Malam itu Elin sudah seperti menunggu Hasil Ujian Kelulusan. Pikirannya kemana-mana, deg-degan... Dia ingin cepat berakhir, baik malam itu maupun tentang dirinya dan Reuh...
Sebenarnya Elin sudah mengira Reuh akan datang lebih cepat dari janjian mereka tapi dia lupa berpesan sama Ade untuk datang lebih awal.
Sudah lama ya Lin...
Ya, kata Elin...
Maafkan aku yang sengaja tidak mengganggumu, sejak hari itu. Karena aku tau, kamu pasti butuh waktu dan ruang untuk memikirkan masalah kita. Tapi aku terlena urusan kuliahku dan aku belajar kerja part time karena kamu suka cowok yang mandiri kan.
Elin tersenyum walaupun terpaksa.
Entah apa kamu menganggap hubungan kita sekarang yang pasti maksud aku datang ke sini adalah...
Hay Elin... Ade teriak dari pagar rumah Elin...
Kak Ade, Kak Aga sudah pulang? Elin kaget ternyata Aga sudah pulang.
Aga tersenyum dan mereka berjalan mengarah Ke Elin. Aga mengelus beberapa kali kepala Elin. Kamu baik2 saja? Baru 1 bulan di tinggal sudah ada yang baru datang ke rumah. Kali ini memang tidak boleh ditinggal lagi ini, tiap pulang pasti ada orang baru.
Apa sih kata Elin? duduk kak, kapan nyampe?
Tadi habis maghrib naik pesawat Jam setengah 4.
Kenapa nga istirahat dulu? Kan pasti capek banget.
Maunya sih gitu, tapi cukup ngeliat kamu rasanya lelah 1 bulan ini langsung lenyap.
Jangan mulai deh! kata Elin sambil tertawa...
Eh, siapa ini ujar Ade?
Kenalin Kak Ade, Kak Aga ini Reuh kebetulan lagi main ke rumah neneknya di Komplek E.
Oh, Ade mencoba menyapa.
Hy bro, aku banyak teman tu di Komplek E? Rumahmu yang mana?
Rumah Nenek Gua yang tepat di belokkan pertama.
Oh yang paling besar itu ya? Yang ada Kolam Renang di Rooftop kan ya?
Nga besar bro, sama aja kayak rumah lainnya.
Memang sengaja kolam renangnya di rooftop biar bisa ngeliat view ketinggian. Elin suka banget kalau ngeliat ketinggian kan ya Lin.
Elin tersenyum, sambil mengangguk kaku.
Eh, tunggu sebentar ya. Aku buatin Kopi dulu ya!
Bukannya biasanya ada bik Agus ujar Reuh, kamu nga usah repot2.
Nga' apa2 Reuh, Kak Aga biasanya cuma minum kopi yang aku buat. Tunggu sebentar ya...
Elin menjalankan drama yang sengaja di rangkai sama Ade. Sambil Ade mengajak Reuh ngobrol tangannya sambil mengetik pesan ke Elin. Terkait Kopi, jadi aja Elin masuk ke dalam.
15 menit kemudian Elin keluar membawa kopi untuk Aga, dan diiringi bik Agus membawa beberapa Jus dan Kue.
Eh, Mas Reuh... Sudah lama nga keliatan...
Iya Bik Agus, Gimana sehat? Makin kelihatan segar banget.
Oh, Mas Reuh bisa aja. Bibik sehat Mas.
Saya ada bawa beberapa oleh2, buat Bik Agus dan lainnya. Reuh berdiri mengambil bingkisan dari dalam mobilnya. Ini di dalamnya sudah ada nama2 semua orang. Sampaikan salam saya, karena tidak bisa memberikan secara langsung. Karena keadaan sekarang sepertinya sudah tidak memungkinkan. Titip salam buat semuanya ya bik.
Eh, Mas Reuh repot2 sekali. Terima kasih ya..
Bik Agus masuk kerumah kembali.
Reuh sebenarnya apa yang mau kamu katakan tadi?
hmm... Reuh menoleh ke arah Elin... Sebenarnya banyak yang mau aku ucapkan selain permohonan maaf yang tadi tapi sepertinya situasinya sudah nga nyaman...
Lanjut aja bro ujar Ade, anggap aja kita nga ada. Ya kan Ga?
Terserah aja kata Aga, mungkin mendapatkan kepastian secara Lisan lebih membuat dia lebih tenang. Bukankah setiap orang bisa menilai!
Reuh tersenyum sinis ke arah mereka berdua. Lin, aku hanya ingin tau. Apakah pesanmu waktu itu, adalah keputusan setelah kamu berpikir panjang? Atau hanya emosi sesaatmu saja? Kamu pasti tau kan bagaimana besarnya perasaanku padamu dan hanya aku yang rela melakukan apa pun demi kamu. Selama beberapa bulan ini aku menganggap kamu hanya butuh ruang untuk merasakan kehilanganku, dan waktu untukku menunjukkan padamu bahwa aku bisa mandiri. Aku mencoba beberapa pekerjaan part time dan tidak menggunakan kekuatan ayahku untuk mengikat kamu. Bahkan semua barang yang aku berikan hari ini, semua dari hasil kerja part time ku. Aku baru datang ke sini, setelah mempunyai uang untuk membeli tiket sendiri tanpa uang dari ayah sama sekali. Bahkan ayah dan ibu sungguh senang karena kamu satu2nya wanita yang bisa mengubahku jadi lebih baik. Mereka besok akan datang naik pesawat pertama untuk menemuimu dan mengucapkan terima kasih karena sudah merubah aku menjadi lebih baik.
Aku tau, aku salah kemarin tapi tolong pertimbangkan perasaan orang tua ku.
Aga dan Ade terlihat menegang dan terlihat emosi karena tidak menyangka kalau bocah ini akan menggunakan orang tuanya sebagai alasan.
Aga berdiri mendekati Elin dan Reuh. kamu tenang saja Reuh, Elin adalah anak yang sangat baik. Besok aku akan menemaninya menemui kedua orang tua mu. setidaknya Elin harus menghormati orang yang berniat baik padanya apalagi itu orang tua dari mantan kekasihnya. Toh yang berpisahkan adalah kalian berdua, orang tua tidak ada masalah apa2. Iya kan lin? Aga merangkul bahu Elin dan sedikit mengencangkan pegangannya untuk membuyarkan pikiran Elin.
Oh, iya... Maafkan aku Reuh, tapi aku akan menemui orang tuamu besok. Orang tua mu bisa datang ke sini atau kita bisa janjian di luar ujar Elin. Bagaimana pun, kita mulai dengan baik2 dan ada baiknya berakhir dengan baik2 juga.
Reuh, hanya menatap tajam Elin. Kalau kamu mau berakhir dengan baik2, seharusnya mereka tidak ada di sini sekarang. Kamu berlindung di belakang orang yang belum tentu bisa melindungi dan menjaga kamu seperti aku dan keluargaku selama ini. Bahkan harusnya kamu tau, mana yang pantas dan tidak untukmu. Harusnya aku tau lebih awal bahwa pengorbananku untukmu pasti akan sia2. Karena dari awal hanya aku yang berjuang, hanya aku yang bertahan dan hanya aku yang mencintaimu... Sedangkan kamu sibuk dengan duniamu sendiri... Setidaknya kamu, menunjuk ke arah Aga... Sudah tau dia wanita seperti apa...
Reuh berjalan menuju mobilnya dan langsung mengebutkan mobilnya.
Elin sempat tertegun karena tidak menyangka Reuh akan sekekanak-kanakan seperti itu...
Ade menepuk pundak Elin dan melepaskan tangan Aga dari pundak Elin...
Kenapa kamu tertegun?
Aku serasa jadi wanita jahat dibuat kata2nya!! Sumpah, seperti aku yang Psyco bukan dia... Elin tertawa...
Tapi kamu hampir terpengaruh tadi kan, ujar Ade. Luluh karena dia membawa nama Orang Tuanya....
Aku sempat terhipnotis sama kata2nya... Sumpah, makasih ya kalian sudah bantu aku lepas dari psyco itu.
He eh Psyco, kalian nga merasa. kalau dia tadi Playing Victims? Yang buat kami putus dia, tapi seolah-olah dia yang teraniaya...
Emang dia itu kalian bilang psyco kenapa?tanya Ade
Sebenarnya itu istilah saja sih kak, karena dia akan melakukan apa saja kalau sudah sesuatu hal itu tidak sesuai keinginannya. Kalian tau kalau ayah dan ibunya tadi tedengar baru mau bertemu padaku kan? Sebenarnya aku sudah berapa kali ketemu ayah dan ibunya!!
Hah, serius??
He eh... Aku pernah didatangi sama ayah dan ibunya hanya karena tidak membalas pesan dan teleponnya Reuh. Mereka datang ke sini, seperti main ke Mall dari sana. Datang cuman buat menanyakan kenapa aku tidak membalas pesan dan telepon anaknya dan menyuruhku sekedar membalas pesan. Gila kan? Dan akhir2 setelah putus aku baru tau, kalau dia yang membuat aku putus dengan Ivan dan dia selalu membatasi jika ada yang mau dekat denganku. Dia punya banyak teman yang rela melakukan apa saja untuknya hanya karena Reuh selalu menghamburkan uang untuk mereka. Dia sangat posesif dan itu membuat aku takut. Orang tuanya berapa kali datang ingin bertemu mama, tapi aku selalu bilang kalau mama sedang tidak dirumah. Bilangnya sih mau kenalan, tapi ART di rumah neneknya Reuh cerita ke Bik Agus bahwa mereka berapa kali datang ingin ketemu mama karena ingin mengatalan kalau anaknya serius padaku dan ingin mengikat secara Lisan. Jika mama ku tidak keberatan mereka ingin aku melanjutkan kuliah ditempat yang sama dengan Reuh dan bisa tinggal di apartemen milik mereka. Khayalan anaknya terlalu tinggi, aku tamat SMA aja belum.
Bukannya merasa bahagia dan bangga, aku malah takut dengan pria yang seperti itu.