Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 42 - Memperebutkan Jing Jiu.

Chapter 42 - Memperebutkan Jing Jiu.

Tidak ada seorangpun yang mendengar percakapan antara Jing Jiu dan Gu Qing, sehingga banyak dari mereka yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Mereka hanya tahu bahwa Jing Jiu adalah seorang petarung handal dan ia mampu melampaui levelnya untuk mengalahkan lawannya yang memiliki level yang lebih tinggi darinya. Bahkan, para guru dari sembilan puncak gunung yang telah bertahun - tahun berkutat dengan teknik pedang pun menemukan sesuatu yang menarik dari pertarungan pedang ini.

Jing Jiu yang belum mencapai level Undefeated, mampu menangkap pergerakan pedang terbang itu hanya dengan mengandalkan kemampuan penglihatannya, ini membuktikan bahwa ia memiliki penglihatan yang sangat luar biasa, yang bahkan bisa disebut sebagai Mata Pedang. Belum lagi, Inti Pedang yang ia miliki yang begitu besar jumlahnya, yang mampu menggerakkan pedangnya dengan kecepatan yang tidak terbayangkan untuk menghantam pedang terbang Gu Qing.

Mampu menghantam pedang lawanmu bukan berarti kamu juga bisa menjatuhkan pedang itu.

Para guru dari sembilan puncak pedang bisa melihat dengan jelas, bahwa setiap kali Jing Jiu menebaskan pedangnya ke bawah, ia akan sedikit memutar pergelangan tangannya sehingga bagian pedangnya yang tebal akan menyentuh bagian terlemah dari pedang terbang Gu Qing. Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana caranya ia bisa mengetahui bagian mana dari pedang Gu Qing yang merupakan bagian terlemahnya? Namun, tidak ada penjelasan yang bisa mereka dapatkan. Mereka hanya bisa beranggapan kalau Jing Jiu terlahir dengan pemahaman akan pedang yang teramat sangat luar biasa.

Jurus pedangnya ini sangat rumit, namun terlihat sederhana, ketika digunakan oleh Jing Jiu, karena caranya memegang pedang terlihat begitu mulus, bahkan terlihat begitu alami, membuatnya terlihat seakan sangat mudah baginya untuk memegang pedangnya. Bahkan, orang - orang dari Puncak Yunxing yang terkenal akan ketepatan teknik pedangnya pun memberi pujian pada Jing Jiu.

Namun, masih ada satu aspek lagi yang bahkan lebih mencengangkan.

Setahun yang lalu, Jing Jiu berkata bahwa ia ingin menggunakan pedang yang ditinggalkan oleh Paman Guru Mo dari Puncak Shiyue. Pada saat itu, ada beberapa orang yang berpikir bahwa ia adalah seseorang yang oportunistik dan beberapa orang yang lain merasa bahwa ia orang yang baik hati dan perhatian. Namun sekarang, beberapa orang akhirnya menyadari bahwa ia ternyata menyukai pedang itu karena badan pedang itu lebar, tebal, dan juga padat, yang sangat sesuai dengan Inti Pedang nya yang berjumlah besar dan juga Mata Pedangnya yang mengagumkan.

Hati Pedangnya begitu tenang, Sword Sense-nya juga sangat peka, dan pemahamannya akan pedang begitu alami. Apa arti semua ini?

Bukankah ini berarti bahwa Jing Jiu memiliki bakat alami yang sangat besar dalam jalan pedang.

Jika Zhuo Rusui, Zhao Layue, dan Liu Shisui merupakan praktisi yang paling sesuai untuk berlatih Kultivasi karena kualitas Dao alami yang mereka miliki, maka Jing Jiu adalah orang yang terlahir sebagai seorang pendekar pedang sejati!

Sekte Green Mountains adalah sekte pedang nomor satu di dunia, jadi bagaimana mungkin mereka melewatkan murid yang seperti ini?

...

...

Salah seorang elder lalu berjalan keluar dari dalam awan setelah keheningan itu berlangsung begitu lama.

Elder berkulit hitam dan berwajah jelek yang memandangnya itu adalah Elder Me dari Puncak Tianguang.

Ia berjalan ke pinggir lereng dan melihat ke arah Jing Jiu yang sedang berdiri di tengah sungai, ia lalu bertanya sambil terus menggosok - gosokkan tangannya dengan gugupnya, "Jing Jiu, apa kamu bersedia untuk belajar teknik pedang denganku?"

Setelah mendengar kata - kata ini, keheningan yang menyelimuti lereng - lereng gunung itu tiba - tiba hilang dan menjadi begitu berisik.

"Jing Jiu, apa kamu bersedia untuk mewarisi pedang dari Puncak Bihu?"

"Aku akan memberikan janjiku sebagai Pimpinan Puncak Xilai, bahwasanya, jika kamu bersedia bergabung dengan puncak gunung kami, kami semua akan melakukan yang terbaik..."

"Teknik Burung Purba dari Puncak Yunxing adalah teknik yang paling sesuai untuk pemuda ini. Kalian semua sebaiknya berhenti untuk mencoba merekrutnya..."

Mendengar perdebatan itu, Chi Yan yang terluka dalam pertarungannya tadi malam, berubah pucat.

Ia menghela nafas, berpikir bahwa mereka belum melakukan persiapan sebelumnya, jadi bagaimana mungkin Puncak Shangde bisa merebut Jing Jiu?

Elder Me menjadi sangat marah, wajahnya merah karena undangan yang diberikannya pada Jing Jiu disela, walau tidak ada seorang pun yang menyadarinya.

"Diam!"

Elder Me adalah orang yang baik, tapi orang sepertinya pun akan tetap bisa marah sesekali dan akan sangat menakutkan ketika itu terjadi.

Ada banyak air yang jatuh dari lereng gunung yang kemudian memercik ke segala arah, air itu jatuh bagaikan hujan lebat yang turun dari langit dan ini semua disebabkan oleh tekad pedang Elder Me yang begitu kuat.

Argumen yang terdengar di lereng - lereng gunung itu pun terhenti.

"Bukankah kalian berpikir bahwa pemuda ini sama seperti orang bodoh yang sebelumnya? Kenapa sekarang kalian semua berubah pikiran?"

Suara Elder Me berubah menjadi cibiran ketika ia memandang kerumunan orang dari semua puncak gunung dan ia kemudian berkata, "Apa kalian merasa nyaman jika mengambilnya dariku?!!!"

Apa yang Elder Me katakan merupakan kebenaran yang tidak bisa dibantah oleh mereka yang datang dari Puncak Bihu, Yunxing, dan Xilai dan mereka hanya bisa terdiam.

Ketika pandangannya tertuju pada Jing Jiu, Elder Me berusaha untuk memperlihatkan senyum yang lembut dan ia lalu berkata, "Kamu tentu tahu kalau aku tidak seperti mereka. Aku selalu memiliki opini yang baik terhadapmu. Bahkan, saat kamu tidak pernah pergi ke Puncak Pedang selama setengah tahun terakhir, Aku masih terus mempercayai bahwa kamu akan muncul di depanku hari ini."

Saat itu juga, Mei Li berjalan ke pinggir lereng dan ia berkata sambil mencibir, "Aku tidak sedikitpun merasa tidak nyaman. Saat aku mulai menyukai pemuda ini, kamu bahkan masih belum tahu siapa dia Kakak Me."

Elder Me pun terdiam mendengar perkataan Mei Li.

Mei Li kemudian kembali memandang Lin Wuzhi yang berada di kejauhan, ia pun lalu berkata, "Aku sudah pernah mengatakan hal ini sebelumnya. Jing Jiu adalah milik Puncak Qingrong kami. Siapapun di antara kalian yang ingin merebutnya dariku, jangan salahkan aku jika aku bertindak kasar."

Tepat setelah itu, terdengar suara yang berat namun lembut.

"Apa yang kamu katakan itu tidak benar, Saudari Mei. Jika hanya orang pertama yang memperhatikannya yang boleh membawanya, mungkin seharusnya kami yang dari Puncak Shiyue lah yang berada di depanmu."

Yang barusan berbicara adalah Immortal Guang Yuan yang merupakan Pimpinan Puncak Shiyue.

Mei Li yang terkejut kemudian membungkukkan badan ke arahnya, namun ia tetap tidak menyerah dan kembali berkata, "Aku tidak tahu kalau Immortal Guang pernah memperhatikan Jing Jiu."

Immortal Guang Yuan pun berkata dengan begitu sentimental, "Itu terjadi dua tahun yang lalu, saat aku mendengar kabar bahwa ada seorang murid yang cerdas dan berpengetahuan luas di Pine Pavilion Selatan. Aku lalu mengirim pesan pada Guru Lu, untuk menanyakan apakah murid itu mau bergabung dengan Puncak Shiyue kami. Jing Jiu, apa kamu ingat tentang hal itu?"

Jing Jiu pun mengangguk.

Setelah mendengar cerita di masa lalu itu, Mei Li akhirnya berkata dengan pasrah, "Immortal Guang, bukankah waktu itu kamu menginginkannya untuk menjadi penjaga di bawah puncak gunungmu. Apakah itu caramu menghargai bakatnya dalam jalan pedang?"

...

...

Bagian yang paling menarik dari Turnamen Pewaris Pedang hari ini terjadi pada saat ini.

Semua puncak gunung menginginkan Jing Jiu untuk mewarisi pedang mereka, dengan berbagai alasan dan hubungan yang mereka miliki di masa lalu dan tidak ada seorangpun yang mau menyerah begitu saja.

Mereka tidak memperebutkan Liu Shisui dengan begitu sengitnya, karena semua puncak gunung itu tahu bahwa Liu adalah pion yang dipersiapkan oleh Ketua Sekte.

Namun, Jing Jiu tidak memiliki hubungan yang seperti itu, sehingga tidak ada seorangpun yang mau menyerah untuk mendapatkannya.

Melihat argumen yang terjadi antara para guru itu, yang bahkan membuat Pimpinan Puncak Shiyue maju dan menampakkan dirinya, para murid yang berada di sekitar sungai pun menjadi sangat terkejut.

Belasan murid yang datang dari Pine Pavilion Selatan terlihat sangat gembira, mereka merasa bangga memiliki teman sekelas yang begitu luar biasa. Wajah Saudari Yushan sedikit memerah saking gembiranya saat ia melihat Jing Jiu yang sedang berdiri di atas batu hijau itu, ia pun beberapa kali melemparkan pukulan dengan tinjunya yang kecil pada pemuda bermarga Yuan dari Lelang County itu, yang tentunya membuat pemuda itu kesakitan, namun, Yuan muda itu tidak berani berteriak layaknya seorang korban yang tidak bersalah.

Meskipun argumen - argumen itu dapat terus dilanjutkan seperti yang terjadi saat ini, namun kekuatan untuk menentukan pilihan itu berada di tangan Jing Jiu.

"Jing Jiu, puncak gunung mana yang kamu pilih?"

Elder dari Puncak Shiyue yang bertanggung jawab atas turnamen itu bertanya dengan tegas. Lalu, dengan suara yang begitu rendah yang hanya bisa didengar oleh Jing Jiu, ia berbisik di telinga Jing Jiu, "Walaupun Puncak Shiyue kami tidak memiliki banyak hal, tapi kami memiliki pil dan juga buah - buahan magis yang jumlahnya sangat banyak dan ada beberapa barang bagus yang bahkan Ketua Sekte pun tidak memilikinya. Itu semua bisa menjadi milikmu."

Jing Jiu hanya tersenyum.

Ketika ia masih berada di desa kecil itu, ia sempat mempertimbangkan untuk pergi ke Puncak Bihu, tapi sekarang, Lei Poyun sudah mati, jadi sudah tidak ada artinya pergi ke sana.

Mei Li juga sudah baik padanya dan beberapa saat yang lalu, Mei Li juga telah menunjukkan kesediaan untuk Jing Jiu mewarisi pedang mereka, namun karena suatu alasan yang tidak bisa diungkapkan, Jing Jiu lebih memilih untuk mati daripada pergi ke sana.

Kultivasi di Puncak Xilai berpusat pada hubungan dengan banyak orang, tapi ia tidak suka berurusan dengan banyak orang.

Kultivasi di Puncak Yunxing adalah untuk berlatih teknik pedang, namun itu bukanlah hal yang ia perlukan.

Tekanan yang akan dialami seseorang ketika berlatih kultivasi di Puncak Shiyue bisa dikatakan cukup ringan dan mereka bisa memiliki kehidupan yang nyaman di sana. Akan tetapi, selain mengumpulkan dan menyusun buku - buku, para murid yang ada di sana juga harus merawat tanaman - tanaman obat rewel, serta kebun - kebun buah yang ada di sana, yang tentunya akan sangat merepotkan, belum lagi monyet - monyet yang sangat banyak jumlahnya yang ada di sana akan terus membuat keributan sejak pagi hingga malam, yang pastinya bukan merupakan pilihan yang baik untuknya.

Puncak Tianguang adalah pilihan terbaik baginya untuk sementara ini. Lin Wuzhi bukanlah orang yang jahat dan meskipun Me Chi masih saja gagap seperti dulu, tapi temperamennya masih tetap setia dan jujur. Dan lagi, jika ia mewarisi pedang dari Puncak Tianguang, maka ia dan Liu Shisui akan menjadi murid dari puncak gunung yang sama. Ia berpikir, pasti akan sangat menarik untuk melihat ekspresi Liu di wajah kecilnya yang gelap itu.

Ketika ia akan mengambil keputusan, ia tiba - tiba melihat gadis muda yang sedang duduk di atas sebuah batu hijau dan ia pun kemudian mendapatkan ide yang baru.

"Aku masih harus mempertimbangkannya."

Ujar Jing Jiu pada Elder dari Puncak Shiyue itu.

Dengan sedikit kecewa, Elder dari Puncak Shiyue itu lalu mengumumkan sesuai dengan peraturan yang ada, "Baiklah, tapi kamu harus memberikan jawaban sebelum Turnamen Pewaris Pedang berakhir."

Ia kecewa karena Jing Jiu tidak memutuskan untuk bergabung dengan Puncak Shiyue pada saat itu juga. Mei Li dari Puncak Qingrong dan Elder Me dari Puncak Tianguang pun memiliki pemikiran yang sama.

Beberapa dari mereka merasa kecewa dengan sikap Jing Jiu yang arogan.

Para elder memiliki penilaian yang sangat baik tentang kamu, namun kamu justru memilih ini dan itu. Apakah kamu benar - benar merasa bahwa dirimu adalah orang yang istimewa?

Jing Jiu berjalan kembali ke batu hijau itu.

"Keren." puji Zhao Layue sambil memandanginya.

"Biasa saja." ucap Jing Jiu.

"Bakatmu dalam jalan pedang berada di urutan tiga teratas di antara orang - orang yang aku kenal." ujar Zhao Layue.

"Aku rasa, bakat pedangku adalah yang terbaik di Green Mountains Ini." ujar Jing Jiu serius.

Zhao Layue terdiam mendengarnya dan ia tidak tahu lagi harus berkata apa, ia kemudian berjalan melewatinya menuju ke sungai.

Sejumlah pasang mata sekarang memandang ke arah Zhao Layue.

Keterkejutan yang disebabkan oleh Jing Jiu, sekarang terlupakan untuk sementara waktu.

Pedang dari puncak gunung yang mana yang akan diwarisi oleh Zhao Layue? Puncak gunung yang mana yang telah terlebih dahulu mempersiapkannya sebagai pion mereka.

Pertanyaan ini telah menghantui seluruh Sekte Green Mountains dan juga hampir semua anggota dunia Kultivasi selama bertahun - tahun. Pertanyaan ini akhirnya akan terjawab hari ini.

...

...