanya terpotong begitu dua tangan kekar meraih tubuhnya. riri pun kebingungan dan tak mengerti ada apa dengan Zhi han. pelukan itu semakin erat mendekapnya seperti tak ingin kehilangan. riri merasakan ada jiwa hangat dalam tubuh Zhi han. tanpa sadar kedua tangannya membalas dengan lembut dekapan itu.

" kamu nggak apa apa kan..apa kamu sakiit..." ucap riri yang masih tak memahami situasi yang di rasakan Zhi han saat ini.

riri melepaskan pelukan erat Zhi han begitu tak ada kata kata balasan yang keluar dari mulut Zhi han. ia menyeka keringat di wajah Zhi han dengan lembut.

"apa kamu sakit..??" ucapnya sekali lagi. Zhi han memandangi wajah wanita yang di cintainya ini dalam dalam. seperti mencari celah apakah wanita di hadapannya ini memahami perasaannya, hingga hasrat itu tak bisa ia pendam dan pada akhirnya ia meraih pinggang ramping istrinya dan menciumnya dengan lembut. riri yang tak menyangka dapat ciuman itu lagi tak mampu menolak kali ini. ia merasakan dekapan dan ciuman hangat itu lagi kali ini. ia hanya mampu pasrah dan merasakan ketulusan dari lelaki yang ia nikahi dalam beberapa bulan ini.

" byuurrr" air dingin mengalir ke tubuh mereka dan mereka menghentikan ciumannya lalu menoleh ke arah sumbernya.

" ciuman kok diteras, sana ke kamar gak tau tengah malam apa" ucap papi riri dengan cueknya.

" yaaa... papiiii kurang kerjaan banget siih, basah nih " ucap riri.

" kamu gak apa apa." ucap riri sambil membenarkan rambut Zhi han. walau ia merasakan ada yang aneh pada bagian kakinya.

" kamu sendiri..." ucap Zhi han memastikan istrinya baik baik saja.

"akuuu..akuuu..kok kakiku lemes ya..sakiit..aww" rintih riri yang merasakan kram pada kakinya. ia baru sadar bahwa hari ini semenjak dari bandara sampai jam segini ia tak hentinya berjalan. hingga kaki dan tubuhnya sangat penat. melihat riri yang kesakitan Zhi han segera menggendong istrinya membawanya ke kamar. di pembaringan tempat tidur Zhi han meraih kaki istrinya dan memberi minyak oles sambil memijat kaki riri dengan lembut. setelah agak baik kan riri pun meraih handuk untuk membersihkan tubuhnya yang di guyur air dadakan papinya barusan. Zhi han yang melihat istrinya beranjak dari pembaringan meraih tangan istrinya " kamu mau ngapain kakinya masih sakit kan ??" ucap Zhi han sambil menuntun istrinya yang menuju kamar mandi.

"ya mandilah.." ucap riri mencoba santai. di kamar mandi riri berusaha memejamkan matanya dengan guyuran air hangat di sekujur tubuhnya. bayangan ciuman Zhi han barusan membuat nya merasa buntu. ia tak habis fikir pada dirinya sendiri, kenapa ia tak menolaknya, kenapa ia membalas dekapan hangat pelukannya tadi,,apa ini..fikir riri dalam hati. sehabis mandi dan menyemprotkan wewangian ia kembali ke pembaringan. sementara Zhi han yang berdiri di samping kamar mandi menunggui riri mandi sedari tadi nampak terus menatap wajah istrinya.

" kamu kemana az dari tadi sampai jam segini " ucap Zhi han setengah menyelidik ingin tau kejujuran istrinya.

"mmm...biasa ke perusahaan terus shopping.." ucapnya polos setengah berdusta.

Zhi han yang mendengar keterangan riri segera berdiri meraih handuk untuk mandi membersihkan dirinya. di kamar mandi perasan dan fikiran nya yang mulai sedikit reda akibat cemburu barusan nampak berusaha kembali menenangkan diri. ia tau istrinya baru saja berbohong. tapi ia berusaha mempercayai pasti ada sesuatu yang membuatnya bersikap seperti itu. air dingin mengguyur tubuh Zhi han yang kekar. sehabis mandi ia berdiri di depan cermin besar sesekali memandangi istrinya yang menatapnya kebingungan. ia pun menyemprotkan wewangian yang dipakai istrinya tadi tanpa ia sadari itu bukan miliknya. namun kali ini ia langsung menuju pembaringan di samping riri. tanpa memakai baju dan hanya di balut dengan handuk.

Zhi han mematikan lampu kamarnya yang sekarang hanya diterangi lampu tidur yang redup. ia memalingkan tubuhnya ke arah istrinya. Riri yang hampir menutup matanya tersadar begitu ada tangan yang wangi membelai wajahnya. merekapun berpandangan seketika. entah apa yang di fikirkan masing masing. hingga riri menutup matanya perlahan. dan Zhi han mengecup keningnya dengan lembut. mata Zhi han masih tak terpejam dalam hatinya masih ada fikiran yang tersisa, riri yang menyadari pria di sampingnya tak bisa tidur karena pergerakan tubuhnya yang gelisah. seketika mendekatkan dirinya dan memeluk Zhi han. Zhi han nampak kaget dengan perlakuan istrinya kali ini.

"Good night mr.Zhi" ucap riri di telinga Zhi han dengan lembut dan perlahan terlelap kemudian.

Zhi han merasakan kesejukan mengalir di hatinya. perlakuan istrinya barusan membuat hatinya merasakan ketenangan ia pun membalas dekapan istrinya hingga terlelap dalam heningnya malam.