Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 41 - Suara Tawa Dipinggir Sungai

Chapter 41 - Suara Tawa Dipinggir Sungai

Levelnya masih terlalu rendah. Jika ia tidak melihatnya dengan benar - benar tepat, ia mungkin akan mendapat masalah.

Jing Jiu menatap garis api itu dan ia lalu menebaskan pedangnya ke bawah.

Bang!!!

Pedangnya kembali menghantam garis api itu tepat di ujungnya.

Percikan api pun menyebar, saat pedang Gu Qing terhempas menjauh dan jatuh menyerong ke air sungai, sama seperti sebelumnya.

Air sungai itu kemudian berubah menjadi uap putih bersamaan dengan terdengarnya suara desisan.

Melihat pedang yang ada di tanganya, Jing Jiu berpikir bahwa pedang ini adalah pedang yang sangat bagus, lebar dan tebal, dan juga cukup padat untuk genggamannya.

Namun, ia tidak berencana memberi lawannya kesempatan untuk kembali menggenggam pedangnya. Ia lalu berjalan mendekati Gu Qing dengan melangkahkan kakinya di bebatuan yang ada di tengah sungai itu.

Kejadian mengejutkan ini membuat para penonton terdiam.

Jika sebelumnya Gu Qing meremehkan musuhnya dan tidak berusaha semaksimal mungkin, lalu bagaimana ia menjelaskan tentang apa yang terjadi kali ini?

Kali ini, Gu Qing tidak menggunakan teknik pedang yang umum yang bisa ditemukan di Kitab Pedang, namun ia menggunakan teknik pedang yang sesungguhnya dari Puncak Shiyue, dengan tenaga yang bagaikan api yang menggelegar. Namun, kenapa ia masih tetap kalah?

"Bagaimana mungkin ini terjadi." gumam Gu Qing dengan wajah yang pucat, sambil memandang Jing Jiu yang berjalan mendekat ke arahnya.

Di pinggir sungai, Xue Yong'e bergumam dalam hati, akhirnya bukan lagi dirinya yang berkata seperti itu.

Tapi, hasil akhirnya masih belum jelas dan pertarungan pedang itu masih akan berlanjut. Gu Qing berhasil menenangkan diri dengan menggunakan segenap tekadnya, ia lalu memanggil kembali pedang terbangnya dan lagi - lagi melesatkannya ke arah Jing Jiu.

Wham!!!

Tanpa ada kejutan yang terjadi, pedang terbangnya lagi - lagi terhantam dengan keras dan kembali terjatuh ke sungai.

Gu Qing pun berteriak lantang, ia menggunakan seluruh Inti Pedang yang ada dalam tubuhnya untuk memanggil kembali pedang terbangnya dan melancarkan serangan terakhir dengan segenap kemampuannya.

Jing Jiu menaikkan alisnya.

Melihat hal ini, Zhao Layue tahu kalau ia sekarang sudah mulai bosan.

Sekarang, ia juga meletakkan tangan kirinya ke gagang pedangnya, ia memegang pedangnya dengan dua tangan.

Dong!!!

Suara itu terdengar seperti suara lonceng rusak yang ada di belakang gunung dari Kuil Fruit Formation yang dipukulkan.

Pedang milik Gu Qing terlempar ke atas, kehilangan kontrol dan terus berputar, mengeluarkan suara ratapan yang menyerupai suara orang yang menangis.

Pada akhirnya, pedang itu membentuk garis melengkung dan menjadi titik hitam yang mendarat sejauh satu mil di tengah hutan.

Sejumlah pasang mata yang terkejut terus mengikuti pedang yang jatuh ke hutan itu.

Terlihat beberapa bayangan yang bergerak di hutan itu, debu pun mulai naik dan terdengar teriakan gembira dari monyet - monyet yang ada di sana.

Jing Jiu berjalan sampai ke depan Gu Qing.

Jarak di antara mereka berdua bukan lagi lima puluh kaki. Sekarang hanya tiga kaki.

Jing Jiu sedang memegang pedangnya sendiri.

Pedang Gu Qing berada di suatu tempat yang jauh.

Sungguh suatu kejadian yang sangat memalukan.

Apakah pemenangnya telah ditentukan?

Jing Jiu tidak mengucapkan kalimat, "Terima kasih telah membiarkanku menang."

Tentunya, Gu Qing juga tidak bisa mengucapkan kata - kata "Aku kalah" dengan mulutnya sendiri.

"Berbaliklah." ujar Jing Jiu padanya.

Saat itu, Gu Qing begitu kebingungan dan juga tidak bisa berpikir jernih, ia tanpa sadar menuruti perintah Jing Jiu dan membalikkan badannya.

Thwack!!! Thwack!!! Thwack!!!

Jing Jiu lalu memukul punggung Gu sebanyak tiga kali dengan pedangnya dan ia kemudian kembali menyimpan pedangnya.

Ketika ia melakukannya, ia tidak sekalipun melihat ke atas, ke suatu tempat yang ada di lereng - lereng gunung itu.

"Cukup!"

"Apa kamu ingin mempermalukan Puncak Liangwang?!!!" teriak Gu Han lantang dengan begitu marahnya dari atas lereng gunung.

Jing Jiu lalu berpaling, bersiap untuk pergi. Lalu ia menatap ke atas, ke arah lereng - lereng gunung itu, setelah ia mendengar tuduhan itu.

Pertama - tama, ia memandang Gu Han dan kemudian, pandangannya tertuju pada Guo Nanshan.

Ia lalu kembali membalikkan badannya dan sekali lagi memukul punggung Gu Qing dengan pedangnya.

"Terima kasih telah membiarkanku menang."

Mereka yang mengetahui tentang pertikaian mereka, menebak bahwa alasan Jing Jiu memukul Gu Qing adalah untuk keuntungan Puncak Liangwang, namun Jing Jiu tidak membuatnya terlihat jelas.

Kali ini, Gu Han membuat dirinya terdengar dengan sangat jelas, jadi Jing Jiu kembali memukul Gu Qing sebelum ia pergi dengan tujuan untuk menantang Puncak Liangwang.

Ya, Aku sengaja melakukannya supaya kamu bisa lihat. Apa yang bisa kamu lakukan?

Raut wajah Gu Han berubah menjadi hijau gelap.

Ma Hua menyipitkan matanya dan ia juga merasa mual.

Hanya Guo Nanshan yang masih terlihat tenang dan sedang menerka - nerka tentang suatu hal yang tidak akan bisa dibayangkan oleh orang lain.

"Bagaimana kamu melakukannya?"

Jing Jiu menoleh ke asal suara itu dan ia menemukan bahwa yang barusan bertanya adalah Gu Qing.

Tidak terlihat adanya kebencian di mata Gu Qing, namun hanya rasa frustasi, walaupun kebingungannya jauh lebih besar dari rasa frustasi yang sekarang ia rasakan.

Ia tidak mengerti bagaimana caranya Jing Jiu, yang hanya berada di level Perfect Preservation, bisa mengalahkannya, seseorang yang telah mencapai level Inherited Will?

Sebesar apapun bakat dan kerja kerasnya, ia masih tetap seorang anak muda. Jika ia tidak bisa menghapus pikiran negatifnya, Hati Pedangnyalah yang akan menerima akibatnya nanti.

Jing Jiu berpikir sejenak tentang bagaimana sebaiknya ia memberikan penjelasannya.

"Pedangmu masih belum cukup cepat, jadi aku masih bisa melihatnya dengan sangat jelas." Ia pun kemudian melanjutkan ucapannya, "Dan pedangku lebih cepat."

Gu Qing masih tetap kebingungan.

"Jalan pedang mengutamakan dua aspek penting. Kecepatan dan kekuatan. Sedangkan hal yang lain tidak begitu penting. Ya, tentunya pedang juga merupakan hal yang penting dan setiap orang tentu saja perlu memiliki pedang yang bagus."

Jing Jiu lanjut berkata, "Pedangmu sudah cukup baik, bahkan lebih baik dari pedangku. Karena itulah aku tidak menyerang mata pedangmu dengan menggunakan mata pedangku, aku hanya menggunakan badan pedangku untuk menebas pedangmu."

Gu Qing pun lalu mengingat tentang pertarungan mereka barusan dan ia menyadari bahwa apa yang dikatakan Jing Jiu memang benar.

Kata 'menghantam' ataupun kata 'menebas', keduanya menjelaskan tentang metode yang digunakan oleh Jing Jiu. Mungkin kedengarannya kasar, bahkan tidak enak dilihat, namun sebenarnya, kedua metode itu merupakan cara yang tepat untuk mengendalikan sebuah pedang.

"Apakah ada hal yang lainnya?"

"Tidak ada."

"Sesederhana itu?"

Ekspresi kebingungan yang ada diwajah Gu Qing masih belum sepenuhnya menghilang.

"Pedang adalah hal yang sederhana. Pedang adalah sebuah pedang."

Jing Jiu pun berkata sambil memandanginya, "Ketika terbang di langit, ia adalah sebuah pedang dan saat berada di genggamanmu pun ia tetap sebuah pedang. Apa kamu sudah mengerti?"

Gu Qing merenung, ia kemudian membungkukkan badannya dengan sungguh - sungguh dan kembali ke pinggir sungai.

Jing Jiu yang memandang ke arah lereng - lereng gunung lalu mengangkat jari telunjuk kanannya dan berulang kali melambaikannya ke samping.

Tanda ini dimaksudkan untuk para monyet itu, ia menyuruh mereka untuk berhenti bermain - main dan membawa kembali pedang milik pemuda itu.

Akan tetapi, banyak orang yang berpikir bahwa Jing Jiu melambaikan jari tangannya ke arah orang - orang dari Puncak Liangwang.

Ada begitu banyak murid yang mengetahui bahwa Kakak Gu Han dari Puncak Liangwang sejak awal sudah tidak menyukai Jing Jiu dan berulang kali mencoba untuk mempermalukannya, namun dihentikan oleh Bibi Guru Mei Li dan juga guru Lin Wuzhi.

Bagi mereka, tingkah Jing Jiu hari ini diartikan sebagai bentuk protesnya terhadap Puncak Liangwang dan juga merupakan tamparan bagi Gu Han.

Lin Wuzhi yang berada di tengah awan, menoleh pada Liu Shisui, yang sedang berdiri di sampingnya dan ia lalu berkata dengan wajah yang tersenyum, "Ia melakukannya untuk membalaskan dendammu!"

Ia tahu sifat Jing Jiu yang tidak menyukai masalah.

Setelah ia memenangkan pertarungan pedang itu, mengapa ia masih terus maju dan memukul punggung Gu Qing sebanyak tiga kali menggunakan pedangnya?

Ini bukanlah penghinaan. Namun ini adalah pembalasan.

Setahun yang lalu, Jing Jiu yang baru saja tiba di inner sect, bertemu dengan Liu Shisui di kaki gunung Puncak Pedang.

Liu Shisui begitu gembira bisa bertemu dengan Jing Jiu dan ia berlari ke arahnya. Namun, Gu Han tidak senang melihatnya dan ia menggunakan aturan dari Puncak Liangwang untuk memukul Liu belasan kali sebagai hukuman untuknya.

Setelah itu, Liu kembali dipukuli sebanyak dua kali karena ia diam - diam mengunjungi Jing Jiu.

Sudah beberapa waktu berlalu sejak kejadian ini terjadi.

Jing Jiu memang tidak mengatakan apa - apa.

Namun sebenarnya, ia juga tidak pernah melupakannya.

Liu Shisui memperhatikan sosok yang ada di tengah sungai itu dengan wajah datar dan juga tegang.

Ha ha!!!

Liu Shisui tiba - tiba tertawa dengan begitu nyaring.

Namun, ia bisa kembali menguasai diri dengan cepat dan ekspresinya kembali terlihat santai.

...

...

Semua orang pun terdiam dan benar - benar terkejut, saat mereka memandang Jing Jiu yang berdiri di atas batu yang ada di tengah sungai.

Para tamu undangan yang datang dari berbagai sekte pun beranjak maju ke pinggir lereng gunung, mereka menunduk untuk melihat kejadian yang terjadi di bawah sana, terdengar suara mereka yang rendah terlibat dalam diskusi yang kelihatannya sangat serius.

Baik itu para gadis muda dari Biara Water-Moon, maupun para tamu dari Sekte Windy Broadsword yang sedari tadi tidak lagi tersenyum, keduanya tampak sangat terkejut dan takjub akan pertarungan pedang yang terjadi tadi.

Jing Jiu tidak memiliki level yang lebih tinggi, tapi bagaimana bisa ia mengalahkan Gu Qing? Teknik pedang apa yang ia gunakan?

...

...