Chereads / Memanggil Pedang Suci / Chapter 32 - Asosiasi Prajurit Bayaran

Chapter 32 - Asosiasi Prajurit Bayaran

Matt berpisah dengan Lize dan Rhode setelah buru-buru mengucapkan selamat tinggal. Setelah Matt akhirnya menjauhkan diri dari Rhode, senyum di wajahnya menyeringai. Dia terlihat seperti orang yang ingin balas dendam. Tidak mengherankan, mengingat bahwa Matt akan bertemu dengan kreditornya setelah kehilangan banyak barang dagangnya.

Meskipun demikian, Rhode telah mengingatkannya untuk tidak memberitahu siapa-siapa masalah karamnya kapal terbang tersebut. Pemuda itu ingat mereka diam-diam sedang dibuntuti, dan jika musuh mereka masih mencari keberadaan mereka, maka lebih baik jika kecelakaan tersebut tidak di sebarluaskan. Tapi, Rhode tidak memberitahu alasan tersebut pada Matt karena dia merasa pedagang itu tidak perlu mengetahuinya. Situasinya tidak akan membaik bahkan jika memberitahu Matt mengenai hal tersebut. Akhirnya, Matt setuju untuk merahasiakan masalah ini. Terlibat dalam industri perdagangan selama bertahun-tahun, Matt tahu keuntungan dan kerugian tindakan tersebut. Bahkan jika Rhode tidak mengingatkannya, Matt lebih memilih untuk diam mengenai masalah ini.

Setelah berpisah dengan pedagang itu, Rhode berjalan ke arah gedung cabang Asosiasi Prajurit Bayaran di kota Deep Stone dengan Lize sebagai pemandu.

Sebagai organisasi lintas benua, Asosiasi Prajurit Bayaran mempunyai cabang di seluruh kota besar. Mereka bertanggung jawab untuk memberikan misi pada prajurit bayaran, mencatat hasil misi, dan juga bertanggung jawab atas perekrutan sekaligus penempatan prajurit bayaran. Mereka juga memiliki hak dan kuasa untuk menaikkan atau menurunkan ranking kelompok prajurit bayaran.

Gedung Asosiasi Prajurit Bayaran kota Deep Stone terletak di lapisan pertama kota. Sebuah lambang unik terukir di dinding gedung itu yang menggambarkan Asosiasi Prajurit Bayaran bisa terlihat dari jauh. Bahkan kusen pintu masuknya dan bendera yang berkibar di luar gedung itu terlihat mencolok. Namun, pintu kayu tebal yang terukir dengan pola yang rumit tidak bisa menahan suara gaduh dari dalam.

Ketika Lize dan Rhode memasuki gedung itu, hal pertama yang mereka lihat adalah aula luas yang berbentuk kubah. Sinar matahari merembes dari lubang-lubang di atap aula, menerangi lantai batu putih di bawah. Di sekeliling aula, banyak prajurit bayaran yang duduk-duduk di berbagai meja kayu bundar, saling mengobrol dan berbisik. Ada juga beberapa dari mereka yang bersembunyi di pojok dan memilih untuk diam.

Kemunculan mereka berdua tidak menarik banyak perhatian orang-orang. Beberapa dari mereka hanya melirik sekilas ke arah Rhode dan Lize, kemudian melanjutkan aktivitas mereka. Tapi, tidak semuanya begitu. Tidak lama setelah memasuki gedung, seorang wanita yang menggunakan baju pelindung dari kulit mengangkat salah satu tangannya dan melambai pada mereka, sementara busur di tangannya yang lain bergoyang-goyang dari satu sisi ke sisi yang lain.

"Hai, Lize. Lama tidak bertemu!"

"Kak Shauna!"

Ekspresi gembira melintas di wajah Lize saat dia tersenyum. Dia berjalan dengan cepat ke samping wanita itu.

"Lama tidak bertemu! Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik-baik saja. Akhir-akhir ini, kita mendapatkan banyak imbalan setelah membasmi para gnoll. Sekarang kita sedang membahas pembagian imbalan tersebut." Shauna membalas dengan senyum yang lebar.

Setelah Lize menyapanya, banyak prajurit bayaran yang menoleh ke arah mereka dan mengangguk serta tersenyum pada mereka. Sepertinya banyak prajurit bayaran di sini yang mengenal Shauna.

"Selamat…"

Jantung Lize berdegup semakin kencang, namun senyumnya terlihat kaku. Dia tidak asing dengan pemandangan seperti ini. Setiap kali dia menyelesaikan misi bersama Carter dan lainnya, mereka akan duduk bersama dan saling cekcok seperti ini. Dulu itu adalah kehidupannya sehari-hari, namun sekarang mereka telah meninggalkan Lize selamanya.

"Ada apa? Lize? Kelihatannya kau sedang sedih…"

Walaupun Shauna terlihat seperti orang urakan, dia juga memiliki sangat perhatian seperti wanita pada umumnya. Melihat perubahan ekspresi di wajah Lize, tidak butuh waktu lama bagi Shauna untuk menyadari bahwa ada yang tidak beres. Dia mengerutkan alisnya pertanda bingung dan memandang ke arah Rhode yang berdiri di belakang Lize.

"Apa yang terjadi padamu? Siapa pemuda yang berdiri di belakangmu? Aku tak pernah melihatnya sebelumnya…"

"Ketua…dia…"

Ketika Lize menyebut Carter, mukanya berubah menjadi pucat. Dia kesulitan melanjutkan kalimatnya. Barulah setelah beberapa detik berlalu Lize bisa mengumpulkan tekad untuk menyelesaikan kalimatnya.

"Misi…misi terakhir kami gagal. Semuanya…semuanya telah gugur kecuali aku."

Saat dia menyampaikan kabar buruk ini, suasana kerumumnan itu mendadak menjadi hening. Bahkan senyum di wajah Shauna menghilang.

"Gagal?"

"Ya, ada sedikit kecelakaan…"

Lize menggelengkan kepala. Sepertinya, dia tidak ingin berkata lebih banyak mengenai masalah itu. Jadi dia segera mengubah topik pembicaraan dan mengenalkan Rhode pada semua orang.

"Ini tuan Rhode Alander. Dia adalah orang yang menyelamatkanku. Kalau aku tidak bertemu dengannya, mungkin aku sudah tewas sekarang."

"Ah, jadi begitu…"

Setelah Lize mengenalkan Rhode, Shauna melirik ke arah pemuda itu dengan rasa penasaran, yang tubuhnya terbungkus dalam sebuah jubah. Setelah itu, dia mengulurkan tangannya.

"Halo, namaku Shauna, pemimpin kelompok prajurit bayaran Red Hawk. Terima kasih telah menyelamatkan temanku."

Rhode mengulurkan tangannya dan membalas jabatan tangan Shauna. Kemudian dia berkata dengan suara pelan.

"Tidak masalah. Lize juga menyelamatkanku."

Hal ini membuat Shauna semakin penasaran, dan dia menatap Rhode dengan tajam, menyiratkan bahwa dia ingin melihat penampilan asli Rhode. Tapi Rhode tetap tidak berniat membuka jubahnya, dan Shauna juga tidak ingin memaksanya, jadi dia hanya kembali menoleh ke arah Lize.

"Jadi, kali ini kau datang ke sini untuk…"

"Ya, aku datang ke sini untuk melaporkan kegagalan misi itu, dan juga…kecelakaan yang menimpa ketua dan lainnya…"

"Aku mengerti."

Shauna menghela napas saat dia membelai kepala Lize.

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Beginilah pekerjaan kita. Cepat atau lambat, kematian akan datang pada kita. Mengetahui kau selamat akan menjadi hiburan untuk mereka yang sudah tewas. Ingat, kalau kau ada kesulitan, kau selalu bisa mengunjungi kami. Walaupun kelompok kami Red Hawk hanyalah kelompok kecil , selama kami bisa membantu, kami akan membantu dengan sepenuh hati."

"Terima kasih…"

Mendengar kata-kata menghibur dari Shauna, Lize akhirnya tersenyum kembali. Namun, seorang Swordsman muda yang duduk di dekat Shauna mendadak berdiri dan merusak momen emosional itu.

"Benar, Lize. Jangan bersedih. Bagaimana kalau kau bergabung dengan kami? Kami kehilangan…"

"Barney!"

Shauna berseru dengan dingin, memotong perkataan laki-laki itu.

"Apa-apaan kau, sekarang bukan waktu yang tepat untuk berkata begitu! Duduk dan diamlah!"

"Tapi kak…"

"Diam!!"

Melihat ekspresi serius di wajah Shauna, Swordsman itu duduk dan diam meskipun tidak rela. Shauna menoleh kembali ke arah Lize.

"Lize, tolong jangan pikirkan perkataan Barney. Kau bebas memilih jalanmu."

"Tidak apa-apa, kak Shauna."

Lize tidak memasukkan perkataan Swordsman itu dalam hati.

"Aku sudah memutuskan untuk tidak membubarkan kelompokku."

"Lize?"

Shauna tertegun sejenak. Ketika dia tersadar kembali, Rhode dan Lize sudah berjalan menuju bagian dalam aula. Shauna merasa sedikit canggung melihat mereka berjalan menjauh. Setelah beberapa saat, dia duduk kembali dan menghela napas, tapi mendadak dia menoleh menatap tajam ke arah pemuda di sebelahnya.

"Jangan bicara omong kosong! Kalau kau berani berkata begitu lagi, akan kupotong lidahmu!"

Di tengah aula, orang-orang berdiri di dekat batu besar. Sebagian besar suara obrolan dan pembicaraan yang riuh berasal dari sini. Untuk menerima misi, para prajurit bayaran harus berteriak dengan keras untuk menarik perhatian orang-orang. Ada banyak prajurit bayaran yang juga berdiskusi seru dengan klien mereka soal upah dan ketentuan misi.

Di bawah bimbingan Lize, Rhode tiba di sebuah konter. Seorang pria tua berumur 50 tahun berbaring tertidur di atas meja. Entah bagaimana caranya dia dapat tidur di tengah semua kebisingan ini.

"Paman Hank?"

Lize memanggilnya dengan suara pelan sambil berjalan ke arah pria itu. Tapi ternyata suaranya terlalu pelan untuk membangunkan pria itu, jadi Lize mengeraskan suaranya sambil mengetuk konter.

Mendengar ketukan Lize, pria itu akhirnya terbangun. Dia mengusap matanya malas-malasan dan memandang pelanggannya.

"Siapa itu? Tidakkah kau lihat aku sedang tidur dengan nyenyak…sayang,sayang…aku baru saja bertemu dengan seorang wanita cantik dalam mimpiku…"

Sebelum dia selesai bicara, pria itu akhirnya sadar bahwa Lize lah yang berdiri di hadapannya. Dia tiba-tiba menutup mulutnya dan tersenyum malu.

"Ah, kupikir siapa, ternyata Lize! Ada urusan apa datang ke sini?"

"Ya, aku ada urusan dengan presiden mengenai kelompok prajurit bayaran kami…"

"Kelompok prajurit bayaran?"

Hank tercengang ketika dia mendengar jawaban Lize.

"Memangnya ada dengan kelompokmu? Di mana Carter?"

Lize tidak langsung menjawab pertanyaan Hank dan terdiam sesaat. Kemudian, secara perlahan Lize memperlihatkan sebuah lencana perak di tangannya. Melihat benda di tangan Lize, rasa ngantuk Hank segera menghilang, digantikan oleh ekspresi tegang dan serius.

"Aku akan segera mengabari pak presiden."

Hank segera berlari.