Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 49 - Selama Ini Kamu Selalu Bersamaku

Chapter 49 - Selama Ini Kamu Selalu Bersamaku

Zhao Layue benar - benar marah.

"Aku telah memikirkan cerita yang baru. Atau mungkin kelanjutan dari cerita yang sebelumnya. Apa kamu mau mendengarnya?" tanya Jing Jiu tiba-tiba.

Zhao Layue hanya bisa menaikkan alisnya. "Apa ceritanya masih tentang immortal tua itu?" tanyanya.

"Ya, ketika kamu tidak sadarkan diri, immortal tua itu datang lagi. Ia tahu bahwa kamu sedang mencari sebuah pedang, sehingga ia kemudian memberitahukanku." ujar Jing Jiu.

Dengan begitu banyak rahasia yang muncul satu persatu, "Apa kamu tahu dimana pedang itu?" tanya Zhao gugup.

"Immortal itu bilang... selama ini pedang itu sudah ada ditanganmu." ujar Jing Jiu yang memandangnya sambil tersenyum.

Zhao Layue tidak begitu mengerti apa yang dikatakan oleh Jing Jiu barusan. Ia lalu mengarahkan pandangannya ke kedua tangannya, dan tiba-tiba ia menyadari keberadaan gelang pedang yang ada dipergelangan tangannya.

Apakah benda ini yang ia bicarakan barusan?

Pikirannya berpacu. Gelang pedangnya pun perlahan naik, dan berubah menjadi cambuk pedang yang berwarna putih yang menari-nari di udara.

Jing Jiu lalu mengangkat tangannya.

Zhao Layue yang diam-diam mengamatinya lalu menyerahkan cambuk pedangnya.

Jing Jiu kemudian menggenggam gagang pedang itu dengan erat menggunakan tangan kirinya dan dan cambuk pedang itu ditangan kanannya, lalu ia menggesernya kebawah dengan perlahan.

Pop!!! Pop!!! Pop!!!

Bersamaan dengan suara letusan yang terus terjadi itu, muncul selapis percikan cahaya perak diantara tangannya dan juga cambuk pedang itu.

Lapisan perak itu kemudian hancur dan berjatuhan seperti bintang yang berkelipan, dan permukaan cambuk pedang itu pun terkelupas, serupa dengan ular yang melepaskan kulitnya, yang kemudian memperlihatkan bentuk sesungguhnya yang ada didalamnya.

Pedang itu berwarna merah tua, seperti karang atau mungkin seperti darah segar.

"Cantik sekali... apa ini Pedang Tanpa Perasaan?" gumam Zhao Layue yang masih terus memandangi pedang tersebut.

"Iya, ini adalah Pedang Tanpa Perasaan." ujar Jing Jiu.

Jing Jiu lalu menyerahkan kembali pedang itu pada Zhao Layue.

Setelah beberapa lama terdiam, Zhao Layue masih belum mengambilnya.

"Kamu yang menemukan pedang ini, jadi sudah seharusnya pedang ini menjadi milikmu."

Pedang Tanpa Perasaan bukan hanya pedang biasa, pedang itu melambangkan warisan dari Puncak Shenmo dan juga penerus dari Immortal Jing Yang.

Zhao Layue memiliki harga diri yang terlalu tinggi untuk menerima pemberian Jing Jiu itu. "Apakah kamu keturunan dari Senior Grandmaster? Ataukah kamu murid Senior Grandmaster yang sebenarnya?" tanyanya sambil tetap menatap Jing Jiu.

"Dari sudut pandang tertentu, kedua pernyataan itu, keduanya masuk akal." ujar Jing Jiu setelah ia berpikir sejenak.

"Kalau begitu pedang ini sudah seharusnya menjadi milikmu." ucap Zhao Layue.

"Seperti apa yang kamu katakan, Immortal Jing Yang memilihmu untuk menjadi murid pewaris Puncak Shenmo." ujar Jing Jiu.

"Aku tidak pernah bertemu dengan Senior Grandmaster. Aku hanya tahu bahwa ia bertemu dengan ibuku ketika ia melewati Kota Zhaoge. Dan pada saat itu, ia memilihku, seorang bayi yang belum lahir, sebagai muris pewarisnya, dan kemudian Sekte Green Mountain mengirim sejumlah master untuk melindungiku. Jadi semenjak aku belum lahir, aku sudah tidak ditakdirkan untuk menjadi seorang bangsawan biasa. Aku tidak perlu menikah hanya untuk memenuhi kepentingan keluargaku, ataupun mengkhawatirkan tentang pertemuan yang membahas puisi-puisi membosankan itu dan aku tidak perlu mengkhawatirkan tentang kemungkinan diriku dipilih oleh Keluarga Kerajaan untuk menjadi harem mereka. Hidupku sudah sangat diberkati."

"Senior Grandmaster telah memberikanku semua hal-hal yang baik ini." lanjut Zhao Layue, "dan juga kebencian yang datang bersamaan dengan hal-hal ini... tapi aku tidak pernah bertemu dengannya, dan aku belum menemukan rahasia yang tersimpan dipedang ini. Aku pun tidak memiliki kemampuan untuk mendaki ke Puncak Shenmo. Jadi bagaimana mungkin aku dikatakan layak untuk menjadi muridnya yang sebenarnya?"

"Mungkin ia tidak berpikir seperti itu." jawab Jing Jiu.

Zhao Layue lalu mengangkat kepalanya dan melemparkan pandangannya pada Jing Jiu saat ia mendengar kata-kata Jing Jiu.

"Kemampuan dan niat yang kamu miliki tidak lah penting, karena niat Immortal Jing Yang sudah sangat jelas. Kamu telah mengenakan gelang ini sejak kamu lahir. Itu berarti ia menginginkanmu untuk mewarisi Puncak Shenmo sedari awal. Jika bukan karena itu, mengapa ia meninggalkan Pedang Tanpa Perasaan disisimu?" ujar Jing Jiu.

Keheningan yang panjang menyelimuti tempat itu setelah Jing Jiu selesai berbicara. Zhao Layue pun beberapa kali melirik kearah Jing Jiu. Dan dalam diam, Zhao Layue lalu berjalan menuju ke meja pedang yang ada dibagian terdalam dari gua tinggal itu dan kemudian ia menusukkan Pedang Tanpa Perasaan kedalamnya dengan wajah yang begitu serius.

...

...

Malam panjang itupun akhirnya berlalu. Kilatan cahaya mentari pagi menerangi bagian tertinggi dari puncak gunung itu, namun keadaan dikaki gunung itu masih tetap gelap.

Banyak orang yang mulanya menunggu dikaki puncak gunung itu namun sekarang mereka memilih untuk pergi. Tapi masih ada beberapa tamu undangan yang bertahan disana, termasuk para biksu dari Kuil Fruit Formation dan kedua pangeran dari Kota Zhaoge. Dan tidak lupa gadis muda dari Sekte Hanging-Bell yang berusaha untuk tetap terjaga itu. Tentunya Guo Nanshan, Lin Wuzhi dan juga Gu Han beserta para murid dari sembilan puncak gunung juga terus menunggu disana sampai akhir.

Mereka tidak memiliki keyakinan akan kemampuan Zhao dan Jing Jiu untuk bisa berhasil mendaki sampai ke puncak gunung. Dan hanya dalam satu malam, harapan terakhir mereka telah sirna. Namun mereka tidak mengerti mengapa Ketua Sekte masih belum datang untuk menolong kedua orang itu. Apakah mereka baik-baik saja? Ataukah mereka sedang menghadapi bahaya?

Namun tiba-tiba angin yang sangat kencang bertiup di Puncak Shenmo.

Angin kencang itu berdesing, menggoyangkan pepohonan yang ada digunung itu dengan begitu kerasnya. Tumpukan tebal dedaunan yang telah gugur yang berada dibawah pepohonan itupun terbang keatas bersama dengan tiupan angin kencang tersebut, dedaunan itu seakan menari-nari diudara. Sungguh suatu pemandangannya yang begitu indah dan mengagumkan.

Guo Nanshan tampak terkejut. Bagaimana mungkin suara di Puncak Shenmo bisa terdengar sekarang?

Namun sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, kembali terjadi perubahan yang begitu dramatis.

Dedaunan itu terbang naik bersama dengan angin yang membawanya sampai ke bagian tertinggi dari Puncak Shenmo, yang berada didekat lereng gunung yang disinari cahaya mentari pagi.

Dan tiba-tiba saja, cahaya mentari pagi itu seakan membakar dedaunan itu, meninggalkan api yang menyala dengan begitu besar diantara lereng-lereng gunung itu, tanpa suara namun begitu menakutkan.

Itu bukan api yang sesungguhnya. Itu hanyalah dedaunan yang tanpa henti mengeluarkan cahaya yang begitu terang, namun tanpa mengeluarkan panas sedikitpun.

Lereng-lereng gunung dan hutan-hutan yang ada di Puncak Shenmo diterangi oleh cahaya itu, seakan-akan pagi telah tiba.

Dan ini masih bukan akhir dari kejadian itu. Lereng-lereng gunung dan hutan-hutan itu bahkan mulai bersinar dengan sendirinya, dan memancarkan sejumlah sinar cahaya.

Orang-orang yang ada disana bisa melihat dengan jelas daerah-daerah yang tertutup oleh Formasi Pedang. Dan Puncak Shenmo pun terlihat seperti sebuah bola kaca yang sangat besar, yang retak namun tidak pecah, dengan begitu banyak sisi didalamnya yang memantulkan kilatan cahaya yang begitu spektakuler.

Kilatan cahaya itu menjadi semakin padat dan juga semakin terang, dan garis yang memisahkannya pun menjadi semakin tidak terlihat, hingga akhirnya terdengar denting suara yang begitu lembut diantara langit dan bumi.

Sama seperti api yang terlihat sebelumnya, suara ini juga bukan suara yang nyata, namun suara yang bergema dengan begitu jelasnya dihati setiap orang yang mendengarnya.

Tidak peduli apakah itu Kesadaran Pedang, ataukah Daoist Heart ataupun Ocean Awareness, suara ini tetap terdengar dengan begitu jelas.

Ini adalah Suara Pedang.

Ini adalah suara pecahnya sebuah vas perak.

Ini juga merupakan suara mutiara-mutiara yang berjatuhan keatas piring giok.

Suara ini terdengar begitu renyah.

...

...

Angin dingin pun bertiup lembut, dan sinar mentari pagi mulai menyebar.

Kobaran api besar yang menyala diantara lereng-lereng gunung pun menghilang, bersamaan dengan Suara Pedang yang juga menghilang ke kehampaan.

Puncak Shenmo berdiri tegak dibawah langit dan surga, dan masih tetap terlihat begitu tenang dan serius.

Gunung itu masih tetap sama, seakan tidak ada yang terjadi disana.

Tapi semua orang tahu bahwa gunung itu sekarang berbeda dari sebelumnya.

Formasi Pedang Terlarangnya telah dinonaktifkan. Dan Puncak Shenmo telah hidup kembali.

Warisan puncak gunung kesembilan di Green Mountain telah selesai diwariskan.

Ketika ia memandang puncak gunung yang berada dibawah sinar matahari itu, Guo Nanshan hanya bisa berdiam diri. Sedangkan Lin Wuzhi memperlihatkan ekspresi yang gembira diwajahnya, dan Gu Han tampak tidak fokus dan ia pun tidak bisa berkata apa-apa.

Gadis muda dari Sekte Hanging-Bell itu pun terus mengusap matanya yang terasa sakit. "Apa yang terjadi?" tanyanya.

"Selamat Senior Master. Pewarisannya telah berlanjut." ujar Elder dari Puncak Shiyue yang bertanggung jawab atas Turnamen Pewaris Pedang ini, dengan suara yang begitu sentimental.

Suara memilukan yang dikirimkan oleh Pimpinan Puncak Qingrong dari kejauhan pun terdengar.

"Aku tidak pernah menyangka kalau aku akan melihat gunung ini dengan begitu cepat."