Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 21 - Meminta Pedang Milik Seorang Pria Tua

Chapter 21 - Meminta Pedang Milik Seorang Pria Tua

Setelah beberapa saat, Jing Jiu berhenti memandang ke arah jendela dan mengangkat wajahnya.

Pada saat itu, ia mendengar kata - kata terakhir dari pelajaran yang diberikan oleh Lin di kelas.

"Namun, sebelum kalian bisa mencapai semua ini, kalian harus terlebih dahulu menemukan pedang milik kalian sendiri."

Lin Wuzhi membawa belasan murid bersamanya, mereka meninggalkan Aula Pedang Suci dan berjalan ke hulu Sungai Pembasuh Pedang, sampai akhirnya mereka tiba di kaki puncak gunung yang tinggi.

Jika dibandingkan dengan puncak - puncak gunung yang lain, puncak gunung ini memiliki lebih sedikit tumbuh - tumbuhan dan hutan yang tidak begitu luas. Hal yang lebih banyak terlihat di gunung ini hanyalah bebatuan yang bertebaran di lereng - lereng gunungnya. Karenanya, gunung ini terlihat begitu gersang.

Ada begitu banyak lubang kecil di bawah puncak gunung ini, lubang - lubang itu berukuran kecil dan bagian pinggirnya sangat halus, seakan - akan, lubang - lubang itu ditembus oleh benda tajam.

Bagian atas dari puncak gunung itu dikelilingi oleh lapisan - lapisan awan yang tebal dan juga berat, yang membuatnya sangat sulit untuk dilihat.

Ini adalah Puncak Keempat dari Green Mountains, yang dikenal sebagai Puncak Yunxing.

Sedangkan, murid - murid Sekte Green Mountains terbiasa menyebutnya sebagai Puncak Pedang, karena ada banyak pedang yang tak terhitung jumlahnya yang tersembunyi di sana, menanti kedatangan pemiliknya yang baru untuk menemukannya.

Puncak Yunxing adalah puncak gunung yang sangat istimewa, puncak gunung ini selalu tertutup awan sepanjang tahun. Udara di antara puncak - puncak gunung nya sangat lembab dan di dalamnya, tersembunyi pedang - pedang yang tak terhitung jumlahnya. Sangat sulit untuk bisa tinggal ditempat ini, sehingga para murid dan guru - guru di sini memilih untuk menempati tempat tinggal yang ada di sekitar kaki puncak gunung ini dan menjadikannya sebagai tempat mereka berlatih kultivasi, sementara pertemuan para Pimpinan Puncak Gunung biasanya diadakan di Puncak Tianguang.

Saat seorang pendekar pedang di Sekte Green Mountains mencapai akhir hayatnya, mereka akan pergi ke puncak gunung ini untuk mengembalikan pedang terbangnya.

Namun, jika pendekar pedang tersebut ingin membawa pedangnya untuk dikuburkan bersamanya, maka, ia tidak diharuskan untuk mengembalikan pedangnya.

Akan tetapi, sejak saat Sekte Green Mountains didirikan. Sebanyak apapun pedang yang dikembalikan oleh para pendekar pedang di sekte ini, jumlahnya tetap tidak sebanyak jumlah pedang yang diambil oleh murid - murid dari generasi sesudahnya.

Tapi, kenapa ada begitu banyak pedang di tempat ini dan dari mana asalnya pedang - pedang ini? Akan tetapi, tidak ada seorangpun yang bisa menjawab pertanyaan - pertanyaan ini.

Ada yang mengatakan kalau Puncak Pedang ini adalah tungku pedang alami yang tercipta oleh langit dan bumi. Ada pula yang mengatakan kalau Puncak Pedang ini merupakan tempat gugurnya para pendekar pedang dari generasi terdahulu yang ikut serta dalam pertempuran besar yang terjadi disini. Namun, setelah Sekte Green Mountains menyelidikinya dengan seksama selama bertahun - tahun, mereka tetap tidak menemukan bukti yang bisa mendukung pernyataan ini.

Para murid yang berdiri di kaki puncak gunung itu melihat ke atas, ke arah puncak gunung yang dikelilingi oleh awan - awan itu. Saat mereka mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh Lin Wuzhi, entah kenapa, mata mereka terasa gatal, bahkan ada beberapa dari mereka yang meneteskan air mata.

Bukan karena mereka merasa terharu akan kejadian - kejadian yang terjadi di masa lalu ataupun karena pengorbanan dari para Ketua Sekte dari generasi terdahulu. Mata mereka sakit karena Tekad Pedang yang ada disitu.

Ada puluhan ribu pedang yang tersembunyi di puncak gunung ini. Saat semua tekad dari pedang - pedang ini menyatu, kekuatannya menjadi terlalu besar bagi murid - murid baru ini untuk bisa menahannya, walau dari kejauhan sekalipun.

Bagaimana caranya kita bisa mendaki Puncak Pedang ini? Ataukah kita hanya perlu mencari pedang - pedang itu di lereng - lereng gunung yang tidak begitu tinggi?

Ucap beberapa orang murid dalam hati.

Lin Wuzhi tentunya tahu apa yang dipikirkan oleh murid - murid ini dan ia tidak merasa marah karenanya. Ia hanya tersenyum dan kemudian berkata, "Apa yang sedang kalian pikirkan, sama seperti apa yang dipikirkan oleh murid - murid dari generasi sebelum kalian. Aku bisa dengan yakin memberitahu kalian kalau lubang - lubang yang ada di lereng gunung ini adalah lubang pedang yang selama bertahun - tahun telah diperiksa dengan seksama. Jika kalian bisa menemukan pedang di dalamnya, maka, kalian pasti adalah seorang murid yang sangat berbakat, atau mungkin, keberuntungan juga merupakan sebuah bakat?"

Sekarang, murid - murid itu hanya bisa terdiam, mereka merasa kalau berdiri di kaki puncak gunung ini saja sudah sangat tidak tertahankan. Apa mereka masih harus mendaki ke atas, bahkan mungkin sampai ke puncak gunung ini?

"Jangan lupa, semakin tinggi puncak gunung itu, semakin baik kualitas pedang terbang yang ada di sana." ujar Lin Wuzhi mengingatkan mereka.

Lalu, salah seorang murid teringat akan sesuatu dan kemudian ia bertanya, "Saya dengar, Kakak Zhao sedang berlatih di Puncak Pedang. Apa itu benar?"

Lin mengangguk, "Benar. Dia kadang terlihat di dalam awan - awan itu."

Murid - murid itu terkejut dan kembali berbicara satu sama lain.

Saat berdiri di kaki puncak gunung ini, mereka sudah mengalami sendiri perasaan yang menakutkan, yang berasal dari awan - awan yang ada diatas sana. Entah semenakutkan apa rasanya jika mereka benar - benar pergi ke awan - awan itu?

Bahkan, para guru dari Puncak Yunxing pun tidak mau berlama - lama tinggal di puncak gunung itu. Namun selama ini, Zhao Layue justru tinggal di puncak gunung itu?

"Pencarian pedang di Puncak Pedang juga menguji kecerdasan dan tekad kalian."

Kata "kecerdasan" di sini mengacu pada sesuatu, namun, Lin tidak memberikan penjelasan yang lebih lanjut.

"Zhao Layue memiliki tekad yang kuat dan ia adalah contoh yang baik dan patut ditiru oleh murid - murid di generasi ketiga dan kalian semua harus banyak belajar darinya."

Setelah ia menyelesaikan ucapannya, Lin lalu diam - diam menoleh ke arah Jing Jiu.

Jing Jiu pun mengerti apa maksud kalimat itu. Ia tidak berpaling untuk menghindari tatapan Lin, namun, ia juga tidak meresponnya. Ia justru menengadah dan memandang lapisan - lapisan awan yang ada di atas puncak gunung itu dan ia berpikir, "Melatih Tubuh dengan menggunakan Tekad Pedang?"

Melatih Tubuh dengan menggunakan Tekad Pedang adalah sebuah teknik magis yang sangat sulit untuk dilatih dan juga berbahaya. Biasanya, hanya orang - orang yang sudah mendekati akhir hidupnya saja yang mau berlatih teknik ini dan orang - orang lain tidak akan mau melakukannya, karena resikonya yang terlalu besar.

Zhao Layue adalah murid yang paling di-istimewakan di Sekte Green Mountains dan ia memiliki masa depan yang cemerlang. Ia juga masih remaja dan masih memiliki banyak waktu untuk berlatih kultivasi. Namun, ia justru memilih jalan yang terberat untuk latihannya.

Pilihannya ini membuat Jing Jiu mulai mengaguminya.

Saat Lin Wuzhi sedang berbicara, beberapa pengurus dari Puncak Yunxing berjalan keluar dari gedung yang ada di kaki puncak gunung itu dan mereka mulai mendata Jing Jiu dan murid - murid lainnya sambil membagikan Kartu Pedang pada mereka.

Mereka dengan sabar menjelaskan pada murid - murid baru yang ada di sana tentang bagaimana cara menggunakan Kartu pedang itu. Bagaimana caranya mengetahui kalau mereka sudah tidak mampu melanjutkan upaya pencarian mereka dan apa yang harus mereka lakukan jika ada bahaya.

Murid - murid itu terkejut mendengar semua penjelasan ini, mereka merasa kalau beban yang ada di pundak mereka menjadi semakin berat. "Apa hari ini kita harus mendaki puncak gunung ini untuk bisa mendapatkan pedangnya." ujar salah satu murid yang ada disitu.

Ini adalah hari pertama bagi Jing Jiu dan sebagian besar murid - murid baru yang lain dan sekarang, mereka sudah harus menghadapi tantangan seberat itu?

Lin Wuzhi lalu memandang ke arah mereka dan tersenyum, "Kalian tidak tahu kalau pelajaran pertama kita di Sekte Green Mountains adalah mendaki ke puncak gunung untuk mendapatkan pedang kalian masing - masing?"

Namun, seketika itu juga, para pengurus yang sedang melakukan pendataan, menghentikan semua hal yang sedang mereka lakukan dan terus memandangi sesuatu yang ada di sana.

Ekspresi para pengurus itu menjadi sangat serius, saat mereka melihat ada seorang pria yang sedang berjalan menuju ke Puncak Pedang dan mereka dengan cepat menyingkir, lalu berdiri di pinggir jalan, kemudian, mereka membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan pada pria itu.

Murid - murid yang ada disana tampak terkejut, mereka berpikir kalau pria ini pasti orang yang memiliki posisi penting di sekte, dan mereka kemudian turut memalingkan pandangan mereka kearah pria itu.

Ia adalah seorang pria tua yang mengenakan pakaian hitam. Kepalanya penuh dengan rambut putih dan wajahnya terlihat kering dan keriput. Namun, tidak ada yang bisa menebak usianya, karena tidak ada hal yang istimewa dari dirinya.

Ekspresi Lin pun menjadi serius. Ia sedikit membungkukkan badannya, lalu, dengan lembut, ia berkata, "Selamat jalan, Paman Guru Mo."

Pria tua berpakaian hitam itu berhenti dan melihat kearah Lin dan ia membalas sapaan Lin dengan meletakkan kedua tangannya di depan dadanya. Pada saat ia melihat Jing Jiu dan yang lainnya, ia bertanya, "Apa mereka murid - murid dari generasi sekarang?"

"Masih ada lagi yang akan datang nanti." jawab Lin Wuzhi.

Pria tua berpakaian hitam itu lalu memandang murid - murid muda itu, sambil tersenyum gembira ia lalu berkata, "Baik. Sangat baik. Jauh lebih baik dibanding kita dulu."

Pria tua berpakaian hitam itu sudah melihat dengan jelas tahapan yang dicapai oleh murid -murid baru itu menggunakan Piercing Discernment nya.

Pria tua berpakaian hitam itu lalu berbincang - bincang dengan murid - murid itu, ia dengan ramah bertanya tentang tempat asal mereka dan di paviliun mana mereka berlatih, saat masih berada di outer sect. Ia juga memberikan banyak wejangan untuk murid - murid itu. Murid - murid ini tidak tahu siapa pria tua itu, namun, dari sikap Lin Wuzhi dan para pengurus terhadap pria itu, ia pasti seorang tokoh penting. Hal ini membuat murid - murid itu menjawab semua pertanyaannya dengan sangat hati - hati dan dengan penuh kesabaran.

Lin Wuzhi terus mendengarkan pembicaraan mereka dengan tenang. Ia sama sekali tidak menyela atau berusaha menyudahi pembicaraan itu.

Namun, Jing Jiu justru merasa ada yang aneh dengan semua hal ini. Diantara sembilan puncak gunung di Green Mountains, tidak ada pendekar pedang yang mengenakan pakaian hitam.

Ia tidak bisa mengidentifikasi level dari pria tua berpakaian hitam itu, tapi, ia bisa merasakan kalau jiwa dan raga pria itu sudah sangat lemah, bahkan, jauh lebih lemah dibandingkan dengan Lin Wuzhi.

Tapi, kenapa Lin Wuzhi tampak sangat menghormati pria itu?

Lalu Jing Jiu terpikir akan sesuatu.

Pada saat yang bersamaan, pria tua berpakaian hitam itu menoleh ke arah Jing Jiu dan ia sedikit terkejut karenanya. Kemudian, ia berkata, "Anak ini sungguh sangat tampan."

"Semua orang tahu kalau ia memang tampan dan hanya ia yang selalu menghabiskan waktunya, setiap harinya dengan hanya menyalin buku - buku yang ada di Puncak Shiyue dan tidak pernah memperhatikan tentang hal - hal lain." ujar Lin sambil tersenyum.

Pria tua itu tertawa. "Kamu harus bekerja keras mulai dari sekarang." ujarnya pada Jing Jiu dengan nada serius.

Jing Jiu tidak menjawabnya, ia hanya terus memandangi pria tua itu.

Dan pria tua berpakaian hitam itu merasa canggung karenanya.

Suasana di tempat itu pun jadi terasa canggung.

Beberapa orang murid lalu memberi isyarat pada Jing Jiu dengan mata mereka, tapi, Jing Jiu seakan tidak sadar akan semua itu dan ia masih terus memandangi pria tua berpakaian hitam itu.

Ketika Lin sudah menyipitkan matanya dan bersiap - siap untuk menegur Jing Jiu, pria tua berpakaian hitam itu justru mengayunkan tangannya untuk menghentikan Lin. Pria tua itu lalu mencibir dalam hati, kemudian memalingkan badannya dan kembali meneruskan perjalanannya ke Puncak Pedang.

"Anda akan pergi?"

Tanya Lin Wuzhi.

"Iya, pergi." jawab pria tua berpakaian hitam itu.

.

Tiba - tiba, terdengar suara yang berkata.

"Bagaimana keadaan pedangmu sekarang?"

Tanya Jing Jiu dari belakang pria tua berpakaian hitam itu.