Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 36 - Dia Yang BERNAMA Jing Jiu

Chapter 36 - Dia Yang BERNAMA Jing Jiu

Zhao Layue lalu berkata sambil melirik ke arahnya, "Oh, kamu disini?!"

Jing Jiu bergumam "Er" sambil melihat ke tempat menarik yang ada di sisi sebarang sungai.

Di sana, berdiri belasan murid, wajah mereka terlihat tenang dan penuh kepercayaan diri. Mereka semua adalah murid Kelas A yang diajar oleh Gu Han.

Tapi, Jing Jiu tidak mengenali satu pun dari mereka terkecuali satu orang, Liu Shisui.

Jing Jiu melayangkan pandangannya pada Liu Shisui.

Liu Shisui pun balas memandangnya.

...

...

Ketika murid - murid itu memperhatikan sekeliling mereka, mereka sebenarnya juga sedang diperhatikan oleh orang - orang yang lain.

Ada begitu banyak orang yang melihat ke bawah dari tempat duduk mereka di panggung raksasa yang terletak di antara lereng - lereng gunung, mereka melihat ke arah sungai yang ada di atas gunung yang diselimuti oleh awan dan kabut itu dan banyak dari mereka yang mulai membuat catatan dengan pena dan kertas mereka.

Orang - orang yang sedang sibuk dengan mata, pena, dan kertas itu adalah orang - orang penting dari sembilan puncak gunung. Merekalah yang nantinya akan menentukan siapa yang akan menjadi pewaris pedang mereka dan karena itulah, mereka tidak akan menyerah untuk merekrut murid - murid yang berbakat itu, walaupun hanya seorang.

Murid - murid inner sect kelihatannya memang tidak diawasi dengan ketat oleh Sekte Green Mountains, sama seperti external disciples yang juga mendapat perlakuan serupa, mereka bisa mempelajari Kitab Pedang dengan cara apapun yang mereka kehendaki. Namun sebenarnya, puncak - puncak gunung itu mengamati performa mereka selama periode Sword Washing secara diam - diam. Mereka juga memperhatikan tabiat, keahlian, level pencapaian, dan juga potensi yang dimiliki oleh tiap - tiap murid dengan seksama.

"Gu Qing tidak perlu diikutsertakan sebagai target yang berpotensi. Ia pasti akan kembali ke Puncak Liangwang."

"Situasi Liu Shisui cukup berbeda. Walaupun ia akan dipanggil ke Puncak Liangwang, ia mungkin akan bersedia untuk pergi ke puncak gunung untuk belajar pedang."

"Level Ji Yuanliang tidak begitu stabil, tapi ia cukup berbakat dalam mengendarai pedang, mungkin, dia masih bisa berkembang, ia layak diberi kesempatan."

"Sedangkan Sikong Yiming, Aku sudah bicara pada ibunya... hmmm... dengan koneksi dari Sekte Hanging-Bell. Ibunya sudah berjanji pada kita, selama kita memilihnya, ia pasti akan datang pada kita."

"Xue Yong'e seharusnya bisa ikut serta dalam Turnamen Pewaris Pedang yang selanjutnya, Kakeknya berkata kalau ia akan mengajari Qi Faying, sebagai bentuk balas jasanya pada kita jika kita mau memilih Xue nanti."

"Qi Faying berlatih di Kelas A di bawah arahan Gu Han selama dua tahun terakhir. Mungkin, tidak akan mudah untuk membujuknya."

"Sekali lagi aku katakan, jika ia ingin pergi ke Puncak Liangwang, kita tidak akan menghentikannya, tapi dia harus pergi ke sana dengan menggunakan nama kita."

"Kalau begitu, kita harus memindahkan posisinya keatas Sikong Yiming."

Diskusi serupa terjadi tanpa henti di antara lereng - lereng gunung itu.

Melihat murid - murid muda yang ada di sekitar sungai itu, para masters dan murid mereka terus berupaya untuk mengungkap semua kemungkinan, mereka mencatat satu persatu nama murid - murid itu, dengan beberapa nama yang dihapus dan beberapa dinaikkan posisinya. Suasananya terasa begitu tegang dan serius.

Inilah Turnamen Pewaris Pedang dari Sekte Green Mountains.

Puncak Tianguang dari sembilan puncak gunung di Green Mountains memiliki kedudukan yang istimewa dan biasanya, tidak ada murid yang menolak saat dipilih oleh mereka.

Akan tetapi, Puncak Shangde sedang berada dalam situasi yang memalukan bagi beberapa murid untuk bersedia menjadikannya sebagai puncak gunung pilihan mereka.

Puncak Liangwang bisa memilih murid mereka dari semua puncak gunung kapan saja mereka mau dan mereka tidak perlu berbuat apa - apa di saat Turnamen Pewaris Pedang berlangsung. Namun, tahun ini, situasinya berbeda. Walaupun murid yang bernama Gu Qing akan langsung mendaftar untuk bergabung dengan Puncak Liangwang, bagaimana mungkin Guo Nanshan dan murid - murid yang lainnya membiarkan Zhao Layue dan Liu Shisui pergi ke tempat lain untuk mempersiapkan diri menghadapi Pertemuan Plum yang akan diadakan beberapa tahun mendatang?

Karena itulah, pilihan bagi Puncak Yunxing dan Puncak Bihu menjadi semakin terbatas, belum termasuk puncak - puncak yang lainnya, sehingga mereka semua harus hati - hati dalam memilih dan mengatur rencana terlebih dahulu.

...

...

Guo Nanshan adalah principal disciple dari Ketua Sekte dan juga merupakan murid terbaik di Puncak Liangwang. Sudah bertahun-tahun ia telah memimpin murid-murid muda itu dalam perang melawan setan-setan dan iblis-iblis di dunia luar, dan juga pertumpahan darah melawan setan-setan dan monster-monster dari Underworld dibagian utara kontinen, namun ia tidak memancarkan aura kejam dan haus darah, dan justru tampak ramah dan juga sopan.

Ia punya penilaian yang luar biasa dengan pemikiran yang luas dan ia tampak tidak peduli dengan banyak hal yang terjadi di dunia.

Melihat dua sosok yang ada di batu hijau itu, yang mana salah satunya berdiri dan yang lainnya duduk, Guo lalu berkata dengan sedikit penyesalan, "Tampaknya, kita tidak akan berhasil."

Pernyataan ini memiliki dua arti.

Beberapa hari yang lalu, setelah Zhao Layue kembali dari Puncak Pedang, ia kembali bicara panjang lebar dengannya.

Namun, pada akhirnya, Zhao Layue tetap tidak menjanjikan untuk bergabung dengan Puncak Liangwang.

Arti kedua dari kalimat itu adalah Jing Jiu masih belum berhasil mendapatkan pedangnya, sehingga ia tidak akan bisa berpartisipasi dalam Turnamen Pewaris Pedang ini.

"Jika hal itu berhasil sekalipun, aku tidak yakin kalau hal itu akan berjalan dengan baik." ujar Gu Han dingin.

Ma Hua tertawa sampai wajah gemuknya mengkerut dan ia kemudian berkata, "Segala sesuatu yang tidak berhasil akan tetap tidak berhasil."

Dan kesimpulannya adalah, hal itu tidak berhasil.

Jing Jiu tidak bisa diharapkan.

Lin Wuzhi terlihat sedang berjalan dari dasar lereng gunung.

Guo Nanshan mengangguk.

Lin Wuzhi pun balas mengangguk.

Mereka berdua adalah personal disciples dari Ketua Sekte, walaupun karena suatu alasan yang tidak diketahui, mereka terlihat jauh satu sama lain.

Lin Wuzhi tiba - tiba berhenti dan ia berkata, "Jing Jiu sudah mendaftarkan diri."

"Itu adalah hal yang baik." ujar Guo Nanshan beberapa saat kemudian.

"Apa yang akan dilakukan oleh orang ini?" ujar Gu Han geram.

Ma Hua menyipitkan matanya dan tersenyum polos, namun terlihat kilau cahaya dingin di matanya.

"Paman Guru Mo sudah sejak awal menginginkannya, sepertinya penilaiannya jauh lebih baik daripada kita, para junior." ujar Lin Wuzhi sambil menghadap ke arah Guo.

"Aku juga menaruh harapan yang besar pada pemuda ini." ujar Guo Nanshan.

"Benarkah? Aku sama sekali tidak menyadarinya." ucap Lin Wuzhi dengan senyum yang tampak ragu dan ia kemudian kembali menatap Guo. "Saudara Guo hanya ingin mengujinya."

"Ia terlalu sombong, jadi jika ia mengalami kesulitan, hal itu akan bisa membantu Kultivasi nya." ujar Guo Nanshan.

"Sudah bertahun - tahun berlalu dan Aku masih belum terbiasa dengan rasa percaya dirimu yang begitu besar." komentar Lin Wuzhi, dengan begitu sentimental.

"Itu karena kamu tidak memahami muridmu itu." ujar Guo Nanshan.

"Aku ingin mendengar penjelasanmu." ujar Lin yang sedikit menaikkan alisnya.

Sambil melihat ke arah batu hijau yang ada di tengah sungai itu, Guo lalu berkata, "Yang disebut dengan kemalasan itu, sebenarnya adalah suatu sikap, yang memandang rendah semua yang ada di dunia dengan acuh. Kesombongannya yang berlebihan ini tidak memiliki efek positif bagi Sekte Green Mountains kita dan juga semua orang yang ada di dunia. Jika ia tidak bisa menyadari hal ini, maka ia tidak layak untuk datang ke Puncak Liangwang kita."

Lin Wuzhi berkata dengan sedikit mencibir, "Pernahkah kamu berpikir kalau ia tidak ingin pergi ke Puncak Liangwang? Lagipula, apa yang sudah kamu lakukan justru membuatnya tidak senang. Apa mungkin akan ada hasil lainnya?"

"Bergabung dengan Puncak Liangwang adalah kebanggaan bagi setiap murid dan suatu hari nanti, ia akan mengerti tentang hal ini."

"Adik Seperguruan, jika kamu tidak ingin dikalahkan oleh pedangku, maka kamu seharusnya tidak berada di sisiku saat ini, bukankah begitu?" ujar Guo Nanshan dengan lembut, sambil memandang Lin Wuzhi.

Lin yang sedari tadi melihat ke arah Guo tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tiba - tiba berkata, "Aku rasa, kamu akan dikecewakan hari ini... dua kali."

...

...

Batu hijau yang ada di tengah sungai itu berada ditempat yang mudah dilihat.

Saat itu, ada banyak orang yang melihat ke sana.

Mereka semua memperhatikan Zhao Layue, namun sebagian dari perhatian itu teralihkan ke sisi nya.

Pemuda berpakaian putih itu terlihat malas, namun sangat menarik, wajahnya terlihat begitu tampan.

"Apakah ia yang bernama Jing Jiu? Ia memang sungguh tampan."

"Saudari Keempat, saat kamu pergi ke Pine Pavilion Selatan tahun lalu, apa kamu benar - benar tidak bertemu dengannya? Sayang sekali."

Melihat batu hijau yang ada di sungai itu, para murid perempuan dari Puncak Qingrong mulai berbincang - bincang dan berdiskusi satu sama lain dengan begitu bersemangatnya.

Ini adalah pertama kalinya mereka melihat Jing Jiu, walaupun mereka telah mendengar banyak hal tentangnya. Setelah mereka melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri, mereka menyadari arti dari kalimat 'melihat adalah mempercayai'.

Jing Jiu terlihat begitu menarik.

"Apakah ia akan berpartisipasi dalam Turnamen Pewaris Pedang hari ini?"

Para murid dari Puncak Qingrong menoleh kearah Bibi Guru Mei Li dengan penuh harap.

"Tunggu dan lihatlah saja." ujar Mei Li, yang menggelengkan kepalanya.

Murid - murid dari Puncak Qingrong itu merasa kecewa.

Mei Li pun merasakan hal yang sama.

Kedua lengan baju Jing Jiu bergerak tertiup angin, jelas terlihat bahwa tidak ada pedang yang tersembunyi di sana. Sepertinya, tidak ada keajaiban yang terjadi dan ia masih belum mendapatkan pedang itu.

Yang menjadi perhatian Mei Li sekarang adalah pilihan yang akan dibuat oleh Zhao Layue.

Dari sembilan puncak gunung dari Green Mountains, Puncak Qingrong dan Puncak Xilai memiliki lebih banyak murid perempuan, terutama puncak yang pertama disebut tadi, yang anggotanya hampir seluruhnya perempuan.

Dari sudut pandangnya, seseorang seperti Zhao Layue, seorang perempuan yang memiliki kualitas Dao yang alami, sudah seharusnya bergabung dengan Puncak Qingrong untuk mewarisi pedangnya.

Tentunya, ia merasa bahwa pemuda setampan Jing Jiu seharusnya juga bergabung dengan Puncak Qingrong. 

Tertiup oleh hembusan angin yang lembut bersama dengan awan - awan yang mulai menghilang, ujung tirai pun mulai terangkat.

Terdengar suara yang begitu jernih dan lembut dari belakang tirai, "Masih tidak ada janji dari Adik Layue?"

"Tidak ada, Pimpinan Puncak. Tapi, Aku dengar dia belum menjanjikan apa - apa pada yang lainnya juga, jadi kita masih punya kesempatan."

"Hmm... siapa pemuda berpakaian putih yang ada disisinya?"

"Dia adalah Jing Jiu."

"Jadi, dia yang bernama Jing Jiu."