Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 60 - Para Idiot dan Si Hantu

Chapter 60 - Para Idiot dan Si Hantu

Keheningan kembali menyelimuti lereng gunung itu untuk beberapa waktu.

"Jangan putus asa. Asal kamu berlatih keras, kamu pasti akan mendapat kesempatan lagi dalam waktu tiga tahun."

Gu Han, sebagai seorang kakak, berusaha untuk berbicara padanya dengan mengucapkan kata - kata penyemangat dan juga kata - kata yang menghibur. Namun, ketika ia melihat Gu Qing yang sedang berdiri di dekat tumpukan ranting - ranting pohon, entah kenapa ia kembali merasa tidak senang.

"Saat aku mendengar bahwa kamu pergi ke Puncak Shenmo, aku tidak dapat mempercayainya, namun ternyata, semua itu memang benar." Gu Han lalu memandang ke arah Gu Qing dan kemudian, ia berkata dengan tegas, "Kamu, ikutlah denganku turun dari gunung ini dan bersiaplah untuk menerima hukumanmu."

Gu Qing lalu menjawab dengan tenang, "Aku bukan murid dari Puncak Liangwang, ataupun murid dari Kelas A. Kamu tidak berhak untuk menghukumku."

Gu Han menjadi sangat marah ketika ia mendengarnya, raut wajahnya menjadi semakin dingin dan ia pun berteriak, "Bahkan, jika aku tidak bisa menggunakan peraturan yang ada di puncak gunung, aku bisa saja mewakili ayah untuk menghukummu dengan menggunakan peraturan yang ada di keluarga kita!"

Gu Qing pun lalu memandang ke arahnya, ia bahkan bisa memperlihatkan seulas senyum di bibirnya dan kemudian berkata, "Kalian semua terus mengingatkan Liu Shisui, bahwa semua hubungan dan ikatan harus diputuskan setelah memasuki gerbang gunung, semua itu kalian lakukan sebagai upaya untuk memutuskan hubungannya dengan Jing Jiu. Lalu, mengapa aku justru mendapat perlakuan yang berbeda? Di mana keluarga itu? Hanya Green Mountains lah keluargaku saat ini. Jadi sekarang, seperti apakah peraturan keluarga itu... Kakak Gu?"

Ia mengucapkan kedua kata terakhir dengan begitu lantang.

Gu Han menatapnya dengan getir, sebelum ia kemudian tiba - tiba berpaling dan berjalan pergi tanpa mengatakan apa - apa lagi.

Saat ia mendaki ke puncak gunung, ia menaikkan alisnya yang seperti pedang, sebagai tanda ejekan, ketika ia melihat kursi bambu itu.

Jing Jiu dapat merasakan bahwa ada seseorang yang mendekat, bahkan saat matanya masih tertutup.

"Apa yang telah memprovokasinya?" tanya Gu Han. "Sekalipun ada beberapa master di puncak - puncak gunung yang menghargai bakatmu, apakah kamu mau untuk menjadi musuh dari Keluarga Gu dan juga Puncak Liangwang?"

Jing Jiu sama sekali tidak mengindahkannya, matanya tetap tertutup dan ia hanya mengangkat tangan kanannya.

Seekor monyet lalu keluar dari dalam hutan, ia mengambil sebuah kerikil dan melemparkannya ke dalam rumah gua.

Thump!!

Tidak lama kemudian, Zhao Layue pun berjalan keluar dari dalam rumah gua tersebut.

Gu Han merasa tidak nyaman ketika ia melihat kedatangan Zhao Layue dan ia pun membungkukkan badan, setelah melewati beberapa pergumulan mental, ia lalu berkata, "Selamat siang, Pimpinan Puncak Gunung."

Zhao Layue tidak memperdulikan salam yang diucapkan oleh Gu Han, karena ia tidak dapat tidur sepanjang malam, pikirannya dipenuhi oleh kitab pedang yang diberikan oleh Jing Jiu dan ia dengan singkat berkata, "Tidak perlu. Ada masalah apa?"

Gu Han terkejut mendengar nada suara Zhao dan perlu beberapa saat, sebelum ia bisa menjawab, "Aku ingin membawa Gu Qing kembali bersamaku."

Zhao Layue lalu melirik ke arah Jing Jiu.

Namun Jing Jiu masih tetap berdiam diri.

Zhao Layue lalu berpaling pada Gu Han dan ia kemudian berkata, "Gu Qing bukan lagi murid dari Puncak Liangwang."

"Namun, ia juga bukan anggota Puncak Shenmo." ujar Gu Han dengan serius. "Menurut peraturan sekte, ia tidak bisa tinggal di puncak ke-sembilan."

"Ia hanya tinggal disini untuk sementara waktu, sama seperti apa yang ia lakukan di Puncak Liangwang." ujar Zhao Layue.

Gu Han pun terdiam untuk beberapa saat dan ia kemudian kembali membungkukkan badan, sebelum ia pergi, tanpa berkata sepatah kata pun.

Di jalan setapak di gunung itu, Gu Han merasa sangat tidak senang, ketika ia tadi melihat Zhao Layue melirik ke arah Jing Jiu, sebelum ia menjawab pertanyaannya dan Gu Han tidak bisa menahan diri untuk berpaling dan kembali melihat ke arah puncak gunung itu. Tanpa sengaja, ia melihat Zhao Layue yang berjalan mendekat ke sisi kursi bambu itu. Zhao pun berbicara pada Jing Jiu dengan kepala yang tertunduk dan mereka berada sangat dekat satu sama lain...

Gu Han tidak mampu lagi mengontrol emosinya, tekad pedang pun keluar dari tubuhnya, terpicu oleh keinginannya yang sudah tidak tertahankan.

Snap!!!

Sejumlah daun yang teriris, jatuh berguguran dari sebatang pohon yang tinggi yang ada di pinggir jalan setapak itu dan ada bekas potongan yang muncul di batang pohonnya, yang membuatnya menjadi begitu mudah untuk dipatahkan, bahkan hanya dengan sedikit tekanan.

Monyet - monyet yang ada di dalam hutan pun terkejut karenanya, mereka lalu berkumpul dan mengeluarkan suara teriakan yang aneh, tatapan mereka yang penuh keterkejutan, beralih dari pohon yang hampir tumbang itu kepada Gu Han, seakan mereka sedang memandangi seorang idiot.

Gu Han pun menjadi sangat kesal dan ia lalu mulai berpikir untuk menghukum binatang - binatang ini. Namun, ketika ia teringat akan peraturan Sekte Green Mountains yang begitu ketat, ia akhirnya hanya bisa mencibir dengan wajah yang terlihat begitu dingin.

Sosoknya pun perlahan menghilang, meninggalkan jalan setapak di gunung itu.

Monyet - monyet itu lalu mendorong pohon itu hingga tumbang dengan mudahnya dan mereka kemudian menyeretnya menuju ke lereng gunung yang rusak itu, untuk diberikan kepada si idiot yang tidak tahu bagaimana caranya membangun rumah. Mereka pun terus membuat keributan di sepanjang jalan, yang membuatnya menjadi suatu pemandangan yang menyenangkan.

...

...

"Aku dengar, Gu Qing adalah adik Gu Han yang terlahir dari seorang selir dan ia selalu diperlakukan dengan tidak adil di rumahnya." ujar Zhao Layue.

"Aku tidak tahu tentang hal itu." ucap Jing Jiu yang telah membuka matanya.

Kalimatnya itu juga berarti, ia tidak peduli dengan hal itu.

Zhao Layue sendiri tidak peduli dengan masalah yang dimiliki oleh keluarga itu. Ia justru mengkhawatirkan masalah yang lain.

"Menurutmu, apa mungkin Gu Qing adalah seorang mata - mata yang dikirim oleh Puncak Liangwang ke tempat ini?"

"Kamu lagi - lagi berpikir terlalu berlebihan."

"Apakah aku pernah memberitahu dirimu, bahwa aku adalah orang yang pandai membuat rencana?"

"Kamu masih saja berpikir terlalu berlebihan."

"Ada sembilan puncak gunung di Green Mountains. Jika semua puncak gunung ini saling mencurigai satu sama lain, bukankah akan lebih baik jika kita membubarkan diri dan berdiri sendiri - sendiri?" ujar Jing Jiu.

Tentunya, sembilan puncak gunung tersebut tidak akan bisa berpisah, namun Sekte Green Mountains sendiri sedang menghadapi begitu banyak masalah serius.

Di atas Puncak Yunxing, Zhuo Yi dari Puncak Bihu berniat untuk membunuh Zhao Layue, karena mereka tahu bahwa ia sedang menyelidiki kasus - kasus ini.

Sebenarnya, apa alasan Pimpinan Puncak Bihu menjadi gila? Dan mengapa Master Meng harus membunuh Yin Shan?

Semua permasalahan ini sudah terbukti keberadaannya. Hanya tinggal menunggu waktu untuk permasalahan - permasalahan ini akan terungkap.

...

...

Di tengah musim panas, Puncak Shenmo yang penuh dengan aura kehidupan menjadi semakin ramai dan suara teriakan dari para monyet itu berganti dengan suara nyanyian jangkrik, yang sekarang menjadi melodi utama di puncak gunung itu.

Pada suatu malam, ada hujan badai yang datang dengan begitu tiba - tiba. Suara guntur yang menggelegar pun berulang kali terdengar, disertai dengan kilat yang bermunculan di awan hitam yang ada di atas sana dan juga petir yang terus menghujani bumi. Namun, tidak ada yang bisa menembus dinding pelindung dari Formasi Green Mountains, baik itu hujan, petir, atau bahkan badai sekalipun, mereka hanya bisa menghujani area yang ada di sekitar Green Mountains.

Terlihat puluhan cahaya pedang yang menyinari langit hitam itu di antara kilatan petir yang terus menghujani bumi.

Para murid dari banyak puncak gunung tampak mengendarai pedang terbang mereka menuju bagian luar dari formasi.

Bagi para pendekar pedang yang telah mencapai level Undefeated atau bahkan mereka yang berada di level Free Travel, tujuan utama mengapa mereka hari ini mengendarai pedang adalah untuk membasuh pedang mereka dengan memanfaatkan guntur.

Pedang terbang dan Pil Pedang mereka, keduanya perlu dibasuh dan ditempa dengan menggunakan energi yang sangat murni ini.

Bagi para murid di level Inherited Will, hujan badai ini bisa membantu mereka untuk membiasakan diri dengan lingkungan yang baru.

Jika kamu membiarkan tekadmu untuk mengikuti kehendak alam dan menggunakan kekuatan alam untuk kepentingannya, maka alam pasti akan memberi keuntungan untukmu.

Murid - murid yang telah mencapai level Inherited Will itu bisa merasakan keberadaan langit dan bumi yang semakin luas dan mereka pun akan menjadi lebih sensitif.

Mereka telah mendapatkan kemampuan untuk mendengar suara serangga, bahkan dari jarak sejauh seratus meter.

Jika mereka tidak bisa membiasakan diri dengan keadaan ini, murid - murid ini pasti akan merasa terganggu sepanjang malam, bahkan mungkin bisa menjadi gila karenanya.

Hujan badai yang begitu hebat ini, tentunya merupakan kesempatan terbaik bagi mereka untuk berlatih Kultivasi.

Tidak ada seorang pun yang tahu, bahwa sejak beberapa hari yang lalu, Jing Jiu telah mencapai level Inherited Will.

Ia tidak bergabung dengan grup yang pergi keluar dari Formasi Green Mountains, namun bukan karena ia tidak bisa mengendarai pedang terbang.

Ia berdiri di pinggir lereng dalam diam dan ia terus mendengarkan suara guntur yang ada di kejauhan.

Ia memiliki sepasang mata pedang yang tidak biasa dan dengan kemampuan pendengarannya yang jauh lebih baik dibandingkan dengan orang - orang pada umumnya, juga level Inherited Will yang baru dicapainya, akan sangat mungkin baginya, untuk dikejutkan oleh suara guntur yang begitu nyaring, bahkan dari jarak yang sangat jauh sekalipun.

Jing Jiu lalu menggunakan suatu teknik yang mampu membuatnya tidak terganggu oleh hujan badai tersebut.

Di luar Formasi Green Mountains, ada petir yang menyambar sebatang pohon yang tinggi, yang ada di sebuah puncak gunung yang tak bernama.

Snap!!!

Pohon yang tinggi itu pun terbelah menjadi dua, tepat di bagian tengahnya dan menimbulkan api yang besar, yang dengan perlahan padam terguyur hujan.

Pemandangan tersebut membuat Jing Jiu berpikir tentang Thunder - Soul Wood dan ia pun kemudian melayangkan pandangannya ke sebuah puncak gunung.

Langit malam di arah itu terlihat seperti terpotong dan kemudian, muncullah sebuah celah, dimana petir - petir itu terus menghujani bumi dan hujan yang turun di sana terlihat bagaikan air terjun yang tak berdasar, yang membentuk rantai putih, menjadikannya sebuah pemandangan yang begitu indah.

Tempat itu adalah Puncak Bihu.

Zhao Layue menemukan, bahwa Puncak Bihu kehilangan dua bagian dari Thunder - Soul Wood, namun, siapa yang menggunakan bagian yang satunya?

Jing Jiu telah memikirkan tentang hal itu selama satu tahun saat ia berada di desa kecil itu, ia telah memprediksi, bahwa ia akan menghadapi beberapa masalah penting dan masalah ini adalah salah satu di antaranya.

Lei Poyun terlibat dalam masalah ini, sehingga ia pasti berada di bawah tekanan yang begitu besar dan pada akhirnya, ia pun menjadi gila dan dibunuh demi membungkam mulutnya untuk selamanya.

Jing Jiu pun lalu membuat sebuah keputusan.

Ia akan pergi ke Puncak Bihu untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Walaupun ia telah menemukan ada begitu banyak kemungkinan, namun ia tidak begitu yakin akan tindakan apa yang harus ia ambil, sebelum ia mendapatkan cukup bukti.

Karena ia tidak bisa mendapatkan jawaban dari siapapun, maka ia akan bertanya pada hantu.