Namun, setelah shalat shubuh mereka biasanya duduk melingkar di sekitar Rasulullah. Suatu hari, ketika Rasulullah masuk Masjid beliau bertanya, "Ada apa dengan kalian? Mengapa kalian duduk melingkar seperti ini?"
Setelah itu, Rasulullah berjalan lewat dari samping mereka. Persisnya berada di antara dua majelis dan berkata, "Ada kebaikan untuk dua kelompok di masyarakat ini. Salah satu lebih utama dibandingkan lainnya. Dalam majelis ini mereka memohon dan berdoa kepada Allah. Jika Allah meridhai, doa mereka di kabulkan. Sementara itu, kelompok lainnya saling mengajari fiqih dan ilmu pengetahuan. Di antara mereka ada yang mengajar maupun yang belajar. Yang kedua ini lebih utama, dan aku di utus kepada kalian sebagai pengajar. "
Mempelajari ilmu menurut Rasulullah sangatlah penting. Hal ini juga dia tegsskan dalam khutbah perpisahan," Wahai manusia sekalian, tuntutlah ilmu sebelum engkau diambil dari muka bumi ini. "
Ada banyak murid dari beragam umur di Suffah. Ahli Bait, Ali dan Hasan putranya, mengungkapkan bahwa mendapatkan pendidikan waktu umur masih kecil itu lebih mudah dan lebih lama meresap ke dalam kepala." Belajar waktu umur masih kecil itu seperti mengukir pada batu," ucap mereka berdua. Sementara itu, Rasulullah sendiri tak pernah melihat umur ketika mengajar para sahabat. Dan memang, para sahabat itu seperti lautan ilmu, Gunung-gunung kebenaran dan fiqih, khususnya para sahabat Suffah.
Kadang-kadang mereka belajar secara bergilir. Ketika salah satu sahabat sedang bekerja, mengambil air, atau mencari kayu, dia menyerahkan tugas mendengarkan ilmu kepada temannya. Setelah orang itu kembali dari pekerjaannya, temannya yang mendengarkan memberi tahu apa yang diajarkan di pertemuan tersebut. Kemudian, jika temannya itu pergi bekerja, teman yang satu lagi mengemban tugas untuk menulis,mendengar, dan belajar. Mereka saling bergiliran untuk mendapatkan ilmu.
Para perempuan juga tak kalah semangat dari para lelaki dalam hal belajar. Kami pernah mendengar nasihat seperti ini, "Balasan bagi orang yang mengajarkan kesopanan kepada keluarganya ialah mendapatkan dua kali lipat ganjaran jika mengajarkan kepada orang lain." Dengan pemahaman ini berarti semua orang yang mengajar adalah guru bagi rumah mereka masing-masing. Para perempuan dan anak-anak juga punya niat sangat besar dalam belajar.
Nanti akan tiba sebuah zaman karena jumlah lelaki yang banyak, wanita tak bisa masuk ke dalam Masjid. Mereka pernah berkata kepada Rasulullah, "Jumlah laki-laki sudah lebih banyak dari kami, sehingga kami tak bisa masuk ke dalam Masjid. Kami jadi tak memiliki kesempatan untuk belajar, ya Rasulullah, sisihkanlah satu hari bagi kami...."
Karena itulah Rasulullah menyisihkan waktu satu hari atas permintaan ini. Agar para wanita mudah masuk, sebuah pintu khusus didirikan pula dimasjid.
Bertanya secara rinci sampai benar-benar paham merupakan sifatku. Rasulullah pernah berkata, " Mengajukan pertanyaan yang bagus merupakan setengah ilmu." karena itu, beliau menyarankan kepada seluruh sahabat, khususnya para wanita, untuk bertanya dan belajar dariku. Para perempuan Anshar sungguh cepat dalam hal ini. Rasa malu tak menghalangi mereka untuk bertanya. Mereka semua belajar sampai ke hal-hal yang sangat terperinci.
Orang-orang terkadang bertanya padaku dari mana aku belajar ilmu sebanyak ini. "Yang bertanya adalah bahasa dan yang memahami adalah hati," jawabku memberi perlambang.
Rasulullah memberi jawaban sesuai orang yang bertanya. Ia memberi jawaban yang dapat dipahami oleh semua orang. Itu merupakan jalan terbaik untuk menjelaskan.
Mengemukakan pertanyaan sudah merupakan sifat kebanyakan dari kami. Misalnya ketika Rasulullah meminta waktu istirahat saat mengajar dan masuk ke dalam rumahnya, para Suffah yang mendengarkan uraiannya seketika mulai bertanya satu sama lain. Kadang-kadang mereka juga membagi tugas belajar. "Kalimat pertama aku yang menghafalkan, kedua kamu, sementara itu ketiga dia," demikian kesepakatan diantara mereka. Apa pun yang terjadi, segala yang kami dengar dari Rasulullah saling kami jelaskan satu sama lain. Dengan begini pengetahuan yang datang dari Rasulullah menjadi seperti biji yang ditanam ke hati kami.