pagi minggu yang nampak sedikit redup karena sehabis di guyur hujan subuh tadi, membangunkan dua insan yang tertidur lelap dalam pelukan. Zhi han yang terganggu dengan bulu mata lentik istrinya mencoba membuka kedua kelopak matanya, walau ia sangat enggan. ia mencoba menyadarkan diri membangunkan dirinya. yang kemudian memandangi wajah polos istrinya tanpa make up, sangat alami nan manis. ia menaruh jari telunjuknya dari dahi, hidung hingga bibir istrinya yang menawan.
"haapp" seketika ia menjerit begitu riri mengigit jarinya.
" yaa..kok digigit..." ucapnya yang meringis kesakitan.
" habisnya usil banget, masih enak tidur tau..." ucap riri yang kembali memejamkan matanya.
" banguunn...ayo bangun sudah siang.." ucap Zhi han yang menggulung istrinya dengan selimut dan mengelitiki pinggangnya.
riri yang mendapat serangan dari Zhi han segera bangun dan membalasnya,,
" kamu usil banget siihh.." ucap riri yang tak terima sambil berdiri tanpa sadar menggigit sebuah handuk. keusilan mereka pun sesaat terganggu. mereka berpandangan hingga riri melepaskan handuk dari gigitannya.
"Aarrrgggghhhh,,,,apa ituuu..." ucap riri yang menutupi wajahnya.
Zhi han pun sempat kaget dan mengambil kembali handuknya. kemudian membalut tubuhnya. lalu berlari ke kamar mandi, ia sangat gugup sekali dengan kejadian barusan. kalau ia teruskan..entahlah..fikiran zhi han tak jelas hingga ia menepuki kepalanya mencoba menyadarkan dirinya kembali.
sedang riri yang lemas duduk di pembaringan dengan rambut yang acak acakan.
" apa tadii...malunyaa" ucapnya sambil menggigiti bantal. ia kemudian perlahan membenamkan diri di dalam selimutnya
#####
Zhi han yang sudah rapi kini duduk tenang di meja makan bersama papi mertuanya. sambil menunggu istrinya yang lagi mandi di kamar.
tak lama riri datang menghampiri meja makan, mereka berdoa kemudian dilanjutkan dengan sarapan pagi. riri mengambil ayam goreng untuk putranya. dan beberapa sayuran lainnya. melihat hal itu Zhi han dan papi riri secara bersamaan menyodorkan piring mereka. riri yang melihat dua buah piring yang mengarah kepadanya, segera mengambil piring nya sendiri dan dengan cueknya menyuap nasi ke mulutnya. alhasil Zhi han dan papinya duduk manyun dengan piring kosong di meja makan. mereka pun akhirnya bergantian mengambil nasi dan lauk pauknya sendiri.
"bagaimana malam tadi..apa kalian bersenang senang.." ucap papi riri menatap Zhi han dan riri. sambil memainkan jarinya.
Zhi han dan riri saling berpandangan dan terbatuk bersamaan.
"papi apaan siih... kurang kerjaan banget nanyain kaya gitu.." ucap riri yang merasa malu dan tersudutkan.
"mmm..lumayan pi..mengasyikkan" dengan cueknya Zhi han berkata demikian.
riri yang benar benar merasa tersudutkan hanya terdiam malu sambil menghabiskan makannya.
" hari ini papi mau mengajak Satria jalan jalan.. kalian persiapkanlah buat besok karena besok bukankah tim penilai akan berkunjung, persiapkan diri dan jangan gugup" pesan papi riri yang memang sengaja meninggalkan mereka berdua berhubung besok adalah hari yang lumayan menegangkan.
riri yang tersadar ucapan papinya pagi tadi di meja sarapan segera meraih handphonenya. memencet nomor handphone nona Xiou.
" apa besok sudah beres " ucap riri sambil mendengarkan ucapan nona xiou.
" sudah nona..kemungkinan besok kita dapat kejutan " ucap nona xiou.
riri pun tersenyum " bukan hanya kejutan tapi mungkin mengejutkan " balas riri tersenyum dingin.
Zhi han yang memperhatikan omongan istrinya mencoba duduk rilexs. sambil sesekali membaca dan memperhatikan isi massenge pengawal Kwang. yang memberitahukannya bahwa usahanya berhasil meyakinkan salah satu pemegang utama di majalah shanghai. senyum simple terukir di wajah Zhi han. ia pun berdiri dan memeluk riri.
" apa perlu kita hari ini pergi ke pantai lagi atau kita berjalan jalan ke tempat lain supaya hatimu tak tegang buat besok" ucap Zhi han lembut.
"mmmm...bukankah kita sudah ke pantai, aku memang gugup buat besok, tapi kalau kita terus terusan bersantai seperti ini, aku takutnya kita akan kalah besok" ucap riri memandangi kaca jendela.
" baiklah,, terserah padamu saja, tapi berani jamin esok kita pasti bisa memenuhi nilai di kertas tim penilai dan apabila kita menang maukah kau menemaniku " ucap Zhi han yang membalas pandangan riri di kaca jendela.
" kemana.."ucap riri yang membalikkan tubuhnya dan menyandarkannya ke dinding kaca.
"Shanghai..hanya berdua" ucap Zhi han sambil membenarkan rambut riri.
"shanghai..ada apa di sana" ucap riri heran.
"kau akan tau nanti.." ucap Zhi han yang ingin mencium kening riri namun kali ini riri menundukkan kepalanya, sambil perlahan menjauhkan tubuhnya dari pelukan Zhi han dan menghindari serangan mendadak Zhi han hingga bibirnya nempel di dinding kaca.
riri yang cekikikanpun beralih duduk di sofa. Zhi han pun mendekati dan meraih tangan riri mengajaknya pergi.
" kita kemanaa...aku belum ganti pakaian.." ucap riri yang tergesa gesa karena tangan ya di tarik Zhi han.
sesampainya di parkiran dengan tingkah menggemaskan Zhi han mendudukkan istrinya di mobil kesayangannya. kemudian refleks mencium bibir riri. riri pun bengong akibat kecupan barusan.
"ikuti aku...okey..jangan banyak tanya"..ucap Zhi han membuat riri terdiam.
Zhi han melaju membawa riri menuju sebuah apartemen di pantai mutiara jakarta utara. kawasan elit dan mewah tersaji di sana di tambah pemandangan pantainya.
"kita kemana sih.." ucap riri lagi yang masih bingung.
Zhi han memarkirkan mobilnya di sebuah parkiran nan luas. ini adalah kawasan terbilang elit. dimana Zhi han membeli langsung tiga buah apartemen yang tergabung jadi satu. begitu riri turun telah tersusun berbagai merk mobil dunia yang sangat fantastik di pandang mata. membuat riri sangat iri. ia tak menyangka Zhi han memiliki hobi yang sama dengannya. mengoleksi mobi mewah.
Zhi han mengajak riri menaiki lift menuju lantai apartemennya. riri yang memasuki lantai apartemen suaminya, sangat kagum dengan kemegahan interior di dalam apartemen Zhi han.
" nyonya Zhi...look at" ucap Zhi han yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta dari atas apartemennya.
" waah...indah banget " ucap riri mengagumi.
"bersantai lah...ini juga rumahmu" ucap Zhi han mengacak ngacak rambut istrinya.
Zhi han langsung menuju arah pantry membuat juz mix kesukaannya. dan menyodorkan pada istrinya.
namun seketika minuman tersebut habis begitu saja. membuat Zhi han tertegun.
"kamu haus banget kayanya ya..kayak habis naik tangga az .." ucap Zhi han sambil mengambil cangkir bekas jus yang di minum istrinya.
"mmmm...bikinan kamu menyegarkan"..ucap riri yang berkeliling ruang apartemen.
"ikutlah.." ucap Zhi han yang menarik tangan riri menuju lantai atas. memasuki sebuah kamar yang unik, dengan gaya futuristik bercampur retro di tambah ada kaca jendela di langit langitnya.
"kamarmu..." ucap riri
"tepatnya..ini kamar kita" balas Zhi han yang menarik tubuh istrinya duduk di sofa sambil memandangi pemandangan kota dari apartemennya.
"kau suka..".ucap Zhi han
" mmm...lumayanlah" balas riri
mendengar hal itu Zhi han menghela nafasnya. ia tak mengerti hal seperti apa yang amat di sukai istrinya.
sedang riri yang memandangi pemandangan kota hanya termenung tak mengira ternyata Zhi han lelaki yang lebih baik dari yang ia kira.
"nyonya Zhii..."ucap Zhi han yang membelai lembut kepala istrinya.
"mmmm...ada apa..dari tadi kamu banyak sekali pertanyaan" ucap riri santai.
"kapan kau mulai jatuh cinta padaku.." ucap Zhi han membisikkan kalimat barusan di telinga istrinya.
riri yang di beri pertanyaan tersebut terdiam sesaat, ia tak mampu menjawab, walau dalam hatinya sedang terselip celah perasaan seperti itu. tapi rasanya masih sangat sulit sekali. ia tak mau tertipu lagi.
"mmmm... sorry" ucap riri lirih namun tak terdengar di telinga Zhi han yang asyik meminum minumannya.
Zhi han tau pertanyaan barusan tak akan terjawab secepat ini, namun rasa ketidaksabarannya mulai menggeluti perasaan dalam hatinya. ia tak mau kehilangan kesempatan sedikitpun. terlebih ia merasa saingan baru telah hadir di antara dia dan riri.
"kita nginap di sini ya.." ucap Zhi han pada istrinya yang ternyata terlelap di pundaknya.
Zhi han yang merasa istrinya tertidur,segera merubah sofa yang ia tempati menjadi tempat tidur otomatis. sofa ini memang ia pesan khusus untuk sesekali ia bersantai santai sambil rebahan. ia pun meletakkan kepala istrinya di bantal sofa dengan lembut dan mengambil selimut yang berada di laci meja dekat sofa. ia selimuti istrinya dan memandang langit langit kamar sambil memeluk istrinya yang tertidur di sela tangannya. lamunannya mengarah jauh, seandainya saja..duluu..mereka dipertemukan dan berjodoh, bukankah hari hari akan seperti ini. Zhi han sangat berterimakasih pada uncle lee yang mau memberi foto gadis manis yag di simpannya di dompetnya pada Zhi han. meskipun ia tak tau apa yang akan terjadi ke depannya, ia tak akan melepaskan pelukan ini sedikitpun. Zhi han berharap 2 tahun akan jadi 20 tahun bahkan mungkin 200an tahun hingga maut memisahkannya dengan wanita berharga yang sangat ia cintai ini. ia teringat pesan ayahnya "mencintai lah satu kali namun hanya untuk yang terakhir kali" kalimat inilah yang menjadi pijakannya untuk terus mengejar cinta riri, bahkan dengan pengorbanan yang panjang. ia berjanji tak ada kata yang sia sia dalam kehidupannya. dan berdoa semoga wanita yang dipelukannya sekarang menjadi bagian dari tulang rusuknya.