Jika kami menginginkan sesuatu karena merasa sebagai keluarga Rasulullah, beliau suka balik bertanya, "Ketika kaum muslimin di Suffah menahan rasa lapar, bagaimana aku masih bisa memberikan sesuatu kepada kalian?" kondisi keluarga Rasulullah tak pernah lebih baik daripada kondisi Suffah. Bahkan, Fatimah dan Ali juga seperti kami, ada di bawah kondisi sulit meskipun mereka baru saja menikah.
Setelah hijrah, Muslimin lain telah berusaha menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan keadaan Madinah. Meskipun kami selalu mengikuti ajaran utama Rasulullah, yaitu hidup sederhana dan merasa cukup.
Suatu hari Rasulullah membentangkan seutas tali di antara tiang Masjid, kemudian mengikatkannya ke sebuah ranting pohon kurma yang berada di samping tiang sampai rantingnya condong. Setelah itu ia berkata kepada para sahabat, "Silahkan kalian lakukan juga hal seperti ini jika kalian punya kesempatan lebih," Kurma yang menggantung di ranting-ranting ikatan ini untuk murid-murid Suffah.
Ini sebenarnya peristiwa yang menyenangkan, tapi juga membuat hati menangis terharu, soalnya orang-orang yang memiliki rezeki lebih menggantungkan kurma ke tali ranting-ranting kurma. Setelah mereka pergi baru Ahli Suffah mendekati tali dan menjulurkan tangannya ke kurma-kurma itu dengan rasa malu-malu. Pelan dan malu-malu.
Suatu saat, ada temanku menceritakan betapa malu perasaan seorang murid Suffah yang memakan dua kurma berturut-turut ketika dia tiba di tempat gantungan kurma karena menahan rasa lapar selama berhari-hari. Begitu sungkan murid itu dengan perbuatannya, sampai mereka minggir secara sopan kemudian mempersilakan sadara-saudara lainnya yang lapar. Mereka hanya bisa mengambil kurma lagi setelah sadara-saudara lainnya memakan dua kurma.
Mereka sangat sopan dan pemalu. Mereka tak pernah mengemis. Mereka adalah orang-orang yang bersabar dan mempersembahkan diri mereka sebagai saksi Rasulullah.
Mereka adalah saksi baik untuk Rasulullah maupun Al-Quran. Kami tak pernah melihat mereka mengeluh.
"(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah ; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi ; orang yang tidak tahu menyangka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Apa pun harta baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah maha mengetahui... " (Al-Baqarah, 273).
Mereka adalah jenis orang yang " kamu kanal dengan melihat sifat-sifatnya... " cerah kebahagiaan muncul dari wajah mereka.
Rasulullah juga pernah berucap, " Siapapun yang datang ke Masjidku bukan untuk lain kecuali kebaikan, datang kesini untuk belajar kebaikan dan mengajar kebaikan, kedudukan orang-orang ini sama dengan orang yang berperang di jalan Allah."
Suffah adalah para pelindung kalimat.
Mereka menantikan kalimat-kalimat Allah yang mereka lindungi. Mereka itu seperti anak-anak kandung dan murid-murid kami.