Di perjalanannya menuju ke ruang klub drama, Seiji diam-diam mengecek statusnya.
Dalam menu [kegiatan] yang baru, ada beberapa pilihan termasuk [menulis buku harian], [bermain basket], [bernyanyi], [menari], [menggambar], dan [bekerja]. Setiap kategori membutuhkan sejumlah status sebagai persyaratan. Sebagai contoh, pilihan [menulis buku harian] mengharuskannya untuk memiliki status [akademis] 15 atau lebih tinggi.
Dan menurut penjelasan sistemnya, jika dia memilih pilihan dari sini, dia akan mendapatkan action point.
Action point dapat digunakan dalam menu baru [item], di mana Seiji bisa menukar [action point] dengan item yang berguna. Misalnya, ada [kartu kenaikan tingkat kesukaan], yang dapat digunakan pada seorang gadis. Seperti namanya, itu akan menggandakan tingkat kesukaan, dan berlangsung selama satu hari.
Pilihan lain adalah [kemampuan fisik — kartu aktivasi trek dan lapangan], yang berguna untuk membuka beberapa pilihan bagi Seiji yang lebih spesifik di kategori [kemampuan fisik]. Kartu ini juga bisa memberinya bonus untuk aktivitas trek dan lapangan apa pun ...
Setelah menjelajahi sistemnya sebentar, Seiji merasa agak senang. Dia merasa seperti fungsi sistemnya telah meningkat banyak!
Meskipun dia hampir tidak bisa menahan keinginannya untuk mencoba sistem level-up, dia masih harus mengunjungi klub drama.
Klub drama memiliki ruang kelas besar sebagai ruang klubnya.
"Aku kira kalian menggunakan auditorium untuk aktivitas klub."
"Auditorium tidak boleh digunakan untuk apapun, lagipula, kita tidak hanya tampil disana."
"Kalau begitu dimana saja tempat kalian tampil?"
"Diluar, jelas. Kita tampil untuk anak SD dan TK, kita juga tampil untuk para orang tua di komunitas kami. Kadang-kadang, kita juga melakukan kunjungan ke sekolah lain."
"Oh begitu…"
Selagi berbicara, mereka bertiga memasuki ruangan klub drama.
*Wakaba!* sebuah buku tebal melayang ke arah Chiaki.
Dalam sekejap mata, Seiji telah bergerak ke depan Chiaki dan mengulurkan tangan, menangkap buku itu dengan suara "thud" yang keras.
"Eh?"
"Apa?"
Ketika dia kembali sadar, Seiji sempat terkejut dengan reaksi manusia supernya.
Bahkan Chiaki, yang telah dia lindungi, gadis yang melempar buku itu, dan semua siswa lain yang menyaksikan adegan ini semuanya terpana sejenak.
Setelah beberapa detik hening, ruang klub meledak dengan ricuh.
"Wow!" seseorang berseru karena takjub.
"Itu adalah pertama kalinya lembaran buku sang wakil-ketua diblok!"
"Mengagumkan! Seperti adegan dari film!"
Bahkan ada satu orang yang mulai bertepuk tangan.
Seiji merasa sangat canggung dan kembali menatap Wakaba untuk meminta bantuan, tetapi ia menemukan kalau si tomboi dalam pakaian laki-laki sedikit memerah.
"Sekarang aku paham kenapa Mika jatuh cinta padamu…" Kata Chiaki dengan suara yang pelan.
"Apa?" Seiji tidak mendengarnya dengan jelas.
"Tidak. Reaksimu itu memang sesuatu."
Chiaki mengambil buku itu dari tangan Seiji dengan ekspresi gembira dan berjalan menuju gadis berambut kuncir dengan alis tipis dan mata kuning muda yang masih terpaku.
"Wakil-ketua, serangan pamungkas mu telah dihentikan – bagaimana perasaanmu?"
"Apa-apaan ini! Apa kau baru saja menyebut itu serangan pamungkas!?"
Gadis berkuncir kuda tanpa sadar itu membalas sambil mengambil buku itu kembali, "Kenapa kau datang telat, Chiaki Wakaba? Kita sudah bilang kalau hari ini kita akan membahas program untuk festival sekolah!"
"Kalian bisa mendiskusikan hal itu sendiri. Tidak peduli program atau karakter apa – saya, pangeran Wakaba, akan tampil untuk kalian semua." Chiaki tersenyum nakal sambil berjalan ke arah gadis berkuncir kuda itu dan sedikit mengangkat dagu gadis itu.
Wajah gadis yang dikuncir kuda itu memerah, tetapi kemudian ekspresinya segera berubah menjadi kaku, dan dia menampar tangan Chiaki dengan marah.
"Jangan sombong, bocah! Aku akui kalau kau memang bagus dalam berakting, tapi kamu masih memiliki perjalanan yang panjang!"
Bagaimana pun anda melihatnya, kata-kata itu tampak cukup angkuh.
Chiaki mengangkat bahu dengan acuh tak acuh.
"Kalian belum ada kepastian? Ketua ada dimana?"
Ekspresi gadis berkuncir itu menggelap.
"Aku yakin kalau perempuan itu pergi 'berburu' lagi, kan? Minggu lalu dia bilang itu tidak perlu terburu-buru untuk persiapan festival sekolah. Dia ingin menangkap sesuatu yang disebut 'mahluk legendaris' terlebih dahulu. Aku rasa dia mungkin tidak akan datang ke ruang klub hari ini." Chiaki tersenyum dengan ekspresi cerdas.
"Ahhh!!! Ketua itu! Kenapa dia memperlakukan kegiatan tahunan yang penting seperti ini!?
Gadis berkuncir kuda itu tampak marah melewati titik puncaknya, dan dia berteriak sekuat tenaga — seperti akan menjalani transformasi.
Seiji dan Mika yang telah mengamati ini hanya bisa memiliki ekspresi yang ambigu.
"Jangan pikirkan dia – dia selalu seperti itu." Chiaki melambaikan tangannya dengan santai kepada temannya.
"Omong-omong, mereka berdua itu siapa?" Gadis berkuncir kuda itu kembali sadar dan langsung tenang.
"Ini teman baikku Mika Uehara, dan ini Seigo Harano, pacarnya yang baru saja pindah ke sekolah kita. Pasangan ini datang untuk melihat kita!"
"Dia… dia bukan pacarku! Chiaki, berhenti omong kosong!" Wajah Mika memerah lagi.
"Ini adalah Wakil-Ketua dari klub drama, Shiina Shiho." Chiaki mengabaikan keangkuhan wakil presiden: "Orang-orang biasa memanggilnya Shiina si 'Wajah Iblis'…"
"Wajah Iblis? Apa-apaan!?" Dengan kejam Chiaki diserang oleh buku sekali lagi!
"Haha, kalian… memiliki pertemanan yang sangat." Seiji hanya bisa tersenyum tipis.
"Kalian dipersilakan untuk mengamati kami jika kalian mau. Maafkan saya atas perilaku tidak senonoh anggota idiot ini, klub drama kami sebagian besar terdiri dari orang normal — tolong jangan salah paham." Wakil ketua Shiho memiliki ekspresi serius di wajahnya saat dia menjelaskan.
'Bukannya ini sama saja dengan mengakui kalau ada beberapa anggota yang tidak normal?' Pikir Seiji.
"Harano-san, kamu adalah murid pindahan? Klub olahraga apa yang kamu ikuti di sekolah lamamu?" Mata Shiina bersinar karena rasa penasaran.
"Oh… aku belum pernah bergabung dengan klub."
"Bagaimana bisa? Badanmu memiliki postur yang bagus, dan refleks sangat sempurna – aku pasti percaya jika kamu bilang kalau kamu itu kartu andalan dari klub olahraga apapun."
"Aku hanya olahraga setiap hari…" Seiji menggaruk wajahnya dan mulai merasa canggung.
Shiina Shino sudah jelas tidak mempercayainya, tapi ia tidak menekannya lebih lanjut.
"Kamu terlihat sempurna – kamu dipersilahkan untuk bergabung dengan klub drama kami kapan saja. kamu juga dipersilahkan, Mika Uehara. Saya sebelumnya sudah pernah mendengar tentang Anda dari Wakaba."
"I…iya."
"Jika kalian ingin melihat, selama kalian tidak mengganggu anggota kami, kalian bisa melakukan apapun yang kalian mau. Sekarang aku perlu membawa idiot ini bersamaku untuk beberapa menit – tidak apa-apa kan?"
"Tidak! Aku tidak ingin dinasehati; selamatkan aku, Mika –"
"Tutup mulutmu!"
Setelah menggunakan buku itu untuk mendiamkan Chiaki sekali lagi, Shiina menyeret Chiaki ke satu sisi ruang kelas, sementara Seiji dan Mika hanya bisa menonton tanpa berkata-kata.
"Dia… adalah kakak kelas yang keras kepala."
"Aku pernah mendengar tentang dia dari Chiaki sebelumnya; meskipun dia sedikit ketat, dia kakak kelas yang baik, dan dia juga adalah seorang aktris yang hebat. Dia juga merawat adik kelasnya dengan baik, dan seluruh klub drama sebagian besar dijalankan olehnya."
"Wakil ketua yang keras, namun lembut… daripada ketua…"
Sebelum dia selesai berbicara, pintu ruang klub dibuka dengan kasar.
"Semuanya! Ketua Anda telah kembali membawa kemenangan ... Ya ampun!"
Sebelum gadis yang tiba-tiba membuka pintu itu bisa menyelesaikan kata-katanya, sebuah buku terbang ke arahnya dengan kecepatan kilat dan secara akurat mengenai kepalanya!
Setelah buku memantul dari sasarannya, Seiji kebetulan menangkapnya lagi.
Dan dengan semua orang menonton, gadis tinggi yang dilempari buku menunjukan ekspresi bingung saat dia secara perlahan runtuh ke lantai.'
"Serangan pamungkas "Wajah Iblis" ... meningkat lagi kekuatannya...
"Ke – tu – a –"
Seluruh tubuh Shiina Shiho sepertinya dipenuhi kemarahan, saat dia mengambil satu langkah demi selangkah terhadap gadis tinggi itu, dan kata-katanya sepertinya mengandung sejumlah keluhan yang tak bisa dikatakan.
"Sebelum aku menjatuhkan hukuman kepadamu, apa kau punya sesuatu untuk dikatakan?"
Presiden mengeluarkan rengekan kecil sebelum berkata, "Shiina, untuk kamu ... berubah menjadi iblis ... Itu semua salahku, bahkan ... bahkan jika aku kehilangan nyawaku di tanganmu, aku masih ... mencintaimu!"
Gadis tinggi yang sepertinya memegang posisi bergengsi dari ketua klub drama berbaring tanpa pergerakan di lantai dan menatap ke atas dengan air mata berlinang sambil menghela nafas dengan penuh kasih sayang.
Meskipun dia tinggi, dia memiliki bentuk tubuh yang sebanding dengan supermodel. Rambut oranye pendeknya yang keriting alami, dan ia memiliki bulu mata yang tebal, hidung yang mancung, dan mata yang berwarna biru gelap. Dia memiliki kecantikan seperti seseorang yang mempunyai darah campuran.
Pose tubuh dan dialognya ... Meskipun skenario yang terjadi seperti komedi, penampilannya yang sepenuh hati membuat skenario itu cukup menyanjung.
Sayangnya, kata-kata selanjutnya benar-benar merusak suasana.
"Eh, hari ini kamu mengenakan tali hitam?"
Adegan itu langsung membuat semuanya membeku.
Semua orang dengan cepat menyadari bahwa kepala presiden diposisikan di bawah rok Wakil Presiden Shiho ...
Shiina Shiho perlahan mengungkapkan senyum yang berisi niat membunuh yang besar.
"Aku akan menjatuhkan hukuman mati kepadamu."