Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 24 - Reuni Yang Penuh Dengan Cerita

Chapter 24 - Reuni Yang Penuh Dengan Cerita

Gu Han tahu kemana Liu Shisui pergi.

Setelah ia berhasil mengendarai pedang terbangnya untuk pertama kalinya, ia juga pergi ke bagian tertinggi yang ada di atas awan itu.

Mengendarai pedang terbang adalah sebuah pengalaman yang sangat luar biasa bagi seorang praktisi. Siapa yang tidak ingin melihat seberapa tinggi sebenarnya langit itu setelah mereka berhasil.

Mendengar suara sorak - sorai yang berasal dari kaki puncak gunung, Gu Han lalu menoleh ke bagian teratas dari puncak gunung dan kemudian ia berpikir, kamu bukan satu - satunya orang yang memiliki kualitas Dao alami di Sekte Gunung Hijau ini.

Saat pria gemuk itu melihat kemana pandangan Gu Han tertuju, ia pun mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Gu Han.

"Kakak, alasan Saudari Zhao menolak untuk bergabung dengan Puncak Liangwang adalah pasti karena ia sudah memiliki rencananya sendiri dan kamu tidak perlu marah karenanya." bujuk si gemuk itu.

Gu Han tidak menghiraukan usaha pria gemuk itu untuk mengalihkan topik pembicaraan mereka dan kemudian, ia berkata, "Ini adalah periode penting dalam latihan Liu, jadi, jangan biarkan ia bertemu dengan orang tidak berguna itu, karena orang itu mungkin akan membawa pengaruh buruk bagi Liu.

Pria gemuk itu mulanya terkejut, namun kemudian, ia segera menyadari kalau orang yang sedang dibicarakan oleh Gu Han adalah Jing Jiu.

...

...

Jing Jiu kembali ke rumah guanya.

Rumah guanya yang sekarang berbeda dengan rumah gua lamanya yang berada di belakang pondok kecilnya di Paviliun Pinus Selatan dulu. Dan meskipun rumah guanya sekarang masih berukuran kecil, namun itu tetap merupakan sebuah rumah gua.

Semua gua kecil itu terletak di lereng - lereng gunung yang ada di sepanjang Sungai Pembasuh Pedang, dengan pemandangan yang menakjubkan dan suasana di sekitarnya yang tenang dan damai.

Setiap harinya, akan terhidang sepiring buah - buahan yang berharga dan seteko air di depan masing - masing gua kecil itu. Tentunya, buah - buahan di sini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan buah - buahan yang tersedia di outer sect dan yang bertanggung jawab untuk membagikannya bukan lagi para pengurus namuan para petarung pedang.

Sebagai sekte pedang nomor satu di seantero negeri, Sekte Gunung Hijau tentunya punya banyak aset, yang sudah dikumpulkan sejak lama dan tidak terbayangkan banyaknya.

Jing Jiu sudah terlalu sering melihat pemandangan seperti ini dan tidak lagi merasa sentimental karenanya. Ia kemudian mengambil salah satu buah yang terlihat segar, lalu memakannya dan melemparkan sisanya pada monyet - monyet yang ada di hutan di belakang guanya. Ia kemudian kembali berbaring di kursi bambunya.

Setelah ia berbaring, ia kemudian mengeluarkan Kitab Pedang yang ada di dalam lengan bajunya, namun, ia hanya membaca beberapa baris sebelum ia berhenti.

Sama seperti saat ia berada di Pine Pavilion Selatan. Mata Air Spiritual-nya terlalu dalam dan luas dan perlu waktu, bahkan sangat banyak waktu, untuk bisa merubahnya menjadi nutrisi yang diperlukan oleh Benih Pedang untuk bertumbuh menjadi Buah Pedang.

Kabar baiknya adalah, waktu yang ia perlukan kali ini tidak akan terlalu lama dan ia tidak perlu menunggu sampai Pil Pedang terbentuk untuk bisa pergi ke Puncak Pedang untuk mendapatkan pedangnya.

Ia lalu mengambil sebutir pasir putih untuk diletakkan di piring keramiknya, namun, ia kemudian menyadari kalau keadaan pikirannya sedang tidak stabil hari ini.

Hal ini sangat jarang terjadi padanya, sehingga ia memutuskan untuk mulai bermeditasi setelah ia menyimpan piring keramik beserta pasir - pasirnya dan kemudian menutup matanya.

Ia membuka matanya setelah lama ia bermeditasi.

Matahari telah terbenam dan bintang - bintang sudah bermunculan dan berkelap - kelip di langit.

Liu Shisui berdiri di samping kursi bambu itu.

Seolah - olah, kejadian yang terjadi tiga tahun yang lalu di tepi kolam kembali terulang.

"Tuan Muda."

Liu Shisui dengan gembira membungkuk padanya. "Tolong jangan salahkan Kakak Gu, walaupun ia kelihatan keras, tapi, ia sebenarnya orang yang baik." jelasnya saat teringat akan apa yang terjadi tadi siang.

Jing Jiu yang mendengar hal ini kemudian menemukan kejanggalan dalam perkataannya.

"Kakak?"

Tanyanya dengan alisnya yang sedikit terangkat.

Liu Shisui yang tersenyum malu kemudian berkata, "Seharusnya, aku memanggilnya Guru Gu, tapi, ia merasa kalau kemampuanku sudah cukup baik. Ia juga mengatakan kalau ia akan menerimaku di Turnamen Pewaris Pedang nanti. Karena itulah ia mengizinkanku untuk memanggilnya Kakak."

Ia mengutarakan semua itu tanpa terlihat bangga ataupun arogan, namun wajahnya tetap tampak gembira.

Jing Jiu hanya tersenyum tanpa mengatakan apa - apa.

Liu tanpa sadar tertawa dan pipinya terasa hangat. Ia yang tidak tahu harus berbuat apa, kemudian berdiri dan pergi menyiapkan tempat tidur dan merapikan barang bawaan Jing Jiu.

Seseorang yang memiliki kualitas Dao alami, yang diistimewakan oleh Sekte Green Mountains dan yang ditunggu - tunggu oleh Puncak Liangwang untuk menjadi muridnya, justru sedang mempersiapkan tempat tidur bagi murid yang baru saja tiba di inner sect dan ia melakukannya dengan sangat cekatan pula.

Semua orang yang melihat kejadian ini pasti akan terkejut setengah mati karenanya.

Hal yang lebih mengejutkan adalah, Jing Jiu sama sekali tidak berusaha untuk menghentikannya.

Setelah ia selesai merapikan tempat tidur dan menyapu lantai di depan rumah gua itu, Liu kemudian mulai menceritakan tentang semua yang ia lakukan dan orang - orang yang ia temui selama dua tahun ini pada Jing Jiu.

Jing Jiu mendengarkan ceritanya dengan tenang, ia juga sesekali tersenyum dan bahkan ikut berkomentar.

Ia tidak terlihat tidak sabar dan ia juga tidak menutup matanya ataupun tertidur, sangat berbeda dengan pemandangan di desa dulu.

Liu Shisui mulai merasa bosan karena hanya ia yang terus berbicara sejak awal.

Ia sebenarnya penasaran tentang bagaimana Jing Jiu melewati hari - harinya di Pine Pavilion Selatan selama ini. Kenapa dia tiba - tiba menjadi rajin? Bagaimana dia bisa mencapai tahap Spiritual Stability dan masuk ke inner sect?

Namun tampaknya, Jing Jiu tidak berminat untuk membicarakan hal itu.

Apa dia merasa kalau hubungan kita terasa aneh setelah berpisah selama satu tahun terakhir?

Liu tiba - tiba terpikirkan akan sebuah ide dan ia bangkit berdiri dengan begitu bersemangat. "Tuan muda, bagaimana kalau aku memperkenalkan kamu dengan Kakak Gu, supaya kalian bisa saling mengenal satu sama lain. Ia pasti akan sangat menghargai bakatmu dan jika ia tidak mau menerima kamu ke puncak gunung saat Turnamen Pewaris Pedang sekalipun, ia pasti akan tetap berlatih pedang bersamamu. Dengan begitu, kita bisa bersama - sama lagi."

"Tidak perlu." ujar Jing Jiu tanpa mempertimbangkannya sedikitpun, sambil menggelengkan kepalanya.

Liu terperanjat, namun ia kemudian berkata, "Tuan muda, mungkin kamu tidak tahu kalau Puncak Liangwang adalah tempat yang paling menakjubkan di Sekte Gunung Hijau kita ini. Semua orang yang ada di puncak gunung ini adalah murid - murid muda dari generasi ketiga, tanpa ada seorang guru atau tetua pun disana. Meskipun guru - guru dari puncak gunung yang lain sering kali datang ke sana untuk mengajari kita, yang berarti, kita bisa mempelajari teknik pedang dari sembilan puncak gunung yang lain, asalkan kita menjadi murid dari Puncak Liangwang..."

Suaranya semakin pelan sampai akhirnya tidak lagi terdengar.

Dikarenakan sikap Jing Jiu yang terlihat tidak tertarik sama sekali.

Liu Shisui pun merasa kecewa karenanya.

Jing Jiu yang melihat ekspresi Liu kemudian menjelaskan padanya.

"Aku sama sekali tidak tertarik, karena aku tidak suka dengan Puncak Liangwang ... ataupun... Huh... Kakak Gu mu."

Liu terkejut mendengarnya dan ia juga tidak pernah menyangka kalau ada orang yang tidak menyukai Puncak Liangwang!

"Puncak Liangwang adalah pedang dari Green Mountains dan murid - muridnya berkewajiban untuk berpatroli di sekte demi mengantisipasi serangan dari the Old Ones dan setan dari Underworld. Dan juga mewakili Sekte Gunung Hijau di Pertemuan Pohon Plum yang diadakan setiap sepuluh tahun. Dengan ini, Kultivasi bisa diartikan sebagai pertempuran tiada akhir dan juga pertumpahan darah, namun tidak pernah ada seorang murid pun yang menyerah. Bagaimana bisa kamu yang merupakan murid Gunung Hijau malah tidak menyukainya?

"Terlebih lagi, Kakak Gu adalah orang yang baik."

"Salah besar kalau kamu bilang kamu tidak menyukainya."

"Aku tidak peduli apakah ia orang yang baik atau tidak, aku mungkin akan tetap tidak menyukainya walau ia seorang malaikat sekalipun." ujar Jing Jiu.

Selama beberapa saat, ia kebingungan mendengar ucapan Jing Jiu, ia juga merasa kalau apa yang dikatakan Jing Jiu itu terdengar tidak masuk akal, tapi, ia tidak mengerti apa yang salah dari ucapan Jing Jiu itu.

"Aku benar - benar tidak bisa membujukmu untuk melakukan apapun."

Liu tidak mengerti kenapa Jing Jiu tidak suka dengan Kakak Gu, padahal ia adalah orang yang baik dan hal ini membuat Liu merasa tidak nyaman.

Apa karena hukuman yang diberikannya pada Liu Shisui di puncak gunung waktu itu?

Bagaimana dengan Puncak Liangwang?

Semakin Liu Shisui memikirkannya, semakin yakin dirinya dengan satu - satunya kemungkinan yang ia pikirkan dan ia terdiam karenanya.

...

...

Setelah ia meninggalkan gua kecil itu dan berjalan sejauh seperempat mil menyusuri jalan setapak di gunung itu, Liu Shisui kemudian naik ke atas pedangnya dan terbang pergi.

Ia tidak ingin Jing Jiu melihat kejadian ini karena ia tidak ingin menyakiti perasaannya.

Pedang terbang itu terbang ke atas, menyusuri lereng - lereng gunung dan sesaat kemudian, pedang itu sudah menembus lapisan - lapisan awan dan mencapai ketinggian yang sangat tinggi di langit, malam itu.

Angin dingin menerpa wajahnya, namun Liu Shisui tidak merasa dingin. Ia justru merasa hangat, walaupun ia tidak menggunakan Inti Pedang untuk melindungi tubuhnya.

Tidak diragukan lagi kalau menunggang pedang terbang adalah hal yang paling menyenangkan baginya untuk saat ini.

Memandang awan - awan yang berada di bawah bintang - bintang yang bertebaran di langit dan Sungai Pembasuh Pedang yang ada di bawahnya, serta puncak - puncak gunung yang tidak jauh darinya. Liu tidak bisa menahan diri dan ia lalu berteriak, namun ia segera menutup mulut dengan kedua tangannya saat ia menyadari apa yang baru saja ia lakukan.

...

...

Jing Jiu mendongakkan kepalanya dan menatap langit malam di atasnya.

Suara teriakan itu terdengar dari tempat yang teramat sangat tinggi dan jauh di langit malam. Walaupun murid - murid yang ada disekitar sungai tidak bisa mendengarnya, namun bagi Jing Jiu yang memiliki pendengaran yang jauh lebih baik dibandingkan orang - orang sebayanya, suara teriakan itu terdengar seakan datang dari orang yang berbicara langsung ke telinganya.

Ia tentunya mengenali kalau itu adalah suara Liu dan tersirat kegembiraan di suaranya.

Level kultivasi Liu Shisui meningkat dengan sangat cepat dan hanya dalam waktu satu tahun, ia sudah belajar bagaimana caranya mengendarai pedang terbang. Namun, semua ini bukanlah hal yang mengejutkan bagi Jing Jiu.

Karena potensi dari seseorang yang memiliki kualitas Dao alami pasti akan berkembang dengan maksimal saat ia masuk ke inner sect.

Puncak Liangwang pun sudah bersiap untuk mendapatkan Liu saat Turnamen Pewaris Pedang dilangsungkan nanti. Aku benar - benar salut dengan penilaian mereka.

Namun, ia benar - benar tidak menyukai Puncak Liangwang yang sekarang.

Ia kemudian menyentuh gelang yang ada di pergelangan tangan kirinya. Hmm, Aku tidak pernah suka dengan Puncak Liangwang, dan inilah buktinya.

"Kakak? Orang baik? Apanya yang...?"

...

...