Winda masih merasa risih jika teringat wanita yang tadi begitu sombong. Masih saja ada orang seperti itu, dia yang salah tapi malah menyalahkan orang lain yang hampir jadi korban. Sekarang ini kehidupan menjadi semakin keras semuanya bisa di bolak-balik, korban jadi tersangka, salah dibenarkan, kebenaran dipersalahkan. Jarang orang mau mengakui kesalahannya dan minta Maaf. Terserahlah, tidak bisa juga memaksakan orang lain, yang penting bagaimana kita menjaga diri kita sendiri agar tidak terpengaruh efek buruk dari lingkungan.
Winda turun dari taksi tepat di depan rumahnya, dia segera masuk untuk beristirahat.
"Winda" panggil seseorang dari belakang.
Winda membalikkan badanya melihat siapa yang memanggilnya.
"Winda, apa kabar sayang?" ucap pria tersebut.
"Kabarku baik, bagaimana denganmu?" jawab Winda datar saat mengetahui bahwa pria tersebut Ari.
"Kabarku sangat baik karena telah bertemu denganmu sayang. Bagaimana kalau kamu menemaniku makan, ada yang perlu kita bicarakan." ajak Ari.
"Aku lelah, baru saja pulang." Winda coba menolak.
"Lelah jalan-jalan dengan pria lain?" Suara Ari meninggi. Ari memang mudah tersulut emosi.
"Hah!" Winda merasa omongan Ari tidak masuk akal.
"Kita harus bicara, Aku tidak mau dengar alasan, sekarang kamu harus ikut Aku!" paksa Ari sambil mencengkeram kuat lengan Winda, hingga Winda merintih kesakitan.
"Ah sakit, lapaskan Aku Ar" ucap Winda sambil menahan sakit di lengannya.
"Ayo ikut" Ari menarik Winda ke dalam mobilnya.
"Ok, Aku ikut tapi lepaskan tanganmu."
Mobil Ari melaju kencang dan berhenti di sebuah restoran yang cukup terkenal. Winda heran sebab tidak biasanya Ari mengajak Winda ke tempat seperti ini.
"Apa kita tidak salah tempat?" tanya Winda saat mobil Ari terparkir.
"Kenapa?kamu terkejut? Aku pun mampu mengajak kamu ke restoran mahal seperti pria yang menjemputmu tadi pagi." ucap Ari angkuh.
"Aku rasa kamu salah faham" Winda menyadari jika kekasihnya itu sedang dilanda rasa cemburu. Winda akhirnya tersenyum.
"Kenapa? ada yang salah? kenapa kamu tersenyum?" Ari heran melihat perubahan ekspresi Winda.
"Tersenyumpun salah?" Winda balik bertanya.
Mereka berdua duduk di sebuah meja untuk dua orang di dekat jendela dengan pemandangan yang indah.
"Sayang, Aku kangen kamu" ucap Ari.
"Ohya?" jawab Winda singkat.
"Aku serius. Beberapa hari kita tidak bertemu, kamu terlihat makin cantik" Ari mulai gombal.
Winda hanya diam, dia sudah terlalu kenyang dengan rayuan Ari, ini adalah kebiasaan Ari bersikap baik untuk memulihkan hubungan mereka yang agak renggang. Winda mulai menyantap makanan yang ada di depannya.
"Siapa pria yang menjemputmu tadi pagi?" tanya Ari mulai mengintrogasi.
"Dia asisten pasien baruku, Aku ditugaskan untuk Homecare oleh kepala perawat selama satu minggu." jelas Winda.
"Asisten? serapi ituu?" Ari meragukan penjelasan Winda.
"Kamu boleh tanya kepala perawat kalau tidak percaya." Winda malas meladeni rasa cemburu Ari.
"Bukan begitu sayang maksutku, Aku hanya memastikan kamu tidak bermain-main di belakangku. Aku hanya terlalu cinta dan nggak ingin kehilangan kamu." jelas Ari.
"Sudah petang, Aku ingin pulang." Winda mengalihkan pembicaraan.
"Baiklah, Aku juga harus kerja malam."
Di depan rumah Winda, "Terima kasih, hati-hati di jalan ya." kata Winda sebelum turun dari mobil.
"Tunggu" Ari menahan tangan Winda, mendekatkan wajahnya hendak mencium Winda.
"Ada panggilan masuk" ucap Winda beralasan sambil meraih ponsel di dalam tasnya dan pura-pura berbicara ketika ponsel nempel di telinga, Winda segera turun dan melambaikan tangan ke Ari.
Winda merasa malas dengan Ari, entah kenapa ia merasa hubungan ini tidak semanis dulu. Winda hanya butuh waktu untuk memikirkan semua ini. Memikirkan apa yang sebenarnya dia inginkan.
***
Di kediaman keluarga Adijaya ...
"Dimana Tuan muda Luis?" tanya wanita dengan tahi lalat di sudut kiri atas bibirnya.
"Tuan muda sedang beristirahat di ruangan beliau" jawab Niko.
"Aku ingin bertemu dengannya."
"Maaf nona, sebaiknya Anda datang lagi nanti atau menunggu di ruang tamu." Niko menyarankan.
Wanita itu tidak mendengarkan Niko, dia langsung menuju ke ruangan Luis. Niko mencoba mencegahnya namun gagal, wanita tersebut terlalu keras kepala dan semaunya sendiri. Niko pasrah dan mengekori wanita sombong itu. Wanita tersebut masuk ke ruangan Luis dan duduk di tepi ranjang, mengagumi ketampanannya dan mencoba membelai pipi Luis. Luis terasa, dia tersenyum dengan mata masih tertutup, memegang tangan yang membelainya, perlahan Luis membuka matanya.
"Hai, tuan mudaku." sapa wanita itu dengan senyum menggoda.
"Hah!" Luis terkejut. "Jesika?" kata Luis tidak percaya.
***
Di rumah Winda, Bunda Puspitasari sedang duduk di depan TV, heran melihat putrinya baru pulang.
"Selamat malam Bunda," kata Winda sambil mencium pipi Bundanya.
"Malam, baru pulang sayang?" tanya Bunda.
"Iya Bunda, Winda sebenarnya sudah pulang tadi jam empat tapi Ari sudah menunggu di depan dan mengajak Winda makan." jelas Winda.
"Kenapa Ari nunggu di depan? Kenapa tidak tunggu di rumah dan ketemu Bunda? tapi, ya sudahlah. Ari memang selalu begitu dari dulu." Bunda maklum memang seperti itu sifat Ari, itulah salah satu yang Bunda tidak suka dari Ari.
"Winda mandi dulu ya Bun."
Selesai mandi Winda lihat ponsel dan teringat Intan, kemudian mengirimkan pesan untuknya.
"Lagi apa tan? Aku sudah di rumah nih."
"[Dinas malam, tapi slow kok kerjaannya, gimana tadi? seperti apa pasienmu?]" tanya Intan penasaran.
Winda menjelaskan secara detail tentang pasienya itu, hingga Winda menceritakan wanita sombong yang hampir saja memabraknya.
"[Wah, menarik. Uhm, Aku rasa akan ada sesuatu antara kamu dan Tuan Luis itu. Gimana menurutmu Winda?hahaha]" Intan menggoda Winda.
"Aku mau tidur, ngantuk." Winda menghindar.
"[Hahaha ... jangan lupa mimpikan calon pangeran barumu]" tulis Intan menggoda sahabatnya.
Winda menutup ponselnya dan tersenyum mengingat candaan sahabatnya itu. Ada-ada saja Intan itu. Tuan Luis itu pasienku, mana mungkin akan terjadi sesuatu. Hemm sepertinya Tuan Luis juga sudah mempunyai kekasih. Dia cantik, anggun dan berkelas. Meski sikapnya kurang baik. Batin Winda.
***
Di bandara Adi Soecipto Yogyakarta pintu kedatangan internasional.
"Udara yang hangat, Aku kembali" ucapnya dengan senyuman.
Asisten Dian tersenyum, "Kemana tujuan Anda selanjutnya?" tanya asisten Dian.
"Pulang ke kediaman keluarga Adijaya." jawabnya sambil tersenyum.
Wah siapa nih yang datang?