Chereads / Detak jantung cinta kita / Chapter 8 - Tidak terduga (2)

Chapter 8 - Tidak terduga (2)

"Santai saja, tidak usah tegang" ucap kepala perawat mencairkan suasana.

"Nah Winda, Saya memanggil kamu kesini untuk menyampaikan, mulai besok kamu tidak perlu datang ke bangsal VIP lagi" ucap kepala perawat dengan tegas. "Karena kamu ditugaskan untuk Homecare seseorang yang penting dan ini atas permintaan direktur Rumah Sakit" katanya berhenti sesaat untuk melihat respon perawat Winda.

"Saya rasa kamu akan mampu menyelesaikan tugas ini, karena dulu kamu pernah melaksanakan tugas yang sama. Bagaimana, apa kamu bersedia?" tanya Kepala Perawat di ujung kalimatnya.

Winda berpikir sejenak, dia takut salah mengambil keputusan yang bisa merugikannya, sifat Kepala Perawat yang seperti itu membuat Winda tidak bisa menolak apa yang sudah Beliau putuskan.

"Ya, saya terima tugas tersebut" jawab Winda pelan.

"Bagus, kamu memang bisa diandalkan. Bersiaplah, besok pukul 07.00 wib akan ada yang menjemputmu di rumah dan langsung membawamu ke rumah pasien. Rekam medis pasien dan tugas pelayanan perawatan akan di jelaskan saat kamu sampai di sana." Kepala perawat memberikan arahan.

Winda hanya mengangguk yang menandakan telah faham dengan arahan yang diberikan.

"Ohya, satu lagi. Kamu ditugaskan selama satu minggu saja karena pasien tidak menderita penyakit yang begitu serius. Tapi kemungkinan bisa lebih lama juga, setelah itu kamu tugas seperti biasa di bangsal VIP." Kepala perawat menyelesaikan kalimatnya dengan tersenyum.

"Baik bu Kepala."

"Ya sudah, kamu boleh menyelesaikan shift pagi kamu hari ini."

"Permisi Bu."

Winda berjalan keluar ruang Kepala Perawat, di dalam kepalanya bermunculan banyak tanda tanya. Winda menghela nafas, besok dia akan menghadapi suasana kerja yang baru.

***

Setelah jam pergantian shift selesai, Winda bersiap untuk pulang. Winda berjalan ke arah parkiran kendaraan sambil mengecek ponselnya, barang kali ada pesan masuk namun ternyata tidak ada satu pun pesan dari Ari. Saat sampai di parkiran Winda terkejut melihat seorang Wanita masuk ke dalam mobil Ari dan duduk di kursi penumpang kemudian mobil tersebut pergi begitu saja.

"Apa yang coba dilakukan Ari?" Pikir Winda dalam hati.

Biasanya Ari selalu menunggunya dan mengantar pulang bila mereka kebetulan kerja pada shift yang sama. Namun, Winda heran dengan apa yang dirasakan oleh hatinya, tidak ada rasa sakit sedikitpun. Dia heran dengan perubahan sikap Ari. Sudahlah, aku pulang naik taksi saja. Winda berjalan ke halte bus depan Rumah Sakit.

Sampai malam tiba, Ari masih tidak menghubunginya dan Winda juga enggan menghubunginya terlebih dahulu. Winda hanya merasa sepi, sebab biasanya ponselnya selalu berbunyi tiap menitnya. Ari begitu protektif kepadanya.

Bunda mengetuk pintu kamar Winda membuyarkan lamunan anak gadisnya itu.

Bunda menyerahkan buket bunga mawar dan coklat. Bunda menjelaskan bahwa tadi pagi setelah anaknya itu berangkat kerja, ada abang ojek online yang mengantarkan paket coklat dan buket bunga mawar, siang dan sore juga datang lagi paket yang sama. Bunda tersenyum penuh arti sambil berjalan keluar dari kamar anaknya itu.

Winda membuka surat yang terselip di antara bunga mawar, masih dari pengirim yang sama karena di pojok bawah surat tertulis, maaf untuk salah yang pernah aku lakukan. Siapa sebenarnya orang yang mengirim paket paket tersebut pikir Winda.

***

Pagi hari yang hangat, saat sang mentari menyinari bumi. Winda sarapan bersama Bunda sambil menunggu seseorang yang menjemputnya untuk membawanya ke suasana kerja baru. Tidak lama kemudian sebuah mobil sedan yang terlihat mewah dan mengkilap parkir di depan rumah Winda, seorang laki-laki memakai jas hitam, celana hitam, sepatu hitam dan kaca mata hitam mendekati Winda yang telah berdiri di depan rumah.

"Selamat pagi perawat Winda, mari saya antar anda ke tempat majikan saya, silakan naik ke dalam mobil." ucap laki-laki rapi tersebut.

Ah ini rupanya pegawai tempat pasienku. Aku kira masih saudara pasien. Kalau pegawainya saja serapi ini? Bagaimana kiranya sang majikan? Semoga saja bukan orang yang menyebalkan.

"Baiklah".

Winda masuk kedalam mobil, duduk di kursi penumpang belakang. Kemudian mobil melaju menerjang kemacetan jalan kota pagi itu. sekitar satu jam kemudian mereka masuk ke sebuah gerbang besar dengan penjagaan di sana, masih ada jalan beberapa meter dari pintu gerbang menuju rumah besar itu.

Halaman luas ditumbuhi rumput hijau yang terawat, bunga mawar dan anggrek bermekaran di sana, indah berwarna warni tersusun rapi. Ada air mancur melingkar di depan rumah besar itu, bergaya arsitektur barat klasik nan mewah.

Beberapa mobil mewah terparkir rapi di sudut samping rumah. Laki-laki yang tadi menjemputnya mempersilakan masuk rumah dan mengarahkannya untuk duduk menunggu di ruang tamu.

Wach ... besar sekali rumah ini, agaknya seperti apa orang yang harus aku rawat. Ucap Winda dalam hati.