Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 35 - Dua Orang Di Sungai yang Berbatu

Chapter 35 - Dua Orang Di Sungai yang Berbatu

Zhao Layue tahu apa yang ingin ditanyakan oleh Gu Han padanya, namun ia tidak ingin menjawabnya dan ia pun meneruskan perjalanannya.

"Berhenti!" teriak Gu Han dengan suara nyaring.

Gu Han menarik nafas panjang untuk mengendalikan emosinya dan ia berkata dari belakang Zhao, "Orang - orang yang ada di puncak gunung sudah bertambah tua dan masa depan Green Mountains bergantung pada kita untuk..."

Zhao Layue tidak menunggu hingga ia menyelesaikan kalimatnya.

"Kamu salah. Masa depan Green Mountains bergantung padaku, bukan pada kalian."

Setelah selesai berucap, ia lalu kembali berjalan menuju ke Puncak Pedang dan tidak lama kemudian, menghilang di balik angin dan salju.

Melihat titik hitam yang ada angin dan salju yang terus mengecil, Gu Han bertanya - tanya, "Bagaimana dengan Jing Jiu? Kenapa kamu begitu peduli padanya?"

Angin dan salju itu pun terdorong menjauh dan sebuah pedang terbang turun dari langit. Gu Han berpijak pada pedang itu, terbang menembus angin. menjadi bayangan yang tampak seperti asap putih.

Gu Han yang terbang ke atas, tidak lama kemudian tiba di sebuah tempat yang indah yang berada di antara puncak-puncak gunung di bagian barat daya dari Green Mountains.

Puncak-puncak gunung dan lereng-lerengnya yang ada disini tampak begitu indah, namun cahaya pedang yang menakutkan dapat terlihat di seluruh lereng gunung, penuh dengan hawa berbahaya dan juga pertumpahan darah, bahkan serpihan salju yang jatuh dari langit pun akan meleleh menjadi asap hijau.

Tempat ini adalah Puncak Liangwang yang merupakan puncak kedua dari Green Mountains.

Di tempat ini, berkumpul murid - murid yang paling berbakat dari semua puncak gunung, banyak dari mereka yang telah mencapai level Undefeated dan beberapa dari mereka bahkan sudah mencapai level Free Travel.

Gu Han sangat menyukai perasaannya ini.

Seperti kebanyakan murid - murid dari Puncak Liangwang, ia tidak menyukai cara puncak - puncak gunung lain bertindak, begitu juga dengan Turnamen Pewaris Pedang. Mereka merasa bahwa turnamen itu hanyalah untuk mengamankan kelanjutan warisan teknik pedang dari puncak gunung tempat mereka saja, juga untuk memperebutkan murid - murid yang berbakat dan hanya menghabiskan waktu mereka dan tidak ada gunanya, justru malah merugikan sekte mereka.

Cahaya pedang itu lalu menghilang ke sebuah rumah gua yang ada di Puncak Liangwang.

"Kita tidak bisa membiarkannya terus begini, tapi aku tidak tahu kenapa Zhao Layue begitu membenci kita." ujar Gu Han, yang melihat ke arah punggung pria itu.

"Biar aku saja yang bicara pada Saudari kita itu, tapi kamu harus memastikan kalau Gu Qing dan Liu Shisui sudah aman dan terlindungi."

Pria itu lalu bertanya tanpa memalingkan badannya, "Satu lagi, Aku ingin tahu. Apa pendapatmu tentang Jing Jiu?"

"Aku tidak menyukainya." ujar Gu setelah beberapa saat terdiam.

Pria akhirnya berpaling, memperlihatkan wajah yang tampan dengan sikap yang lembut.

Ia adalah murid nomor satu dari Ketua Sekte dan juga murid terbaik di Puncak Liangwang, namanya adalah Gui Nanshan.

"Ma Hua sudah membuktikan kalau dugaannya benar." Ujar Guo Nanshan dengan sedikit tersenyum,

"Tapi aku akan tetap mendukung metodemu. Jika ia tidak bisa bertahan menghadapi tantangan, maka bakatnya hanya akan sia - sia saja, tidak peduli seberapa besar bakatnya. Sudah berulang kali anak itu menghadapi penghinaan darimu, namun ia bahkan tidak berani menghunuskan pedangnya. Bagaimana bisa ia bertarung dan mengalahkan setan - setan demi melindungi Dao Green Mountains di masa depan?"

"Pemuda itu bahkan tidak memiliki sebilah pedang pun, jadi bagaimana bisa ia menghunuskan pedangnya?" ujar Gu Han datar.

...

...

Badai salju datang silih berganti dan kemudian, dengan perlahan mereda. Rerumputan yang sudah kekuningan pun menjadi hijau kembali, menandakan awal dari datangnya musim semi yang baru.

Turnamen Pewaris Pedang juga sudah hampir dimulai.

Kabarnya, Zhao Layue telah menyelesaikan latihannya di Puncak Pedang dan sudah kembali, namun, ia sama sekali tidak terlihat, bahkan di rumah gua Jing Jiu sekalipun.

Bagi Sekte Green Mountains, Turnamen Pewaris Pedang sangatlah penting dan itu ditekankan oleh semua puncak - puncak gunung.

Di ujung Sungai Sword Washing, kursi - kursi untuk para penonton telah disusun terlebih dahulu. Para immortal masters dari Puncak Xilai membawa masuk sebuah panggung yang terbuat dari beberapa batu besar dengan menggunakan tenaga sihir mereka, panggung itu dibuat di lereng gunung yang tingginya seribu meter. Panggung batu itu sangat lebar, cukup untuk menampung ribuan penonton, dengan dikelilingi oleh awan - awan putih dan aliran sungai yang dangkal, panggung itu seakan berasal dari dunia peri.

Murid - murid yang ada di sekitar Sungai Sword Washing terus berlatih dengan tenang dan rajin, tapi mereka tidak bisa menahan diri untuk sesekali menoleh ke arah panggung itu.

Para Kakak Seperguruan yang pergi untuk menekan para iblis dan setan yang ada di dunia luar, juga para guru dari puncak - puncak yang berada di Kota Zhaoge; mereka semua kembali satu persatu.

Tetapi, yang paling mencolok adalah para perwakilan dari sekte - sekte lain yang datang untuk menghadiri acara ini. Ada lebih dari sepuluh orang biksu yang dikirim oleh Kuil Fruit Formation. Beberapa orang pejabat dari Kota Zhaoge yang diutus oleh Keluarga Kerajaan juga datang. Ada pula beberapa tetua yang datang dari Biara Water-Moon dan juga Sekte Hanging-Bell, yang mana keduanya memiliki hubungan yang baik dengan Sekte Green Mountains. Bahkan, kabarnya ada beberapa orang perwakilan yang dikirim oleh Sekte Windy Broadsword yang berada jauh di bagian utara.

Para murid inner sect, yang sudah berada di Sungai Sword Washing selama bertahun - tahun, yang memiliki cukup percaya diri, telah mendaftarkan diri untuk mengikuti Turnamen ini.

Zhao Layue dan Liu Shisui, dua orang yang memiliki kualitas Dao yang alami, menarik begitu banyak perhatian. Bahkan terdengar kabar bahwa ada seorang tetua dari Sekte Hanging-Bell yang bertanya tentang Liu Shisui dan Zhao Layue merupakan fokus dari puluhan ribu orang. Jika bukan karena takut membuat keributan, Biara Water-Moon pasti sudah berbicara panjang lebar dengannya.

Semua orang ingin tahu puncak gunung mana yang akan dipilih oleh Zhao Layue di Turnamen Pewaris Pedang nanti.

Jawaban dari teka - teki itu juga akan menjawab teka - teki lain yang telah menghantui Sekte Green Mountains selama bertahun - tahun.

Sebelum Zhao Layue lahir, Sekte Green Mountains telah mengetahui terlebih dahulu bahwa ia akan menjadi seseorang yang memiliki kualitas Dao yang alami dan diam - diam melindunginya hingga sekarang. Jadi, siapakah orang misterius ini?

Selain Zhao Layue dan Liu Shisui, ada belasan murid lain yang juga mendapatkan perhatian.

Murid - murid ini menunjukkan hasil yang sangat baik selama proses Sword Washing, tiga orang diantaranya, sama seperti Liu Shisui, merupakan murid yang di-istimewa-kan oleh Puncak Liangwang. Murid lain yang juga di-istimewa-kan oleh Sekte adalah Gu Qing, yang mencapai level tertinggi di antara semua murid dan diajari langsung oleh Gu Han sejak awal di Kelas A.

Selama tidak ada kendala, Gu Qing seharusnya bisa mewarisi pedang dengan mudah.

Gu Qing memang tidak terkenal, karena ia berlatih pedang di Puncak Liangwang sebagai pelayan pedang dan ia juga jarang terlihat di Sungai Sword Washing, sehingga ia menjadi sosok yang misterius.

Bagi mereka yang memiliki akses untuk mendapat informasi penting, level dan kualifikasi yang dimiliki Gu Qing bahkan sedikit lebih tinggi dibanding Zhao Layue, sehingga ia menjadi yang pendekar pedang yang terkuat di generasi ini.

Ia juga merupakan pelayan pedang Guo Nanshan, murid terbaik dari Puncak Liangwang dan juga adik dari Gu Han.

...

...

Sekte Green Mountains memiliki persoalan penting yang harus mereka selesaikan, sebelum Turnamen Pewaris Pedang dimulai.

Pemilihan penerus Pimpinan Puncak Bihu.

Kematian Lei Poyun yang merupakan Pimpinan Puncak Bihu yang terdahulu berkaitan dengan rahasia penting dari sekte dan juga merupakan masalah internal dari Sekte Green Mountains, sehingga hal ini harus ditanggapi dengan sangat hati - hati dan juga tanpa diketahui oleh pihak lain.

Selain Ketua Sekte dari Sekte Green Mountains dan para Pimpinan Puncak dari puncak - puncak gunung yang lain, tidak ada seorangpun yang hadir saat pemilihan Pimpinan Puncak yang baru, apalagi para perwakilan dari sekte - sekte lain.

Malam harinya, sembilan puncak pedang disinari oleh banyak cahaya pedang.

Formasi Green Mountains diaktifkan dan tekad - tekad pedang bermunculan di antara langit dan bumi, dengan North Guards yang membuka mata mereka dan menelan sejumlah sinar yang terpancar dari bintang - bintang. Akhirnya mereka mendapatkan pemenangnya.

Seorang tetua yang selama ini mengasingkan diri di Puncak Bihu, berhasil mengalahkan Chiyan yang berasal dari Puncak Shangde dan berhasil mengambil alih posisi Pimpinan Puncak.

...

...

Sembilan puncak gunung itu kembali memulai aktivitasnya di pagi hari, dan suara orang - orang pun samar terdengar di ujung sungai.

Jing Jiu melemparkan pandangannya ke arah asal suara itu, ia kemudian berjalan menuju ke sisi lain dari sungai itu dan ia lalu mengetuk pintu Aula Sword Washing, setibanya ia di sana.

Aula Sword Washing sangat sepi, karena semua orang pergi ke lereng gunung yang ada di ujung sungai dan sepertinya, tidak ada orang yang berada di dalam aula.

Lin Wuzhi tidak pergi ke ujung sungai dan sepertinya, ia sedang menunggu Jing Jiu.

"Kupikir, kamu tidak akan datang." ujarnya sambil tersenyum pada Jing Jiu.

"Aku lebih senang menyelesaikan tugas hari ini di hari ini juga." ucap Jing Jiu

Lin Wuzhi lalu membuka buku pendaftaran yang ada di depannya, ia kemudian memberikan sebuah pena pada Jing Jiu.

Jing Jiu lalu mengambil pena itu dan kemudian menuliskan namanya di buku pendaftaran itu.

"Paman Guru Mo ini sangat menghargaimu dan melihat berapa lama aku sudah menunggumu di sini, maukah kamu menceritakan bagaimana pendapatmu tentang nya?"

Lin Wuzhi lalu menepuk pundaknya, sambil melanjutkan kalimatnya, "Walaupun... dia memang tidak begitu tampan."

Setelah berpikir untuk beberapa saat, Jing Jiu lalu berkata, "Aku tidak begitu peduli soal tampan atau tidak."

Lin hanya bisa menghela nafas setelah melihat wajah Jing Jiu, memang tidak ada orang yang lebih tampan darimu, pikirnya.

Jing Jiu pun berjalan keluar dari Aula Sword Washing.

Lin Wuzhi kemudian mengambil buku pendaftaran itu, yang sudah siap untuk dikirimkan ke Puncak Shiyue untuk didata dan saat ia mengangkat wajahnya untuk memandang punggung Jing Jiu, tiba - tiba ia teringat akan sesuatu.

Pedang? Mengapa kamu masih belum pergi mengambil pedang itu?

...

...

Di ujung Sungai Sword Washing, kedua sisinya penuh dengan para murid yang menunggu dimulainya Turnamen Pewaris Pedang karena mereka akan berpartisipasi dalam turnamen itu.

Ada begitu banyak orang yang berada di kedua sisi lereng gunung yang tingginya seribu kaki itu, kebanyakan dari mereka berasal dari sembilan puncak gunung itu.

Bagian teratas dari lereng gunung itu dikelilingi banyak lapisan awan, membuat apa yang terjadi di dalamnya tidak bisa dilihat dengan jelas. Bisa dibayangkan bahwa para masters yang berkedudukan tinggi di Sekte Green Mountains dan para perwakilan dari sekte - sekte lainnya sedang berada di dalam sana.

Entah siapa yang akan dikirim oleh Biara Water-Moon tahun ini? Saudari Lian mungkin tidak akan datang karena kedudukannya yang tinggi, jadi yang datang mungkin hanya murid - murid nya?

Melihat ke arah lereng gunung yang tertutup kabut itu, Jing Jiu akhirnya bisa mengenali beberapa kenalan lamanya.

Ada begitu banyak orang di sekitar sungai itu.

"Kakak Jing, sebelah sini!" ujar Saudari Yushan yang berdiri dan melambaikan tangan padanya untuk memberitahukannya bahwa ia sudah menyediakan tempat duduk untuknya.

Jing Jiu melihat ke arah tempat itu dan merasa kalau tempat itu berada di posisi yang cukup baik untuk menonton pertandingannya, namun ada terlalu banyak orang di sana.

Ia lebih memilih untuk menyendiri daripada berada di tengah kerumunan orang banyak.

Pandangannya kemudian tertuju ke tempat yang paling sepi yang ada di sekitar sungai itu.

Tempat itu adalah sebuah batu hijau besar yang berada di tengah sungai, letaknya pun cukup dekat dengan lereng gunung itu.

Ada sesosok figur yang sudah berada di atas batu hijau itu dan sosoknya membuat orang yang melihatnya merasa tenang.

Yang berada di sana adalah Zhao Layue.

Tidak ada seorang murid pun yang berani pergi ke sana.

Jing Jiu lalu berjalan ke sana dan duduk di sampingnya, tanpa harus banyak berpikir.

...

...