Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 47 - Biarkan Mereka Melihat

Chapter 47 - Biarkan Mereka Melihat

Tentunya, Jing Jiu masih memiliki cara lain untuk mendaki ke puncak gunung ini, namun seperti apa yang dikatakan oleh Zhao Layue, saat ini, ada seseorang yang mungkin sedang mengawasi mereka.

Ketua Sekte dan juga Yuan Qijing bisa melihat apa yang sedang terjadi di sini jika mereka menginginkannya.

Dalam situasi yang berbeda, Jing Jiu mungkin akan menghentikan pendakiannya dan memilih untuk kembali, namun...

Ia menoleh pada Zhao Layue. Jika ia memilih untuk melakukan hal itu, ia merasa, Zhao pasti akan merasa sangat kecewa.

"Kalau begitu... biarkan mereka melihatnya." ujarnya berbisik, sambil kembali memandang puncak - puncak gunung yang ada di dalam awan - awan tebal itu.

Ia lalu mengulurkan tangannya dan kemudian, mengelus gelang yang ada di pergelangan tangan Zhao dengan lembut.

Gelang itu pun terlepas dari pergelangan tangan Zhao dengan perlahan, lalu berubah menjadi cambuk pedang dan mendarat tepat di tangan Jing Jiu.

Entah kenapa, cambuk pedang yang tidak biasa ini bersedia untuk mematuhi perintah Jing Jiu.

Ia lalu memusatkan tekadnya dan cambuk pedang itu kemudian melesat keluar bagaikan seekor ular yang membelit tubuh Zhao Layue.

Ia pun kemudian mengeluarkan pedang yang tersandang di punggungnya, namun setelah ia berpikir sejenak, ia lalu mengembalikan pedang itu ke punggungnya. Ia kemudian melanjutkan perjalanannya menuju ke puncak gunung, sambil membawa Zhao ditangannya.

Ia juga memastikan bahwa tubuh Zhao Layue telah sepenuhnya terlindungi oleh cambuk pedang itu.

Zhao Layue tetap tertidur nyenyak, bahkan saat ia digendong oleh Jing Jiu, seakan ia sedang berada dalam buaian.

...

...

Cara mendaki Jing Jiu sangat berbeda dengan Zhao Layue.

Tidak seperti Zhao Layue yang berjalan dengan begitu berhati - hati. Dengan tiga langkah ke depan dan dua langkah ke belakang, yang kadangkala berputar kekiri, terkadang juga melompat. Jing Jiu sama sekali tidak melakukan hal seperti itu. Ia hanya terus berjalan lurus kedepan.

Setelah ia dua kali melangkahkan kakinya di jalan setapak itu, ia pun menjumpai sebuah tekad pedang.

Pop!!!

Terdengar suara yang begitu jelas dan nyaring dan disertai dengan munculnya sobekan di pakaian putihnya.

Ia terus berjalan maju, tanpa henti, seakan ia tidak merasakannya.

Ia terus berjalan, mendaki menyusuri jalan setapak itu dengan semakin cepat dan menjumpai semakin banyak tekad - tekad pedang, yang juga disertai dengan suara letusan yang semakin sering terdengar.

Pop!!! Pop!!! Pop!!! Pop!!!

Suara itu sudah seperti suara hujan, mirip dengan suara sejumlah anak panah yang ditembakkan secara bersamaan dan menyerupai suara pedang yang beradu, yang tak terhitung jumlahnya.

Suara pedang - pedang itu terus bergemuruh dan dengan paksa membuka area - area yang tertutup oleh Formasi Pedang. Suara - suara itu pun bergema di antara lereng - lereng gunung, namun tidak bisa keluar dari puncak gunung itu. Gema - gema suara itu perlahan menyatu, nada suaranya menjadi semakin rendah dan terdengar semakin menakutkan. Suara itu sudah seperti guntur yang terus membombardir jalan setapak itu.

Jika pada saat itu ada seseorang yang sedang berada di jalan setapak itu, ia pasti akan menjadi tuli karena suara guntur yang tercipta dari suara ribuan pedang yang ada di sana.

Namun Zhao Layue tetap tidak terbangun. Ia tidur dengan begitu nyenyaknya dan wajahnya sedikit memerah. Kelihatannya Jing Jiu sudah melindunginya dengan sangat baik.

...

...

Beberapa lama kemudian, malam masih belum berlalu dan pagi masih belum menjelang.

Puncak Shenmo tampak berdiri di depan mereka.

Beberapa bangunan dengan samar terlihat di antara puncak - puncak gunung yang hijau dan lereng - lereng gunung itu.

Jing Jiu pun berhenti dan ia kemudian mengusap wajahnya.

Bahkan, bagi seseorang seperti Jing Jiu sekalipun, berjalan dengan paksa untuk bisa sampai ke sini dari tengah puncak gunung dan mematahkan begitu banyak tekad pedang membuat wajahnya terasa kaku.

Pakaian putihnya adalah benda yang sangat istimewa, mampu menangkal air dan api serta mampu menghadapi pedang terbang, namun pada saat itu pakaiannya sudah tersobek - sobek.

Berpuluh - puluh sobekan baju tergantung dari tubuhnya. Badannya yang bagaikan giok pun dapat terlihat dengan jelas. Keadaannya terlihat begitu menyedihkan.

Tiba - tiba, terdengar suara angin yang berhembus di antara lereng - lereng gunung. Suaranya terdengar tanpa henti dan terdengar sangat menyedihkan, seperti suara tangisan setan - setan.

Puluhan soul - fires yang begitu dingin terbang keluar dari retakan - retakan yang ada di lereng gunung di depannya, yang kemudian bergabung dan menyatu untuk membentuk begitu banyak wajah yang sangat jelek dan juga menakutkan. Kejadian itu sungguh sangat menakutkan.

"Pantas saja jika Kolam Ink dinamai sebagai 'Arwah Kematian'. Mereka memang benar - benar jelek."

Jing Jiu menggelengkan kepalanya ketika ia melihat Arwah - Arwah Kematian itu mengeluarkan bau yang sangat mengerikan.

Bertahun - tahun yang lalu, Immortal Taiping telah mencapai akhir hayatnya. Namun, perang antara Kerajaan Manusia dan Kerajaan Ice - Snow yang melibatkan begitu banyak pendekar pedang yang sangat kuat, terjadi di Lanlin Snowy Plateau.

Ketua Sekte membawa serta semua pendekar pedang tangguh dari sembilan puncak gunung untuk ikut membantu, dan hanya para murid yang tertinggal di Green Mountains.

Pada saat itu, Curtain Rollers kehilangan beberapa buku yang berisi informasi penting, yang mana, buku - buku itu jatuh ke tangan seorang Underworld Master.

Figur penting dari Underworld ini memimpin para bawahannya melewati sebuah titik lemah yang tercantum di buku - buku yang berisi tentang Formasi Green Mountain itu dan mereka menyusup ke sembilan puncak gunung, dengan tujuan untuk mencuri sesuatu dari Green Mountain.

Namun yang tidak mereka duga adalah, barang yang mereka cari tidak berada di Penjara Pedang di Puncak Shangde, namun justru berada di Puncak Shenmo.

Master dari Underworld itu berasumsi bahwa Jing Yang pasti sedang melakukan latihan tertutup, dan ia merasa bahwa kesempatan ini tidak boleh dilewatkan.

Sepanjang hidupnya, Jing menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam ruangannya, sehingga asumsi master tersebut tidaklah salah.

Akan tetapi, di luar dugaan, ketika mereka tiba di puncak gunung kesembilan dari Green Mountain, keempat principal guards yang ada di sana bangun pada saat yang bersamaan, yang kemudian disusul oleh Jing Yang yang keluar dari pertapaannya.

Jing Yang lalu mengayunkan pedangnya dan membunuh semua pendekar pedang dari Underworld itu.

Satu - satunya orang yang berhasil lolos hanyalah Master dari Underworld yang terluka parah itu.

Peristiwa ini berkaitan dengan rahasia besar dari Sekte Green Mountain dan juga Curtain Rollers, sehingga peristiwa ini pun kemudian disembunyikan dengan sangat hati - hati.

Tentunya, Underworld juga tidak akan mengumumkan kekalahan mereka yang tragis itu dan hingga saat ini, hanya beberapa orang yang mengetahuinya.

Setelah Ketua Sekte kembali, ia berpikir bahwa sisa - sisa soul - fires yang ada di sana sebaiknya dibersihkan. Atau setidaknya, mayat - mayat yang ada di sekitar puncak gunung itu harus dikumpulkan dan kemudian dikuburkan.

Namun, Jing Yang merasa kalau hal itu terlalu merepotkan dan karena tidak ada satu orang murid pun di puncak gunung itu, serta tidak ada tamu yang datang, sehingga menurut pertimbangannya, hal itu tidak perlu dilakukan.

Sebagai akibatnya, mayat - mayat para pendekar pedang dari Underworld itu tersebar di antara lereng - lereng gunung, dengan angin dan hujan yang membantu mengubah mayat mereka menjadi tulang - tulang putih, yang kemudian berubah menjadi debu.

Sedangkan untuk sisa - sisa soul - fires itu, mereka tetap berada di sana dan terus hidup sebagai arwah - arwah yang menyedihkan.

Arwah - Arwah yang menyedihkan ini, terbentuk dari soul - fires yang tidak memiliki kesadaran, yang hanya memiliki tekad - tekad buruk dan juga niat membunuh dan keberadaannya tentunya akan menimbulkan masalah bagi murid - murid biasa.

Namun, bagi Jing Jiu, sisa - sisa soul - fires ini tidak ada bedanya dengan asap yang tercipta dari kayu bakar yang basah, yang terbakar di tungku.

"Pergi sana."

Ia masih menggendong Zhao Layue sambil terus berjalan menuju ke tempat tertinggi yang ada di puncak gunung.

Jing Jiu tidak sekalipun berhenti, ketika ia melewati Arwah - Arwah Kematian yang menakutkan itu.

Arwah - Arwah Kematian itu lalu mengeluarkan suara teriakan yang menusuk telinga, mereka bermaksud untuk menelan Jing Jiu.

Namun, tiba - tiba, Arwah - Arwah Kematian itu terpecah, kembali menjadi puluhan bola api yang dingin.

Bola - bola api itu, lagi - lagi mengeluarkan teriakan yang mengerikan dan mereka kemudian bergegas melarikan diri ke sekitar puncak gunung, namun mereka tidak pergi terlalu jauh, mereka lalu mendarat dengan pasrah di bebatuan yang ada di lereng gunung dan kemudian, berubah menjadi puluhan jejak asap yang akhirnya menghilang ke kehampaan.

"Memang lebih mudah membereskannya secara bersamaan daripada melakukannya satu per satu."

Itulah yang ada dipikiran Jing Jiu ketika ia berjalan ke dalam sebuah bangunan kecil yang ada di atas puncak gunung itu.

Sama seperti bangunan - bangunan lain yang ada di Green Mountain, bangunan itu memiliki sebuah gua kecil di belakangnya.

Tempat ini adalah rumah gua milik Jing Yang.

Bangunan ini dibuat dari bahan - bahan yang paling berharga. Bahan - bahan itu antara lain, terbuat dari pohon - pohon besar, lantainya dilapisi dengan giok yang begitu indah, pilar - pilarnya dipahat dan dengan langit - langit yang dilukis dengan begitu elegan, mempertunjukkan suatu kesempurnaan.

Jing Jiu berjalan menuju ke dinding dan kemudian memutar bola - kaca yang bersinar yang terletak di dinding itu dengan tangannya.

Clank!!! Clank!!!

Lantai bangunan itu terasa sedikit bergetar dan kemudian, lantai itu mulai berputar.

Lalu, terasa hembusan angin lembut yang berhembus masuk dan meniup keluar debu - debu yang ada di dinding dan lantai bangunan itu. Tidak lama kemudian, rumah gua itu pun menjadi bersih dan bebas debu.

Jing Jiu kemudian meletakkan Zhao Layue di lantai. Ia lalu berjalan berkeliling di dalam bangunan itu, ia menyentuh dinding - dindingnya, pilar - pilarnya, peralatan, dan juga benda - benda yang ada di sana, dengan kedua tangannya.

Sampai akhirnya, ia berhenti di tengah bangunan kecil itu. Ia memandang ke sekitarnya dengan kedua tangannya berada di belakang punggungnya dan ia merasa sangat sentimental.

Ia tidak pernah menyangka akan bisa bertemu lagi dengan semua benda ini dengan begitu cepat.

Kehadiran Zhao Layue telah merubah rencananya, namun hingga saat ini, semuanya masih terasa cukup baik.

Jing Jiu lalu berjalan ke ujung rumah gua itu, ia kemudian menekan tombol di dinding batu yang ada di ujung gua. Dinding itupun lalu terbuka tanpa mengeluarkan suara sedikitpun dan memperlihatkan ruang rahasia yang ada di belakangnya.

Di dalam ruang batu itu, ada puluhan pakaian yang tergantung dengan begitu rapi, yang sebagian besar berwarna polos dan kelihatan cukup bersih.

Ia menggeser jari - jarinya di atas pakaian - pakaian itu untuk beberapa saat, sampai akhirnya ia berhenti.

Jing Jiu lalu memilih satu setel pakaian putih. Pakaian itu tidak benar - benar pas untuknya, namun masih cukup nyaman untuk digunakan.