Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 50 - Akhir dari Turnamen

Chapter 50 - Akhir dari Turnamen

Tidak lama kemudian, berita tentang Turnamen Pewaris Pedang di Sekte Green Mountains pun tersebar ke seluruh dunia.

Umumnya, Turnamen Pewaris Pedang hanyalah sebuah kegiatan internal Sekte Green Mountains, yang hanya melibatkan murid - murid yang berlevel rendah di sekte tersebut dan seharusnya tidak berefek sedemikian besar. Namun, di turnamen kali ini terdapat dua orang partisipan yang memiliki kualitas Dao alami, ditambah dengan seorang jenius dari jalan pedang dan yang terpenting adalah... ada dua murid yang memilih untuk mewarisi pedang dari Puncak Shenmo, dan mereka berhasil mewarisinya!

Berita tentang Puncak Shenmo yang kembali dibuka pun tersebar ke seluruh wilayah yang berada di selatan, lalu ke Kota Zhaoge dan Windy Broadsword County yang berada jauh di utara, bahkan sampai ke Underworld dan juga Kerajaan Ice - Snow, karena puncak gunung kesembilan dari Green Mountains ini memiliki posisi yang istimewa di dunia Kultivasi, tempat ini adalah tempat dimana rumah gua milik Immortal Jing Yang berada.

Immortal Jing Yang sangat jarang muncul di dunia immortal, ia pun selalu berusaha untuk tidak menarik perhatian dan tetap menjadi sosok yang misterius, namun siapa yang berani mengabaikannya?

Siapa yang berani mengatakan bahwa posisi Sekte Green Mountains sebagai pimpinan dari sekte orthodox tidak ada kaitannya dengan Immortal Jing Yang?

Saat Puncak Shenmo kembali dibuka, siapa yang akan meragukan, apakah murid pewaris pedang itu tidak akan bisa menjadi Immortal Jing Yang yang kedua.

Bagaimana mungkin sekte - sekte Kultivasi itu dan juga Kota Zhaoge tidak menjadi gugup karenanya?

Bagaimana mungkin Underworld dan Kerajaan Ice - Snow tidak menjadi khawatir karenanya?

Dan akibatnya, Zhao Layue menjadi semakin terkenal di dunia Kultivasi.

Di masa lalu, dunia Kultivasi hanya tahu bahwa Zhao adalah seseorang yang memiliki kualitas Dao alami, namun ia masih sangat muda dan karena itulah, perkembangannya di masa depan menjadi tidak pasti. Namun sekarang, ia telah berhasil mewarisi pedang dari Puncak Shenmo dan keadaannya saat ini sudah tidak lagi sama seperti dulu. Sementara itu, ada begitu banyak orang yang akhirnya mengetahui siapa murid yang mengikuti Zhao Layue pergi ke puncak gunung Puncak Shenmo, yang mana murid itu bernama... Jing Jiu?

...

...

Para murid di Green Mountains tentunya ingin mengetahui apa saja yang ditinggalkan oleh Senior Grandmaster Jing Yang di Puncak Shenmo.

Karena Senior Grandmaster tidak membawa Pedang Tanpa Perasaan saat ia naik ke surga, bukankah itu berarti, bahwa mungkin masih ada harta berharga yang lainnya yang tertinggal di atas puncak gunung itu, seperti buku instruksi dari Teknik Pedang Sembilan Kematian.

Para murid itu merasa sedikit iri terhadap Zhao Layue dan juga Jing Jiu, setiap kali mereka teringat akan hal ini.

Tentu saja, keberanian dan tekad yang ditunjukkan oleh Zhao Layue selama proses pewarisan pedang itu membuat mereka kagum, namun orang yang benar - benar membuat mereka iri adalah Jing Jiu.

"Jika saja Saudari Zhao tidak berjalan di depannya, bagaimana mungkin ia bisa mendaki Puncak Shenmo?"

"Kita telah menyaksikan sendiri bagaimana dia di malam itu mempergunakan cara - cara yang tidak terhormat dan juga memalukan untuk memperoleh pencapaiannya ini. Menurutku, mereka seharusnya mendiskualifikasi Jing Jiu dari proses pewarisan pedang tersebut." ujar Gu Han dengan nada suara yang terdengar iri.

Guo Nanshan dapat memahami apa yang sedang dirasakan oleh Gu Han, akan tetapi, Jika Zhao Layue sendiri tidak merasa keberatan, siapa yang bisa menggunakan alasan ini untuk mendiskualifikasikan Jing Jiu?

Lin Wuzhi lalu memandang Gu Han dengan wajah yang tersenyum, "Apa kamu masih belum menyadari bahwa kamu telah salah menilai Jing Jiu selama ini?"

"Diam, semuanya diam."

Elder Bai Rujing pun lalu berkata pada Lin Wuzhi, "Walaupun kamu orang pertama yang menemukan bakat Jing Jiu, namun kamu tidak seharusnya membelanya sampai seperti itu. Karena biar bagaimanapun, kamu dan Gu Han memiliki warisan yang sama."

Lin Wuzhi pun kemudian berhenti berbicara.

Elder Bai Rujing lalu berkata pada Liu Shisui yang ada di belakangnya, "Sekarang kamu bisa pergi ke arena penerimaan. Setelah aku selesai mengantar para tamu undangan itu, aku akan menyuruh orang untuk mengantarmu pulang."

...

...

Keesokan harinya, setelah Turnamen Pewaris Pedang selesai dilaksanakan, semua murid baru berkumpul untuk mengantar kepergian para tamu undangan yang datang dari berbagai sekte. Ini adalah cara Sekte Green Mountains untuk menunjukkan rasa hormat mereka pada para tamu yang telah bersedia datang dan hal ini juga merupakan bagian dari tradisi mereka.

Tentunya, Sekte Green Mountains juga perlu mengirimkan para masternya yang memiliki status yang setara dengan para tamu undangan tersebut dan juga, murid - murid sudah dikenal di dunia Kultivasi, antara lain Guo Nanshan, Lin Wuzhi, dan juga Gu Han.

Arena penerimaan itu berada di depan Puncak Xilai dan dikelilingi oleh sejumlah pohon pinus, yang membuatnya terlihat seperti kembang api berwarna hijau yang begitu memukau jika dilihat dari kejauhan.

Ada dua puluh orang murid baru yang berdiri di arena penerimaan tersebut dan siap untuk mengantar kepulangan para tamu undangan itu dengan hangat.

Jing Jiu, Zhao Layue, dan Liu Shisui berdiri di bawah naungan pohon pinus, tanpa ada seorang pun di sekitar mereka.

Bukan karena mereka dijauhi, ataupun karena alasan yang lainnya. Semua itu hanyalah hal yang biasa.

Di mata murid - murid baru itu, ketiga orang itu tentunya berbeda dengan mereka.

Tatapan mata yang tertuju pada Zhao Layue terlihat, seakan penuh dengan kekaguman dan juga rasa takjub yang jauh lebih besar daripada sebelumnya.

Tidak seorangpun tahu, apa alasan yang sebenarnya dari dibukanya Puncak Shenmo tadi malam, sehingga mereka berpikir bahwa itu semua terjadi karena kerja keras Zhao Layue. Masih terlihat bekas luka di wajahnya, yang memperlihatkan betapa besar bahaya dan resiko yang harus dihadapinya dalam perjalanannya menuju ke puncak gunung, sedangkan Jing Jiu... sepertinya tidak terluka sama sekali dan tidak ada bekas luka yang bisa ditemukan di tubuhnya. Hal ini membuat mereka beranggapan, bahwa dia tidak melakukan apa - apa, ketika mereka berdua mendaki Puncak Shenmo.

Liu Shisui ingin bertanya pada Jing Jiu tentang apa yang terjadi pada mereka berdua tadi malam, dan ia juga ingin tahu apakah Jing Jiu terluka, namun ia akhirnya mengurungkan niatnya.

Jing Jiu yang berdiri di sisi Zhao Layue, harus menerima kebencian yang ditujukan padanya oleh murid - murid yang lain, namun ia justru membayangkan akan seperti apa ekspresi murid - murid itu jika melihat Zhao Layue membiarkan rambutnya terkepang dengan ikatan ekor kuda?

Para tamu pun turun dari Puncak Xilai menuju ke arena.

Principal Justice dari Kuil Fruit Formation tampak sedang berbicara dengan Pimpinan Puncak Xilai di dalam aula. Sedangkan kedua pangeran dari Kota Zhaoge sedang berbincang - bincang dengan Elder Bai Rujing dari Puncak Tianguang, yang ditemani oleh Guo Nanshan.

Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk saling mengenal, bertukar pikiran, dan membangun koneksi. Sudah bukan pemandangan yang aneh, jika para murid dari berbagai sekte tampak saling bercengkrama satu sama lain. Lin Wuzhi dan Gu Han terlihat sedang berbincang - bincang dengan murid - murid yang lain dengan begitu santai dan mereka memang memiliki banyak kolega dari sekte - sekte tersebut karena mereka merupakan murid - murid senior yang telah lama bergabung di Sekte Green Mountains. Namun, hal tersebut tidak berlaku pada murid - murid baru seperti Ji Yuanlang dan Sikong Yiming, yang masih terlihat gugup ketika bertemu dengan murid - murid yang lainnya dan mereka bahkan terbata - bata ketika berbicara.

Seperti biasa, para murid dari Biara Water - Moon berdiri bersama dengan murid - murid perempuan dari Puncak Qingrong.

Jing Jiu yang teringat akan Saudari Lian, tanpa sadar menoleh ke arah mereka, namun gerak - geriknya terlihat oleh murid - murid perempuan itu, yang kemudian membuat suara tawa mereka yang seperti lonceng perak terdengar di sekitar mereka.

Sesampainya gadis muda dari Sekte Hanging - Bell itu di sisi Liu, setelah ia melangkah dengan begitu riang, ia berkata, "Kapan - kapan, mampirlah ke tempatku ya. Nanti aku pasti akan menemanimu bermain."

Liu Shisui yang terlalu gugup, hanya bisa menganggukkan kepalanya tanpa bisa berkata apa - apa.

Lalu, gadis muda itu pergi ke sisi Zhao Layue dan kemudian berkata, "Kakak, kamu benar - benar hebat! Aku pasti akan mencarikan sepasang lonceng yang cantik untukmu saat kamu pergi ke tempatku nanti."

Jing Jiu kemudian menyadari kalau gadis muda itu memiliki sepasang lonceng perak di daun telinganya dan Jing Jiu pun kemudian menyadari bahwa gadis ini pastilah anak dari salah seorang figur penting di Sekte Hanging - Bell, yang membuatnya bisa menjadi seorang Utusan Silver - Bell di usia yang masih begitu muda. Setelah Jing Jiu mendengar apa yang diucapkan gadis muda itu pada Layue, ia lalu mulai berpikir bahwa akan lebih baik jika ia bisa mendapatkan sepasang lonceng seperti yang dikenakan oleh gadis itu, jika ia ingin pergi berkelana di dunia luar.

Lonceng - lonceng dari Sekte Hanging - Bell sangat terkenal di dunia Kultivasi dan lonceng - lonceng tersebut memiliki kualitas yang jauh lebih baik daripada benda - benda magis yang bisa ditemukan di luar sana.

Zhao Layue tentunya tahu tentang kelebihan yang dimiliki oleh lonceng - lonceng tersebut. "Kalau begitu, aku akan mencarikan pedang yang bagus untukmu." ujar Zhao Layue setelah ia merasakan ketulusan yang terkandung dalam ucapan gadis itu.

Setelah ia mendengar apa yang dikatakan oleh Zhao Layue barusan, gadis muda dari Sekte Hanging - Bell itu lalu berkata dengan mata yang berbinar - binar, "Setuju."

Dan sekarang, ia berpaling menghadap Jing Jiu.

"Aku juga menginginkan lonceng - lonceng itu." ujar Jing Jiu.

Gadis muda itu pun terkejut mendengarnya dan ia lalu berkata, "Mereka bilang, kamu tidak tahu malu dan sepertinya, mereka tidak mengada - ada."

"Aku hanya membuat sebuah permintaan, yang tentunya bisa kamu tolak sesukamu." ujar Jing Jiu lagi.

Setelah ia memikirkannya, gadis itu lalu berkata, "Kamu benar. Jika aku meminta permen pada ibuku, ia bisa menolak untuk memberikannya padaku, tapi ia tidak bisa berkata bahwa aku tidak tahu malu."

"Perumpamaan yang bagus," jawab Jing Jiu.

Mendengar percakapan mereka, Zhao Layue dan Liu Shisui merasa bahwa itu bukanlah sebuah perumpamaan yang bagus... Dia hanyalah seorang anak kecil, bukan ibumu.

Gadis itu lalu memiringkan kepalanya dan melayangkan pandangannya pada Jing Jiu dan kemudian, ia berkata, "Aku bisa saja mengirimkan lonceng - lonceng nya padamu, tapi kamu tidak usah datang ke tempatku."

Jing Jiu pun bertanya, "Kenapa tidak boleh?"

"Kamu terlalu tampan, Aku takut kalau ibuku nanti ingin menikah denganmu." ujar gadis itu dengan wajah serius.

"Perkataanmu ini cukup beralasan." ujar Jing Jiu setelah ia memikirkan apa yang baru saja diucapkan oleh gadis itu.

Gadis muda dari Sekte Hanging - Bell itu kemudian pergi, ia kembali berjalan dengan riang sambil berlompatan. Kabarnya, ia dan Senior Master nya berencana untuk memulai perjalanan pulang mereka yang harus melewati Great Marsh dengan menggunakan hollow boat.

Setelah itu, Principal Justice dari Kuil Fruit Formation berjalan keluar dari aula, ia lalu melirik ke arah Jing Jiu yang ada di kejauhan. Mungkin, ia telah mendengar beberapa hal tentang Jing Jiu dari Pimpinan Puncak Xilai sewaktu mereka berada di aula.

Kedua orang pangeran dari Kota Zhaoge itu berjalan ke arah Zhao Layue dan berhenti setelah mereka tiba di sisi Zhao Layue, mereka lalu bertanya padanya, dengan tatapan yang tampak seperti tatapan seorang ayah pada anaknya, "Apa ada surat yang ingin kamu kirimkan ke rumah?"

"Tidak terima kasih." ujar Zhao Layue.

Para murid yang berhasil mewarisi pedang dan menjadi personal disciples di sembilan puncak gunung boleh kembali ke rumah mereka untuk beberapa lama.

Inilah yang dijanjikan oleh Guru Lu pada Liu Shisui.

Zhao Layue yang bahkan tidak ingin menulis surat, tentunya tidak akan kembali ke Kota Zhaoge untuk mengunjungi keluarganya. Itu bukanlah hal yang mengejutkan bagi kedua pangeran tersebut, karena semua orang tahu bahwa Zhao selalu berlatih Kultivasi dengan sepenuh hati.

Namun, Liu Shisui telah bersiap untuk berkunjung kembali ke desanya. Setelah sekian lama meragu, ia kemudian bertanya sambil memandang ke arah Jing Jiu, "Apa ada yang harus aku bawa pulang?"

Jing Jiu berpikir sejenak dan kemudian ia menjawab, "Potonglah beberapa batang bambu dan bawa kesini. Tapi, aku tidak mau bambu yang ada di sekitar kolam. Mereka terlalu lembab. Aku menginginkan bambu yang ada di belakang bukit. Akan lebih baik jika kamu juga memindahkan beberapa tanaman dan menanamnya di sini"

Zhao Layue lalu melemparkan pandangannya pada Jing Jiu dan kemudian berkata dalam hati, "Apa yang dilakukannya sekarang?"

"Apa kaki - kaki kursi bambu itu rusak lagi?" tanya Liu Shisui.

Jing Jiu mengangguk dan berkata, "Dan bagian belakang kursinya juga berlubang."