Jantung Kaho Miyamoto berdebar kencang.
Dia tidak pernah membayangkan kalau suatu dia akan dibawa seperti seorang putri, oleh seorang anak lelaki tampan!
Seharusnya ini tidak mungkin, kan? Seorang anak lelaki setampan pangeran seperti dia harus membawa seorang gadis seperti putri, bukan seorang gadis otaku menjijikkan seperti dia!
Kaho Miyamoto sadar akan penampilannya sendiri yang cukup buruk, dan lagi ia adalah penyendiri dengan minat yang berbeda dari kebanyakan orang. Bagaimanapun anda melihatnya, dia berada dalam kasta bagian bawah di masyarakat
Dan mengenai Seigo Harano yang menggendongnya, meskipun hari ini hanyalah hari keduanya di sekolah, penampilan dan bentuk tubuhnya bernilai A +, dan dia memiliki kepribadian yang lembut dan sopan. Semua gadis memiliki pendapat yang sangat baik tentangnya, sementara para anak laki-laki tampak agak cemburu.
Perbedaan antara dirinya dan lelaki berkilauan yang berada di kelas atas dalam segala hal bagaikan gunung dan lembah — mereka seharusnya sama sekali tidak melakukan kontak satu sama lain.
Namun, dia saat ini sedang dibawa seperti seorang putri oleh lelaki itu.
Ketika dia secara tidak sengaja melukai kakinya sebelumnya, dia berpikir bahwa hari ini adalah hari yang sial, tetapi mungkin hari ini dia beruntung?
Sementara hati Kaho Miyamoto berdebar-debar, mereka mencapai UKS
Perawat rumah sakit adalah seorang wanita ramah di usia 40-an yang memiliki banyak pengalaman dalam mengobati jenis cedera seperti ini, sehingga lukanya dengan cepat dirawat dan diperban. Kaho kemudian diberitahu bahwa dia harus mengistirahatkan kakinya selama dua hari ke depan.
Setelah itu, perawat mengizinkan Kaho untuk beristirahat di salah satu tempat tidur, lalu ia pun bergegas pergi dari UKS untuk menghadiri tugas lain.
"Apa kakimu masih sakit, Miyamoto-san?"
"Sudah… tidak terlalu sakit. Terima kasih, Harano-san."
Kaho menunduk setelah melirik anak laki-laki yang mengkhawatirkannya.
"Aku minta maaf… aku pasti sangat berat… aku minta maaf karena merepotkanmu, apalagi aku adalah gadis yang sangat menjijikkan…"
Seiji mengerutkan kening setelah mendengar kata-katanya.
"Lihat kesini." Seiji menaruh tangannya didepan Miyamoto.
"Mm?" Kaho secara reflek mengangkat kepalanya.
*Smack!* Di depan Kaho, Seiji menepuk tangannya dengan keras, dan suara itu terdengar dengan jelas di seluruh penjuru ruangan UKS hingga mengejutkan Miyamoto.
"Hargai dirimu lebih baik lagi – kamu tidak melakukan hal yang salah, jadi kenapa kamu menurunkan kepalamu?"
Seiji tersenyum pada gadis yang merasakan campuran keterkejutan dan kebingungan atas tindakannya.
"Iya, kamu memang gemuk dan menjijikkan."
Kaho Miyamoto merasa seperti telah menerima pukulan keras.
Dia tidak bisa melakukan apapun berpikir, 'Memang ada orang yang akan mengatakannya secara langsung seperti dirimu!?'
Bahkan jika Miyamoto sudah sepenuhnya sadar akan kebenaran itu, tetap saja menyakitkan jika orang lain mengatakannya dengan keras.
"Tapi terus kenapa?" Seiji berlanjut. "Beratmu tak berarti untukku. Aku bisa membawamu dan berlari 100 km jika perlu, dan untuk dirimu yang menjijikkan… maaf, aku sudah pernah berurusan dengan orang yang 100 kali lebih menjijikan darimu."
"Oh…" Mata Kaho Miyamoto terbuka lebar karena kagum.
Seseorang yang 100 kali lebih menjijikan dari Miyamoto – siapakah orang itu?
"Aku berbicara tentang diriku sendiri," Seiji menunjuk dadanya sendiri, "Lebih tepatnya, diriku yang sebelumnya."
"…Huh?" Keheranan Kaho makin bertambah.
"Itu benar – sebulan yang lalu, aku lebih gemuk darimu, dan aku lebih jelek darimu, Aku pernah jatuh kedalam kebejatan; aku adalah seorang sampah, sampah yang berjalan." Seiji bergeleng.
Mengingat kondisi Seiji yang asli, pernyataan itu tidak dilebih-lebihkan, tidak peduli seberapa besar ia menghina dirinya sendiri.
Tetapi bagi Kaho, hal itu sama sekali tidak terbayangkan — bagaimana itu bisa terjadi!?
"Harano-san…"
"Apa kamu pikir aku berbohong? Aku tidak akan berbohong kepadamu. Kamu bisa pergi bertanya kepada Mika jika kamu tidak percaya kepadaku – dia cukup tahu tentang kebejatanku dulu. Kebejatanku malah membuatku diusir dari rumah, dan sekarang, aku tinggal sendirian dan harus bekerja untuk membiayai diriku sendiri."
"Apa… apa!?" Kaho merasa dunianya terbalik.
Apakah semua itu benar!? Tampaknya tidak mungkin!
Tetapi tidak ada alasan baginya untuk berbohong — orang normal tidak akan merendahkan dirinya sendiri sampai separah ini!
Dan jika semua ini nyata, apakah itu sesuatu untuk diucapkan dengan keras begitu mudah!? Bukankah orang normal biasanya mati-matian menyembunyikan masa lalunya yang gelap!?
Kaho Miyamoto pusing memikirkan semua itu.
"Ya, semua itu tidak penting." Seiji menyelesaikan topik itu.
Itu sangat penting, okay!?
"Aku hanya berkata kalau bagiku, kamu tidak berat sama sekali, maupun menjijikan, jadi kamu tidak perlu meminta maaf. Jika kamu aku tolong, yang perlu kamu lakukan adalah untuk berkata 'terima kasih,' iyakan?"
Seiji tersenyum lembut.
Angin sepoi-sepoi meniup tirai jendela hingga terbuka, dan sinar matahari menyinari wajahnya yang tampan, meningkatkan pancaran senyumnya yang cemerlang.
Adegan ini tertanam dalam-dalam ke hati Kaho Miyamoto.
Sebagian dari dirinya yang mati rasa begitu lama tiba-tiba terbangun.
"…Kenapa?"
"Hm?"
"Kenapa… kamu bisa berubah seperti ini? Jika… kamu memang dulu seburuk yang kamu katakan?" Kaho menggenggam spreinya erat-erat.
"Yah…" Seiji menggaruk wajahnya. "Sebenarnya aku memilih untuk merahasiakan ini, tapi aku akan memberitahumu. Beberapa waktu yang lalu, aku hampir… tersedak sampai mati karena mi instan."
Kaho yang mendengarkannya dengan serius merasa seperti dia baru saja mendengar sesuatu yang tidak dapat dimengerti.
"Huh!?"
"Aku hampir tersedak sampai mati karena mi instan." Seiji mengulang sambil menunjuk dirinya lagi. "Apakah itu terdengar lucu? Ya, itu benar-benar terjadi. Ketika aku hampir mati karena mi instan, rasanya seperti aku melihat seluruh hidupku terulang di depan mataku, dan aku bisa mengamati diriku dari sudut pandang pengamat. Saat itulah aku akhirnya menemukan kebenaran: bahwa pria ini sangat mengerikan, dan aku harus menyingkirkannya. Namun, aku tidak mati dan berhasil mengeluarkan mie instan itu. Saat itulah aku menyadari kalau aku harus mengubah diriku, dan dengan demikian aku mulai berolahraga, menetapkan prinsip-prinsip kehidupan yang baru untuk dijalani, dan melakukan yang terbaik untuk mengikutinya. Sebenarnya, aku tidak berharap untuk menjadi setampan ini - aku hanya bermaksud menurunkan berat badan. Aku sama sekali tidak terbiasa menjadi pria yang tampan — Semua gadis-gadis cantik yang mengelilingiku membuatku merasa agak gugup." Seiji tergeleng lagi.
Kaho mendengar cerita yang kedengarannya seperti dongeng, dan matanya tetap terbuka lebar dan bulat.
Pada akhirnya, dia mulai terkikik.
"Apa-apaan ini… kebetulan seperti itu benar-benar terjadi… ini adalah pertama kalinya aku mendengar seseorang mengatakan seberapa tampan dirinya. Sebenarnya hal itu cukup memuakkan… tapi kamu benar-benar tampan, Harano-san."
Dia tertawa sampai air matanya mengalir.
Rasanya seperti sesuatu di dalam hatinya telah hancur dan larut ke dalam cairan yang keluar dari matanya.
Seiji hanya memperhatikannya sambil tersenyum.
"Ini adalah rahasiaku – bahkan Mika dan lainnya tidak tahu. Jadi tolong jaga baik-baik rahasia ini untukku."
Ada sesuatu yang tergerak di hati Kaho.
"Benarkah?"
"Iya, aku tidak berani untuk mengatakan hal memalukan ini kepada mereka."
"Terus mengapa… kamu memberitahunya kepadamu?"
"Karena kamu setipe denganku," Seiji berkata dengan tulus, "Sama seperti kehidupanku yang dulu, kamu gemuk, seorang otaku, tidak terlihat cantik sama sekali. Oh, omong-omong, aku masih seorang otaku – aku hanya menjadi sedikit lebih tampan."
Setelah mendengar ini, Kaho terkikik — dia tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa lagi.
"Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku itu otaku?"
"Aku bisa merasakan jenisku – kamu tidak bisa menutupi bau otakumu!" Seiji menempelkan dahinya, sambil menunjuk padanya dengan pose berlebihan yang diambil dari sebuah anime.
"Jangan mengatakan itu dan berlagak seperti seorang karakter dari komik shonen
Mereka berdua memandang satu sama lain dan tertawa.
"Sekarang aku tidak punya teman otaku, jadi apakah kamu mau menjadi temanku, Miyamoto-san?"
Seiji mengulurkan tangannya.
Kaho melihat tangannya yang besar, dan ekspresinya berubah-ubah dengan cepat. Setelah waktu yang lama, dia perlahan menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak… bisa sekarang… Harano-san, kamu terlalu menonjol. Kamu seorang pangeran sekarang, bahkan jika kamu dulu adalah orang yang baru saja kamu ceritakan kepadaku. Aku belum memiliki kepercayaan diri untuk berada di sisimu. "
"Baiklah…" Seiji menarik kembali tangannya dengan menyesal.
"Tapi aku akan berjuang dengan keras." Kaho menampar bibirnya, dan matanya berbinar dengan cahaya keyakinan, "Aku akan berusaha untuk menggapai dimana dirimu, dan disaat waktunya tiba…"
'Tolong izinkan saya untuk menjangkau mu, kekasihku ... pangeran di atas kuda putih.'
…
Seigo Harano sudah pergi.
Semua yang terjadi begitu saja seolah-olah itu hanya mimpi.
Tetapi rahasia yang disimpan Kaho Miyamoto jauh di dalam hatinya mengingatkannya bahwa itu bukan mimpi.
Ini adalah pertama kalinya sejak dia dilahirkan bahwa dia benar-benar jatuh cinta dengan seorang lelaki asli.
Ini adalah pertama kalinya sejak dia dilahirkan bahwa dia benar-benar merasa senang karena masih hidup.
Ini adalah pertama kalinya sejak dia lahir bahwa dia merasa bisa mencapai mimpinya.
Para dewa yang telah mengabaikannya selama lima belas tahun penuh mungkin telah menunggu hingga saat ini tiba untuk memberinya harapan dan impian untuk diraih.
"Harano-kun… aku tidak akan… membuatmu menunggu lama."