Beberapa tahun kemudia, aku bertanya kepada Rasulullah, "Adakah hari yang lebih sulit dari pada perang Uhud, ya Rasulullah?"
Tersenyum, kemudian kedua matanya berselimut esedihan.
"Ya. Aku tak bisa melupakan hari saat di Thaif...."
Orang-orang yang mencintai Rasulullah memohon kepadanya. Mereka keberatan bila kaum musyrik mengetahui peristiwa Mi'raj yang terjadi setelah awal tahun kesedihan. Mereka pasti akan menggunakan kesempatan itu untuk menambah olokan dan ejean. Mereka memohon karena cemas. Sebab cinta mereka terhadap dirinya....karena tak ingin Rasulullah sedih.
Tapi, Rasulullah barus mengatakannya.
Dia harus.
Harus mengucapkan kata-kata itu.
Amanah Allah dan tugas dakwah.
Meskipun para durjana mengingkari,cahaya Allah harus di pancarkan dalam perjuangan ini. Suatu hari, cahaya ini akan masuk ke seluruh rumah,mengetuk seluruh pintu,menyentuh seluruh hati.
"Aku hanya ditugaskan mendakwahkan seluruh amanahnya," ucap Rasulullah ketia serangan kejahatan terus mendera dirinya.Mereka berusaha menyakiti diri Rasulullah. Kadang-kadang bibirnya terluka atau punggungnya kesakitan. Hatinyalah yang paling sakit....perih. Tapi,seperti itulah yang memang harus terjadi.
Para sahabat juga mengalami siksaan serupa karena mendakwahkan kebenaran dan firman Allah. Perjuangan berat antara hak dan batil tertulis dalam sejarah dunia. Apapun yang terjadi,tetap terajadi. Itulah kebenaran. Orang-orang yang mengucapkan kebenaran aan selalu bersama dengan mereka yang beriman, melakukan amal saeh, saling memberikan nasihat kebenaran dan kesabaran.
Kesendirian.
Musibah.
Kemiskinan.
Penganiayaan.
Pengucilan.
Menempuh jalan yang berat untuk berkata benar.
Ketika ruh semakin melemah, pada hari-hari terakhir kesedihan, Rasulullah menanti jalan hijrah.
Awalnya, Thaif tebersit dalam pikiran beliau. Jalan yang Rasulullah tempuh bersama sahabatnya, Zaid, akan menjadi ujian berat bagi mereka. Thaif sangat keras dan kasar bagi mereka. Selain orang-orang penting, bahkan para wanita dan anak-anak juga menyambut mereka berdua dengan kata-kata kasar, ejekan, hinaan, lemparan batu, dan pukulan tongkat.
Ah Zaid,sahabat yang penuh pengorbanan.
Meskipun zaid menggunakan badannya untuk melindungi Rasulullah, usahanya bisa dibilang tak ada gunanya. Napas mereka berdua terengah-engah di bawah pohon tempat berlindung dari lemparan batu-batu ya mengarah ke badan mereka. Bibir Radulullah terluka penuh dengan darah. Giginya patah karna lemparan batu. Thaif yang mereka datangi dengan penuh harapan baik ternyata justru menjadi racun. Kesedihan demi kesedihan, menambah duka yang mereka alami pada hari-hari terakhir ini.
Hati bergetar karena kesedian....dan memohon.
"Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku.
Dan kehinaanku pada pandangan manusia.
Ya arhamarrahimin....
Engkaulah Tuhan orang yang ditindas.
Engkaulah tuhanku.
Pada siapakah Engkau menyerahkan diriku ini? Kepada orang asing yang akan menyerang aku atau kepada musuh yang menguasai aku?
Sekiranya Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak lagi peduli.
Namun afiat-Mu sudah cukup buatku.
Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang menerangi segala kegelapan.
Teratur di atas cahaya itu segala urusan dunia dan akhirat.
Daripada Engkau menurunkan kemarahan kepadaku atau Engkau murka kepadaku....
Kepada-Mulah aku tetap memohon hingga Engkau ridha Tiada daya,tiada upaya....kecuali dengan petunjuk-Mu...."
Setelah mendengarkan doa itu, aku merasakan ucapan "Ya Allah" sampai kedalam diriku. Aku merasakan doa itu sebagai wirid berisi seluruh nama yang aku ketahui dan tak aku ketahui. Aku menyebutnya sebagai "Ism azam".
Aku memandang doa dan munajat ini dengan tatapan pesona dan pujian. Begitu pula orang-orang setelahku. Aku ingat dao permohonan ini merasuk ke seluruh jiwa pada hari Thaif.
"Ya Allah" merupakan salah satu doa paling agung.
Dalam perjalanan kembali menuju Mekkah setelah kejadian yang menimpa mereka di Thaif itu, mereka tiba di sebuah tempat bernama Qarnis-Tsa'lib. Ketika Rasulullah mengangkat kepala dan memandang ke langit, seluruh langit berselimut awan nan megah. Di situlab malaikat jibril berada di dalam awan yang menyelimuti langit. Ia memanggil Rasulullah.
"Ya Muhammad!" seru jibril. "Allah mendengar apa yang menimpa kaummu dan dirkmu. Perintahkanlah malaikat yang menjaga bukit-bukit ini apa yang engkau kehendaki, niscaya dia akan melakukannya.
"Tidak wahai saudaraku, aku tak menginginkan kehancuran mereka dari Allah yang Rahman dan Rahim. Aku berharap akan lahi satu keturunan dari mereka yang hatinya terbuka atas ajakan tauhid dan berhati lembut.
Seperti itulah dia.
Nabi segala Rahmat.
Hamba Allah yang meminta rahmat atas kemurkaan.
Di masa-masa penuh kesedihan pun dia memiliki hati bersih yang berdoa dengan harapan.
Kepulangan mereka dari Thaif beserta tubuh penuh luka membuat sedih kaum muslimin yang tinggal de Mekah. Mendapati bahwa kaum Muslimin menghadapi semua hari itu dengan sabar membuat kehidupan Rasulullah yang penuh kesepian dalam beberapa tahun ini menarik perhatian seluruh kaum Muslim.