Niko segera memberikan semua info tentang laki-laki yang tadi menjemput perawat Winda, tidak hanya info tentang data pribadi Ari, Niko juga menceritakan secara detail semua kejadian yang terjadi selama dia mengikuti mobil berwarna silver tadi.
Luis menyimpulkan kalau hubungan mereka sedang dalam masalah dari apa yang disampaikan oleh Niko.
"Ini pasti Tuan suka" Niko menyerahkan secuil kertas berisi alamat rumah.
Luis mengerutkan dahinya sejenak, membaca tulisan pada kertas tersebut kemudian tersenyum puas. "Good job Nik."
Luis pun langsung bertindak, melancarkan aksi merebut perhatian Winda.
"Nik, segera kirimkan seperti biasa. Tunggu!" Luis nampak berfikir beberapa saat, "Untuk dia kasih lebih spesial dari biasanya." Senyum licik itu terukir lagi di wajahnya.
"Baik Tuan" jawab Niko.
***
Hari ini Winda turun jaga, yach, setidaknya ada sedikit waktu untuk beristirahat sampai besok pagi. Winda melihat handphonenya, mencoba memeriksa pesan. Namun, yang dinantinya sama sekali tidak menghubuginya. Winda menghela nafas panjang, ada sedikit rasa kecewa.
Berapa kalipun Ari pandai meyakinkan, pasti akan selalu berakhir seperti ini lagi. Mungkin ini memang waktu yang tepat untuk benar-benar berpisah.
Lamunan Winda dibuyarkan oleh suara panggilan Bunda untuk makan siang, Winda kemudian beranjak keluar dari kamar.
Tok tok tok ...
Terdengan suara pintu diketuk ketika Bunda dan Winda sedang makan siang, mereka saling menatap dan Bunda minta tolong kepada Winda untuk melihat siapa yang mengetuk pintu. Ternyata seorang abang ojek online berdiri di depan pintu memberikan sebuah bungkusan, kemudian Winda membukanya setelah abang ojek online pergi.
Winda heran kenapa ada rujak padahal dia tidak merasa pesan. Winda lalu membaca surat yang ada di dalam bungkusan rujak tersebut.
"[Tolong sampaikan terima kasihku untuk seseorang yang telah menciptakan makanan bernama rujak, makanan dengan berbagai macam rasa yang menyatu nikmat, itulah hidup. Memiliki banyak rasa. Aku harap kamu suka]."
Dipojok kanan bawah ada tulisan lagi. "[Maaf, untuk salah yang pernah Aku lakukan]."
Seketika Winda tersenyum geli, dalam hati dia bertanya, Siapalah orang yang mengirim ini?" Mungkinkah itu Ari? tapi dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Pikir Winda.
"Makan sajalah dari pada mubazir, yang penting tidak beracunkan." Gumam Winda.
"Siapa, sayang?" tanya bunda ketika Winda sudah kembali ke meja makan.
"Itu abang ojol ngasih ini" Winda menunjukkan bungkusan di tangannya.
"Apa itu? Apa kamu memesannya? Atau ada yang mengirimkannya? Dari siapa nih?" tanya Bunda penasaran.
Winda membuka kotak tempat rujaknya. "Rujak, bunda mau?" Winda menawarkan sambil menyodorkan kotaknya.
Bunda pun mencicipinya, berhubung enak Winda dan bunda terus memakannya. Belum sampai mereka menghabiskan rujaknya, tiba-tiba ada yang menekan bel lagi. Karena tidak ada asisten rumah tangga di rumah Winda maka ia sendiri yang membuka pintu.
Abang Ojol lagi yang berdiri di depan pintu, tapi dengan orang yang berbeda. Kenapa ya hari ini abang ojol demen banget mampir ke rumah? batin Winda.
Seperti tadi Winda segera membukannya setelah abang ojol pergi. Kali ini isinya satu kotak ice cream rasa coklat dan vanila dan ada suratnya lagi.
"[Terima kasih di dunia ini ada gelap dan terang, tak perlu takut karena yang terlampau terang hingga menjadi silau akan diredupkan oleh gelap, sebaliknya yang terlampau gelap akan segera disinari cahaya hingga menjadi terang]."
"[Tersenyumlah karena senyummu begitu manis]."
"[Maaf, untuk salah yang pernah Aku lakukan]" di pojok kanan bawah surat.
Ternyata kejutannya masih terus berlanjut. Malam harinya Winda mendapat paket lagi, begitu dibuka satu kotak berbentuk hati, di dalamya berisi coklat berbentuk bunga mawar kecil-kecil. Tidak ketinggalan sebuah surat.
"[Good night, have nice dream. Mimpilah semanis coklat dan seindah bunga mawar. Maaf, untuk salah yang pernah Aku lakukan]."
Winda mulai terbiasa menerima paket-paket kejutan. Hatinya merasa senang dan tanpa disadari mulai menantikan kejutan-kejutan selanjutnya.
Ini nih yang dinamakan suka karena terbiasa. Winda menjadi kecanduan untuk sesuatu yang ia sukai. Padahal siapa yang mengirim barang-barang tersebut, Winda tidak tahu.
***
Seperti biasa, di pagi yang cerah Winda tengah bersiap-siap di kamarnya untuk berangkat kerja. Pakaiannya sudah rapi, putih bersih dan wangi. Winda sarapan pagi, berpamitan dengan Bunda dan berangkat kerja. Winda kaget ketika membuka pintu depan, dia disambut dengan sebuah hand bouquet mawar merah tergeletak di lantai depan pintu rumah. Winda membuka surat yang ditujukan untuk dirinya yang terselip di antara mawar merah
"[Tolong sampaikan terima kasihku untuk Bunda, karena telah melahirkan wanita cantik seperti dirimu]."
Masih sama dari seseorang yang minta maaf karena salah yang pernah dia lakukan.
Winda tanpa sadar menciumi bunga tersebut, ia nampak begitu menyukainya.
Winda tersenyum manis sekali, baru kali ini dia mendapat kejutan manis yang bertubi-tubi seperti ini. Satu kalimat terlintas di kepala Winda, Ari inikah caramu meminta maaf?
Kemudian Winda langsung berangkat ke Rumah Sakit Kencana Medika, ia buru-buru berjalan menuju taksinya yang sudah dipesan dan tengah menunggu di depan rumah.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Winda tak henti-hentinya tersenyum karena bahagia.
Baiklah, nanti aku akan menanyakannya dan berterima kasih jika bertemu dengan Ari. Tidak ku sangka sekarang ia begitu romantis. Pikir Winda dalam hati.
Wah, siapa sebenarnya yang mengirimkan itu semua?