Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 57 - Helaan Nafas

Chapter 57 - Helaan Nafas

Gu Han pun juga telah menunggunya di kaki gunung.

"Aku rasa, Puncak Shangde tidak akan berbicara denganmu lagi untuk beberapa lama, jika tidak, Senior Master Bai pasti akan menjadi sangat marah dan aku juga tidak akan bertanya ke mana kamu pergi malam itu." ujar Gu Han pada Liu Shisui. "Karena kita semua tahu bahwa kejadian ini tidak ada hubungannya denganmu."

Liu Shisui tidak memberitahu siapapun bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh Jing Jiu, ataupun tentang kepergiannya ke tempat Jing Jiu malam itu.

Gu Han dan Ma Hua pasti telah menyadari bahwa ia pergi ke tempat Jing Jiu pada malam itu, namun, mereka menyalahartikan mengapa ia tidak mau bicara.

"Mereka pasti akan bicara denganmu lagi setelah beberapa waktu. Mungkin, kamu akan merasa kalau itu tidak adil dan kamu telah diperlakukan dengan semena - mena. Namun, kamu harus mempersiapkan diri." ujar Gu Han.

"Aku mengerti."

Tapi Liu Shisui tidak tahu seberapa lamakah ia harus menunggu. Satu tahun? Tiga tahun?

"Para master dan teman - temanmu yang ada di sembilan puncak gunung di Green Mountains bisa meninggalkan semua hubungan yang mereka miliki ketika mereka berada di dunia manusia, mereka mampu memutuskan semua hubungan dan ikatan emosional yang mereka miliki di masa lalu dan memfokuskan semua waktu dan tenaga mereka untuk latihan Kultivasi mereka. Namun, kamu harus ingat bahwa Puncak Shangde lah yang selama ini telah bertarung dengan sekuat tenaga melawan musuh - musuh kita yang ada di luar sana demi memastikan agar murid - murid yang lain bisa berlatih Kultivasi dengan tenang." ujar Gu Han pada Liu Shisui sambil terus menatapnya. "Jika para rekan kita itu terluka atau bahkan mati dengan mengenaskan, maka hal itu akan berakibat pada berakhirnya perjalanan Kultivasi mereka dan semua ketidakadilan yang kita alami tidak akan ada artinya jika dibandingkan dengan apa yang mereka alami!"

Gu Han memang sangat angkuh dan ia juga memperlakukan murid - murid yang lain dengan begitu tegas, bahkan bisa dikatakan brutal, namun ia memperlakukan Liu Shisui dengan sangat baik.

Hal ini dikarenakan, ia dan Guo Nanshan menaruh harapan yang sangat besar pada Liu Shisui.

"Aku mengerti, dan aku bersedia untuk melakukan apa saja demi Green Mountains." ujar Liu.

Gu Han lalu menepuk pundaknya dan berkata, "Belajarlah dengan baik pada Senior Master Bai, dan nanti, kita pasti akan bertemu lagi di Puncak Liangwang."

Jelas bahwa ada arti tersembunyi dari kalimat yang diucapkan oleh Gu Han, namun Liu Shisui tidak tahu kapan 'nanti' itu akan datang.

...

...

"Puncak Shangde sedang menyelidiki Liu Shisui dan kabarnya, malam itu ia meninggalkan rumah gua nya, namun tidak ada yang tahu ke mana ia pergi." ucap Zhao Layue sambil memandang ke arah Jing Jiu, walaupun ia tidak melihat ada sedikitpun kekhawatiran di wajahnya.

Jing Jiu pun berpikir, gadis muda ini benar - benar memiliki seorang asisten di sembilan puncak gunung, namun entah dari puncak gunung yang manakah asisten itu berasal.

"Malam itu, ia pergi ke tempatku." ujar Jing Jiu.

"Apakah kamu tidak khawatir?" tanya Zhao Layue.

"Aku sudah memberitahunya bahwa aku adalah pembunuhnya." jawab Jing Jiu.

Zhao Layue lalu menatapnya, seakan ia bisa melihat ada sesuatu di matanya.

"Apakah kamu tidak khawatir?"

Pertanyaan itu sama, yang juga ditanyakan dengan kata - kata yang persis sama, namun gadis itu berusaha untuk menyampaikan sesuatu yang berbeda.

Jing Jiu tidak secara langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Zhao dan ia hanya berkata, "Baik Bai Rujing maupun Puncak Liangwang, keduanya pasti akan melindunginya. Sama sepertimu, ia juga merupakan seseorang yang memiliki kualitas Dao alami. Akan sangat tidak mungkin untuk Ketua Sekte membiarkan Puncak Shangde berbuat sesuka mereka terhadap Liu Shisui."

"Sasaran dari Puncak Shangde adalah Puncak Liangwang, atau bahkan mungkin Ketua Sekte. Bahkan, jika mereka tidak bisa menemukan apa - apa, setidaknya mereka ingin mendapat kehormatan." ujar Zhao Layue.

Jing Jiu tidak mengomentari ucapan Zhao itu dan ia terlihat tidak tertarik untuk mendiskusikannya.

"Apa kamu benar - benar tidak tertarik dengan masalah ini, ataukah kamu telah mengetahui bagaimana cara untuk menangani nya?" tanya Zhao Layue.

"Sekarang, aku ingin tahu kenapa kamu berbicara begitu banyak sejak saat kita tiba di Puncak Shenmo?!" tukas Jing Jiu dengan nafas panjang.

"Karena aku punya begitu banyak pertanyaan di pikiranku." Zhao Layue yang tidak berusaha untuk menghindari pertanyaan tersebut, lalu berkata, "Contohnya, aku pikir kamu akan menanyakan pertanyaan itu padaku, namun nyatanya kamu tidak melakukannya."

Yuan Qijing berkata bahwa semua orang memiliki rahasianya masing - masing.

Jing Jiu tidak tahu apakah Zhao juga memiliki rahasia, namun ia tahu bahwa ada begitu banyak pertanyaan yang tidak terjawab tentang gadis itu.

Contohnya, mengapa Zhuo Yi yang berasal dari Puncak Bihu ingin membunuhnya?

Karena ia sedang menyelidiki sebuah kasus.

Mengapa ia harus pergi ke Puncak Shenmo?

Karena ia sedang menyelidiki sebuah kasus.

"Baiklah." Jing Jiu yang sedari tadi memandangnya lalu bertanya dengan serius, "Mengapa kamu tidak berpikir bahwa Immortal Jing Yang telah berhasil naik ke surga?"

...

...

Tidak ada yang tahu apakah kabut yang ada di sana setebal awan, ataukah awan yang ada di sana setipis kabut.

Air yang begitu jernih mengalir turun dari puncak gunung menuju ke kota yang bernama Kota Cloudy, yang berada di ketinggian yang lebih rendah.

Melihat pemandangan yang begitu indah, para warga kota dan juga pengunjungnya merasakan perasaan yang berbeda - beda. Suara yang penuh dengan kegembiraan, dapat didengar di sekitar meja - meja hotpot yang ada di dalam restoran - restoran setempat.

Tidak ada seorang pun yang menyadari kilatan cahaya pedang yang melewati langit, dengan kecepatan yang sangat tinggi, dari atas lapisan awan yang ada di atas mereka.

Ada hutan rimba yang tidak begitu luas yang terletak di pinggiran Kota Cloudy. Pepohonan yang ada di hutan itu tidak begitu lebat, namun jumlahnya tetap cukup banyak dan di tengah musim semi ini, daun - daun hijau itu membentuk sejumlah koin yang terjalin satu sama lain, yang memenuhi seisi hutan.

Pepohonan hijau itu sedikit bergerak, debu - debu tampak naik, dan cahaya merah itu pun tiba - tiba menghilang.

Zhao Layue menyimpan kembali Pedang Tanpa Perasaan ke dalam lengan bajunya agar kedua tangannya bisa bebas bergerak dan ia kemudian berkata pada Jing Jiu, "Di sini tempatnya."

Mereka sekarang berada di depan sebuah pohon yang tinggi, tanah di sekitar situ tertutup oleh daun - daun yang berguguran di tahun sebelumnya dan semuanya terlihat biasa saja.

"Level murid dari Underworld itu sangat rendah, namun anehnya, ia tetap tinggal di Kota Cloudy dan menolak untuk pergi."

Melihat bagian tanah yang ada disana, Zhao Layue pun lalu melanjutkan perkataannya, "Walaupun perintah Larangan Seribu Mil telah di berlakukan, namun anehnya Master Ming membunuh murid itu dengan sekali ayunan pedangnya, tanpa menanyakan satu pertanyaan pun. Ketika itu, aku tidak begitu memperhatikannya. Aku hanya membawa jasadnya ke sini, namun ketika Senior Grandmaster naik ke surga, ada sesuatu yang tiba - tiba terjadi."

"Apa yang terjadi?" tanya Jing Jiu.

Zhao Layue lalu memandang ke arah puncak - puncak gunung yang terselimuti awan - awan tebal dan ia kemudian berkata, "Aku mendengar suara helaan nafas."

"Helaan nafas?" tanya Jing Jiu yang tanpa sadar menaikkan alisnya.

"Iya, helaan nafas itu terdengar penuh dengan keputus-asaan, seakan orang yang menghela nafas itu merasa bernostalgia terhadap dunia ini, mungkin ada tersirat rasa penyesalan di dalamnya, namun... helaan nafas itu juga mengungkapkan perasaan yang penuh dengan kepuasan."

"Aku sangat yakin bahwa murid dari Underworld itu telah mati dan tidak ada seorangpun di sekitarku, tapi darimana datangnya suara helaan nafas itu?" tanya Zhao Layue.

"Apa kamu yakin kalau kamu mendengar suara helaan nafas itu?" tanya Jing Jiu.

"Suara itu bergema dengan begitu jelas dipikiranku." ucap Zhao Layue.

Jing Jiu pun terdiam.

"Pada saat itu aku sedang melihat ke arah sana." ujar Zhao Layue sambil memandang ke suatu tempat yang ada di kejauhan.

Awan - awan yang ada di sana begitu tebal, sehingga puncak - puncak gunung itu tidak terlihat dengan jelas. Namun, Jing Jiu tahu bahwa tempat yang dimaksud oleh Zhao Layue adalah Puncak Shenmo.

Jing Jiu lalu memandang ke arah tersebut dalam diam, dengan kedua tangannya berada di belakang punggungnya.

"Kadang kala aku bertanya apakah suara helaan nafas itu berasal dari Senior Grandmaster sendiri."

"Pada mulanya aku tidak mempercayainya, walaupun akhirnya aku menjadi semakin yakin tentang suara tersebut. Bukankah aku adalah murid pewaris pedangnya dan Senior Grandmaster juga telah meletakkan Pedang Tanpa Perasaan di sisiku, namun, mengapa ia tidak bisa meninggalkan pesan bagiku, seperti yang ia lakukan padamu ketika ia meninggalkan kitab pedang itu sebelum ia pergi?" tanya Zhao Layue.

"Aku rasa, kamu berpikir terlalu berlebihan." ujar Jing Jiu. "Aku ingin melihat seperti apa murid dari Underworld itu."

Lalu, cahaya pedang yang bagaikan darah, menyinari seluruh bagian hutan. Tidak lama kemudian, Pedang Tanpa Perasaan telah menggali lubang yang sangat besar, yang memperlihatkan jasad murid dari Underworld tersebut.

Sudah beberapa tahun berlalu, namun entah kenapa, jasad ini masih belum juga membusuk, masih hampir sama dengan keadaannya yang semula dan hanya sedikit mengkerut, seperti daun - daun kering.

Jing Jiu lalu menusuk jasad itu dengan pedang besinya dan ia kemudian bertanya, "Mengapa kamu tidak menggunakan api pedang untuk membakarnya?"

Semua murid yang telah mencapai level Perfect Attainment mampu menyalakan api pedang.

Pada saat itu, Zhao Layue adalah seorang murid external, namun ia seharusnya bisa melakukannya berdasarkan bakat yang ia miliki.

Master Meng pasti telah memperhitungkan kemampuan Zhao untuk menggunakan api pedang ketika ia menyuruh Zhao untuk membereskan jasad itu.

"Karena aku merasa curiga, aku membiarkan jasadnya dan aku juga meletakkan beberapa batu soul - suppressing di situ." ujar Zhao Layue.

Jing Jiu lalu menggunakan pedang besinya untuk menjauhkan batu - batu yang seperti black - jade itu dari jasad tersebut, ia kemudian memperhatikan wajah yang sudah tidak berbentuk itu, yang juga sudah 'berlilin(1)' untuk waktu yang sangat lama dan tanpa berkata apa - apa.

(1) Mayat yang berada dalam kondisi lembab/basah dalam suhu tertentu, selama beberapa tahun, akan secara alami mengeluarkan lilin.

Ia tidak mengenali wajah itu.

Ia juga berulang kali menggunakan piercing discernment nya untuk mengamati jasad murid dari Underworld ini dengan seksama.

Kemudian, ia menemukan sebuah masalah.

Ada sebuah lubang kosong yang berada jauh di dalam bagian tengah yang ada di antara alis murid dari Underworld itu.

Lubang kosong itu sangat kecil dan jika itu bukan tempat bagi para penghuni Underworld untuk menyimpan soul - fires mereka, lalu untuk apa sebenarnya lubang kosong itu?

Jing Jiu pun menyadari bahwa lubang kosong itu sangat halus dan bentuknya terlihat seperti ginseng.

Dan tampaknya, ada seseorang yang tinggal di sana untuk waktu yang sangat lama.

...

...