Chereads / Me is me / Chapter 21 - Sneakers...

Chapter 21 - Sneakers...

Sore ini kembali riri duduk di teras kantor ruangan perusahaan utamanya. tentu saja sambil menemani putranya bermain. fikiran nya benar - benar tak tenang atas insiden siang tadi diperusahaan mantan suaminya. terlebih lagi melihat Dina yang mulai menyiksa karyawannya. tentu saja rasa marah itu semakin besar riri rasakan. bagaimanapun wanita itu tak menunjukkan rasa kebersalahannya bahkan sangat angkuh sekarang. riri mencoba menenangkan dirinya perlahan - lahan. sambil menikmati kudapan yang di buat bu Sundari, dan John menyerahkan sebundel dokumen baru hasil analisis kerjanya hari ini. mata riri membaca satu persatu keterangan dalam dokumen tersebut.

kebetulan sebelum pulang dari perusahaan mantan suaminya, riri melihat beberapa karyawan perusahaan itu yang selalu tergesa - gesa dalam bekerja, bahkan tak ayal mereka kadang terjatuh karena beban berat di tangan yang menopang setumpuk dokumen. karyawannya sangat rajin, tapi gajih yang minim dan fasilitas yang tak memadai sangat mengganggu pemandangan riri. bukankah perusahaan itu baru ia rehab. tiba - tiba saja terlintas ide di benak riri, ia mengambil buku gambar dan pensil warna, dengan cekatan ia mendesign sebuah gambar.

john yang memperhatikan nona majikannya yang serius tak mengerti apa yang akan digambar hingga riri pun selesai dan memperlihatkan hasil gambarannya.. 'John, menurutmu bagaimana gambar ini " tanya riri menyerahkan hasil gambarannya

" sepatu..." tanya john.

"mmm..sepatu sneaker..". ucap riri lagi

john masih tak mengerti maksud nona majikannya. riri pun bangkit dari tempat duduknya.. dan memandang ke arah seberang teras perusahaannya dimana biasanya Zhi han juga nongkrong duduk di seberangnya. ia merasakan ada sosok yang hilang. tempat biasa ia berbicara kepada seseorang di seberang sana. sangat sepi bagi riri.

***

Malam itu Zhi han menuju Clarke Quay Bay yang terletak ditepi singapura river yaitu salah satu tempat nongkrong di singapura di mana banyak terdapat restauran, bar maupun cafe. Zhi han mempercepat pertemuan khusus yang sudah di jadwalkan sebelumnya yang seharusnya diadakan besok. ia menemui seorang lelaki asal singapura, berperawakan tinggi besar dengan kumis tipis di sebuah bar. namanya Philip Ng.

mereka memesan tempat khusus. pembicaraan pun berlangsung lancar hingga kesepakatan terjalin.

"good, because of this agreement i will give additional value points Zhi han, for you n your wife"(baik, karena kesepakatan ini aku akan memberikan point nilai tambahan untukmu dan istrimu". ucap Philip

"okey, thanks you so much philip, i hope our collabortion will produce satisfying result" . ucap Zhi han sambil tersenyum senang dan berharap hasil kerjasama mereka akan membuahkan hasil yang memuaskan.

setelah selesai dengan pertemuan itu Zhi han langsung menuju bandara untuk pulang ke negara dimana istrinya berada.

di bandara ruang tunggu keberangkatan Zhi han melihat sepasang suami istri, yang istrinya sedang hamil. Zhi han sangat iri sekali. kapan ia bisa menikmati kehidupan seperti itu, memiliki istri yang sempurna walau ia tau sudah memiliki anak tiri, namun tetap saja ia belum merasa sempurna. meski ia tau riri menginginkan pernikahan ini hanya sementara. walau ia sudah berbuat curang tanpa sepengetahuan riri. ia sangat terobsesi akan istrinya.

***

di ruang pribadinya riri pun tengah asyik melanjutan beberapa designnya. ia pun menghubungi Rima sahabatnya.

" rim..loh sibuk ga besok " tanya Riri.

" sedikit...emang ada apa tumben lo telpon gue jeng ri.." tanya rima heran

" gue perlu bantuan lo..please.." rengek riri memohon.

" apa yang nggak buat elo jeng..."

" besok, mungkin pas jam makan siang sehabis jemput satria gue ke kantor elo "

sahut riri sambil menutup handphonenya.

tak sengaja riri pun memandang tempat tidur yang biasa dipakai Zhi han. entah kenapa fikirannya tentang Zhi han selalu membayangi. sikap konyol Zhi han saat menggodanya, bahkan kadang kata kata yang serius riri dengar saat meminta pendapatnya. benar - benar fikir riri sambil tersenyum ia pun melanjutkan pekerjaannya hingga larut malam.

pagi itu rifah yang mendapati rekaman cctv istrinya marah besar.

" apa yang kamu lakukan dina!..kamu benar benar tak mampu mengendalikan diri". ucap rifah sambil memukul meja kerjanya.

"Mas...itukan bukan salahku.."rengeknya sambil mendekati suaminya.

"inii..." jawab suaminya sambil menyerahkan rekaan cctv yang ada di handphonenya.

seketika wajah dina berubah tanda tak percaya dari mana suaminya mendapatkan rekaman insiden kemarin.

"minta maaflah nanti.." ucap Rifah

dina yang mendengarnya semakin tak percaya suaminya tak membelanya saat ini.

rifah duduk di lantai ruang 1 tepatnya di sofa tunggu untuk menunggu bos barunya datang. namun sayang bosnya hari ini tak mampir ke perusahaan, dina yang memandangi nya di kejauhan merasa heran apa yang sedang di tunggu suaminya.

***

Riri menatap pigura besar yang ada di hadapannya sekarang, sambil duduk diatas tepian sofa. ia melihat foto seorang pria yang gagah, tampan dengan dasi bergaris simetris pemberian dari riri. dengan senyum simple terlukis di wajah foto itu.

"kakak...lama tak bertemu...pasti sekarang kalau kau ada, kau akan menggodaku..mengejekku bahkan mentertawakanku.. andai saja nasibmu tak seperti itu, mungkin sekarang kau nyata di depanku bukan fotomu yang ku lihat." ucap riri dalam hati sambil menyeka air matanya.

rima yang baru sampai di ruangannya terpaku menatap riri yang terus memandangi foto calon suaminya dulu.

ia membuyarkan rasa sedihnya dan segera merangkulkan tangannya di bahu riri dan memeluk sahabat yang mungkin saja bisa jadi adik iparnya.

" pasti sekarang dia sangat bangga sama elo jeng.. elo adik satu satunya yang sudah berhasil membangun sebuah perusahaan raksasa menjadi lebih besar lagi. terlebih lagi gue denger lo baru menikah, terlalu banget ya..sahabat sendiri gak diundang, bahkan tau dari anak buah lo". ucap rima ngambek. riri berbalik dan memandangi rima. benar benar wanita tegar yang sekarang berdiri di depannya, ia mampu melewati ini semua sendirian. bahkan tanpa keluarga. rima di besarkan di panti asuhan orang tuanya tak di ketahui keberadaannya. mereka akrab di bangku smp. bahkan sampai sekarang. riri sengaja menjodohkan kakak dan sahabatnya agar ia bisa selalu dekat dengan orang yang ia sayangi. namun siapa sangka mereka tak berjodoh. seandainya saja kakaknya tak pergi dalam keadaan seperti itu, mungkin sekarang mereka sudah menikah.