Niatan dari kapten klub tenis itu terlihat jelas di ekspresinya.
Seiji tidak pernah menyangka kalau suatu hari ia akan mendapatkan permusuhan dari lelaki lain karena penampilannya yang tampan. Dia tidak tahu harus berbuat apa.
Baiklah, mentalnya sudah ditempa karena perilaku para lelaki di kelasnya tadi
Seharusnya ia menolak ajakan mainnya… tapi jika dilihat dari ekspresi sang kapten, serta aura permusuhan yang dipancarkan oleh semua anak laki-laki lainnya, Seiji merasa kalau tidak akan semudah itu untuk menolak ajakannya.
Di sisi lain, memang benar kalau ia tidak bermain dengan serius dengan Mika. Dia hanya melakukan latihan ringan dengan Mika. Karena status kemampuan fisiknya sudah melewati angka 60, ia hanya sedikit penasaran sampai sejauh mana ia bisa menggunakan kekuatannya jika ia bermain dengan serius, dan ia ingin membandingkan dirinya dengan kapten yang hampir "masuk ke tingkat nasional."
Setelah memikirkannya untuk beberapa saat, ia mengangguk setuju.
"Aku tidak tahu jika aku benar-benar berbakat atau tidak… tapi aku juga tidak bisa bermain sepenuh tenaga melawan seorang perempuan, jadi jika kapten ingin mengajariku bermain tenis, saya akan merasa senang."
Hideya terkejut karena dia menerima ajakannya dengan sukarela.
Anak laki-laki lainnya yang menonton merasakan kalau rasa permusuhan mereka semakin meningkat.
"Anda harus 'mengajarinya' dengan kemampuan terbaik anda, kapten!"
"Tunjukan arti tenis yang sebenarnya, kapten!"
"Waktunya untuk menunjukan kekuatan aslimu, kapten!"
Banyak lelaki merasa jengkel sampai-sampai mereka berteriak dengan keras sebelum langsung tatapan mengerikan dari para gadis disekitar mereka.
"Apa yang kamu katakan kepada murid kelas 1 yang hanya seorang pemula?"
"Apa kalian iri? Betapa rendahnya…"
"Inilah mengapa lelaki di klub kita itu…"
Para gadis mengucapkan beberapa komentar negatif. Hal itu membuat para lelaki menderita lagi dan menerima pukulan keras pada hati mereka yang sudah terluka, seakan-akan luka yang sudah ada diusap dengan garam.
Saat Hideya kembali sadar, ia melihat ke arah para anggota laki-laki yang sebelumnya tak pernah sesemangat ini, tersenyum lebar, dan memberikan jempol.
"Kapten!!!"
Semua anak laki-laki merasa seperti mereka menangis di dalam.
'…Sepertinya akulah orang jahatnya disini?' melihat adegan ini, Seiji terdiam.
"Seigo, apa kamu benar-benar akan melawan kapten?" Mika sedikit khawatir dengannya.
"Mm, ini adalah kesempatan langka untukku… Jangan khawatir, aku juga baru saja mencoba olahraga ini – ini bukan sebuah kompetisi atau apapun." Seiji tersenyum padanya dengan penuh percaya diri.
"Tapi… aku belum pernah melihat kapten terlihat serius…"
Setelah mendengarkan ini, Seiji terdiam canggung dan tetap terdiam.
Mika keluar dari lapangan dan kapten Hideya memasuki lapangan. Mereka pun saling berhadapan.
"Kau boleh menyervisnya lebih dulu." Hideya berpose dengan cara yang dia rasa cukup sopan selagi melemparkan bola ke lawannya.
Servis milik Seiji biasa saja.
Hideya mengejar bola, dan seolah-olah dia sedang tampil, ia mengayunkan tangannya dengan indah, dan raketnya mengeluarkan suara keras selagi mengembalikan servisnya!
Bola tenis itu meluncur ke atas, mendarat sekitar tiga atau empat meter disamping Seiji, dan langsung terpental.
"Sempurna!" Semua siswa laki-laki mendesah dalam pujian.
"Heh, Harano-san bagaimana pukulan yang itu? Jika menurutmu pukulan itu terlalu sulit, aku bisa membuatnya sedikit lebih mudah untukmu." Hideya berusaha untuk tidak terdengar sombong.
"Itu pukulan yang baik." Seiji berkata dengan samar ketika dia mengambil bola yang Mika lempar kepadanya, "Anda tidak perlu menjadikannya lebih mudah untukku, kapten – bermainlah dengan sesuka anda."
Saat ia mengatakan ini, Seiji menyervis lagi.
Hideya mengembalikannya lagi, dan kali ini bolanya mendarat lebih jauh lagi dari Seiji!
Dan kemudian, saat semua orang menduga bolanya akan melambung dan tak terbalas, Seiji tiba-tiba menambahkan kecepatannya dan akurasinya dan berusaha mengembalikan bola sebelum bolanya keluar lapangan!
'Ha, dia memang meningkatkan kecepatannya, tapi… itu masih sia-sia!' Hideya dengan penuh semangat kemenangan, berteriak di dalam hatinya saat mengembalikan bola dengan indah lagi.
Kali ini, Seiji tidak bisa mengikuti bolanya, jadi Hideya mencetak poin lagi.
"Ah, aku minta maaf. Aku pikir kau bisa mengikutinya – sepertinya aku melebih-lebihkanmu. Mulai sekarang, aku akan lebih berhati-hati untuk memberimu pukulan yang lebih mudah." Mata Hideya berkilat dengan hinaan selagi ia bicara.
Sudah jelas kalau ia berusaha menyembunyikan kegembiraannya, tetapi kata-kata dan sikapnya membuat usahanya sia-sia. Ini terlihat jelas bagi semua orang yang mengamati.
Dia menikmati perasaan mengalahkan seorang pemula!
"Apa-apaan ini, ternyata kapten Hideya memiliki sikap seperti ini…"
"Aku sudah berpikir kalau dia agak sedikit genit. Aku tidak pernah berpikir kalau sifat aslinya bahkan seburuk ini."
Gadis-gadis itu terus bergumam diam-diam pada diri mereka sendiri — mereka semua berpikir betapa tidak adilnya hal itu bagi siswa baru itu.
'Kapten, kami tidak akan melupakan pengorbananmu!' Para anak lelaki yang tidak mengerti apa yang dikatakan para gadis, merasakan hati mereka gemetar.
Di samping lapangan, Mika Uehara mulai cemberut.
'Humph, dia menindas Seiji – sungguh hina!'
"Tidak perlu marah – lihatlah pertandingan ini dengan tenang." Chiaki Wakaba, yang sudah menikmati pertandingan itu dengan tenang sekarang berkata, "Dialah pahlawanmu – apa kamu tidak percaya dengannya? Aku ragu kalau dia semua otot yang dia miliki itu tidak berguna apa-apa. Menurutku dia malah belum menggunakan setengah dari kekuatannya."
Di lapangan.
"Saya sudah bilang, jangan memudahkan ini untukku, Kapten," Seiji mengucapkan setiap kata dengan jelas selagi membuka kancing pada seragam sekolahnya yang bergaya barat: "Anda bisa bermain sesuka hati anda. Saya juga… akan memperlakukan anda dengan baik."
Saat dia berbicara, dia perlahan melepas seragam sekolah baratnya dan meletakkannya di luar lapangan sebelum dia membuka kancing di bajunya juga, bersama dengan melepas dasinya.
"Wow! Sangat tampan."
Setelah melihat adegan ini, semua gadis mulai menjerit-jerit dengan gila, dan mata mereka bersinar karena kegembiraan ketika mereka berulang kali mengambil foto dengan telepon mereka!
Wajah Mika Uehara memerah juga, dan dia juga diam-diam mengangkat teleponnya ...
Urgh! Hideya merasa seperti mengalami pukulan hebat, dan mulutnya berkedut. Bukan hanya orang ini memamerkan wajahnya yang tampan, sekarang dia melepas pakaiannya!
'Siapa peduli kalau dia tinggi? Apakah semenakjubkan itu jika dia mempunyai otot yang bagus!?" Hideya mengutuk Seiji di dalam hatinya.
Selagi dia mengutuknya di dalam hati, Seiji menyervis bola untuk yang ketiga kalinya.
'Humph, tidak peduli seberapa tampan dirimu – kau masih lemah di tenis!' Hideya menggunakan seluruh kekuatannya untuk mengembalikan servis ini.
Kali ini, kecepatan Seiji bertambah lagi! Dengan tepat ia mengayunkan dan mengembalikan bola.
smack... smack... smack... Bola tenis terus bolak-balik, dan sepertinya mereka sama-sama imbang.
Hideya menjadi semakin takjub ketika mereka terus bermain. Lawan Hideya tidak hanya memamerkan penampilannya setelah melepaskan pakaiannya, tapi dia malah mengerahkan kekuatannya habis-habisan, dan dia telah meningkatkan kecepatannya ke tingkat di mana dia bisa mengembalikan setiap bola!
Hideya menggunakan teknik bermain tenis, sementara Seiji, seorang pemula, mengembalikan semua bolanya murni dengan reaksi dan kecepatan!
Pertandingan yang menegangkan ini berlanjut selama beberapa menit.
Para anggota klub tenis juga tercengang ketika mereka terus menonton, karena mereka telah menemukan bahwa Seigo Harano mengikuti sang kapten murni dengan kemampuan fisiknya yang menakjubkan!
"Kamu hebat, Harano-san!" para gadis memujinya dengan antusias.
"Siapa yang peduli kalau dia punya banyak stamina? Tidak ada stamina yang tidak bisa habis, dan pada akhirnya, kapten pasti menang!" Semua anak laki-laki mengeluh.
Tapi, tanpa diduga untuk anak laki-laki, yang pertama melakukan kesalahan karena kelelahan adalah Hideya Aizawa.
Setelah situasi buntu ini bertahan sekitar tujuh atau delapan menit, Hideya akhirnya terpeleset dan gagal mengembalikan bola. Dia hanya bisa menatap tanpa daya ketika lawannya mencetak skor.
"Dia mencetak skor!" Sorakan terdengar dari samping lapangan.
Mika Uehara sangat gembira sampai ia mulai melompat-lompat sebelum dia menyadari bahwa semua orang menatapnya, yang membuatnya merasa agak canggung.
Seiji tersenyum dan menatap lawannya.
"Kapten, haruskah kita melanjutkan pertandingan ini?"
"Ten…tentu saja!" Hideya mengeratkan giginya sebelum berdiri kembali.
Itu hanya kesalahan kecil. Lawan Hideya telah menghabiskan stamina yang jauh lebih banyak darinya, sudah jelas kalau lawannya yang akan pertama jatuh!
Maka, bola tenis mulai berterbangan bolak-balik lagi.
Beberapa menit kemudian, Hideya-lah yang kehilangan poin, dan wajahnya tampak kaget. Ekspresinya menunjukkan rasa tidak puas karena dia tidak bisa menerima hasilnya.
"Ini tidak mungkin…"
Beberapa menit kemudian, Hideya kehilangan poin yang ketiga.
"Tidak akan…"
Hideya kehilangan poin keempat, kelima, keenam, dan akhirnya ketujuh ...
...
"Pant…pant…pant…"
Sekitar setengah jam kemudian, semua orang mengamati dengan selagi Hideya yang terselimuti keringat itu berusaha keras untuk mengatur napas. Ekspresinya mirip dengan anjing mati.
Sementara itu, di sisi lain, napas Seigo Harano masih enteng.
Ada perbedaan mencolok di antara kondisi mereka saat ini.
Apakah Seigo seorang monster!!??
Sekarang, lelaki ini telah berolahraga dengan keras selama lebih dari empat puluh menit, mengembalikan setiap bola dengan berbagai gerakan. Meskipun dia tidak melewatkan satu bola pun, dia bahkan tidak bernafas dengan berat. Bahkan, dia juga hampir tidak berkeringat — seberapa mengerikan staminanya!?
Semua anak laki-laki tidak bisa mempercayai apa yang mereka lihat!
Seiji menggaruk wajahnya dengan canggung.
"Aku rasa kita sudah berlatih dengan sangat lama. Aku merasa letih – bagaimana kalau kita berhenti sekarang?"
Meskipun itu yang dia katakan, tidak ada yang percaya kata-katanya! Jelas bahwa ini hanyalah alasan untuk mengakhiri pertandingan ini.
Meskipun Hideya enggan untuk mengakhiri pertandingannya seperti ini, dia mengerti bahwa tidak ada cara untuk mengejar perbedaan poin yang banyak.
Kemampuan fisiknya bahkan tertinggal jauh dibanding lawannya.
Meskipun teknik tenisnya yang sangat ia banggakan telah membantunya, stamina lawannya yang luar biasa benar-benar menghancurkannya!
Tidak peduli teknik apa pun yang dia gunakan, atau seberapa kuat ia memukul bola, lawannya selalu berhasil secara akurat mengembalikan bola; ia terlihat seperti melawan tembok, bukan manusia!
Sejak ia belajar bermain tenis, dia tidak pernah merasakan kekalahan seperti itu.
Tetapi meskipun ia tidak mau mengakuinya, ia memang kalah. Jika dia bertingkah seperti pecundang, dia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.
Setelah terdiam lama, Hideya akhirnya menggertakkan giginya dan mengangguk pelan.
"Mari berhenti disini."
"Kapten—" Semua anak laki-laki menangis di dalam hati untuk kaptennya.
"Lihatlah, seperti yang kukatakan, kamu tidak perlu khawatir." Chiaki memiliki ekspresi seperti dia sudah melihat semuanya, tapi ia terkejut akan stamina Seiji
Mika pun mengangguk pelan dengan wajahnya yang sedikit merah.
Dan pada akhirnya, ini seperti permainan yang hampir di level nasional. Seiji sebenarnya merasa agak tidak puas. Dia merasa seolah-olah dia belum menggunakan seluruh potensinya, tetapi sayangnya, lawannya sudah jatuh jauh di belakangnya.
Seiji memutuskan untuk melupakannya. Setidaknya dia telah belajar bahwa kemampuan fisiknya sekarang secara signifikan lebih baik daripada orang normal. Jika dia mendapat kesempatan lain di masa depan, dia bisa menguji dirinya sendiri lagi.
Setelah Seiji meninggalkan lapangan latihan, dia menerima handuk dan air yang diberikan Mika, dan dia menyeka keringatnya dan meminum air.
Setelah itu, Seiji dikelilingi oleh banyak gadis!
"Harano-san, staminamu luar biasa! Seperti apa rutinitas latihanmu?"
"Harano-san, ototmu begitu kuat – bolehkah aku menyentuhnya?"
"Harano-san, bergabunglah dengan klub kami – kakak perempuan ini bisa mengajari semuanya kepadamu!"
Seiji merasa pusing setelah mendengar ocehan mereka yang tidak ada habisnya.
* Ding! * Tiba-tiba, ada suara ringan, dan dia melihat beberapa kata muncul di depannya— [Sekarang ada lima wanita yang memiliki tingkat kesukaan lebih dari 90 terhadapmu, dan sistem
Sistem pilihan baru!?
Seiji terkejut dan merasakan keinginan untuk langsung memeriksanya, tetapi Seiji merasa tidak nyaman untuk melakukannya sekarang.
Setelah dia selesai berurusan dengan gadis-gadis itu, Mika pun mengawalnya untuk melarikan diri dari gerumbulan itu.
Setelah meninggalkan klub tenis.
"Haha, mata mereka seperti serigala!" Chiaki tertawa, "Kenapa kamu tidak langsung bergabung dengan klub tenis? Dilihat dari perilaku para wanita itu, mungkin kamu bisa memulai
"Chiaki!" Mika menatapnya selagi mendekati mereka, "Omong kosong apa yang kamu katakan!"
Itu bukan omong kosong ... Seiji hanya bisa tersenyum kecut pada dirinya sendiri. Ada lima gadis yang saat ini memiliki tingkat kesukaan lebih dari 90 terhadapnya! Terlepas dari Mika, itu berarti bahwa setidaknya ada empat anggota klub wanita yang mau berhubungan seks dengannya jika ia bertanya, dan yang ia lakukan hanyalah bermain tenis di sana!
Haruskah ia mengatakan kalau ada banyak wanita murahan di klub tenis, atau apakah para lelaki tampan mendapatkan wanita semudah ini?
"Tadi adalah olahraga yang cukup bagus, tapi rasanya tidak begitu cocok denganku." Seiji menggelengkan kepalanya. Sejujurnya, dia merasa menyesal, tetapi jika dia benar-benar bergabung di klub itu, dia takut kalau...
"Aduh, sayang sekali…" Chiaki mengangkat bahu, "Lalu kemana lagi tempat yang ingin kamu kunjungi?"
"Mm… bagaimana kalau klub drama? Aku ingin mengecek klubmu, Wakaba."
"Ok!" Chiaki tertawa sedikit, "Klub kami memiliki banyak anak kecil yang lucu – aku rasa kamu akan menyukainya!"