Apa-apaan…
Jantung Sereck berdegup kencang. Ketika dia bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan perisainya, dia akhirnya paham bahwa satu-satunya kemungkinan sosok hijau itu dapat menembus perisainya adalah melalui celah kecil itu. Sereck menghela napas dan mengangkat pedangnya untuk menerima seragan itu, dan ketika Burung Roh akhirnya bertabrakan dengan pedang Sereck, muncul badai yang mengamuk.
"Bum!!"
Angin kencang menyapu tempat itu, dan para prajurit bayaran yang tidak mampu bertahan dari badai itu mulai mundur. Walaupun kekuatan serangan Burung Roh tidaklah tinggi, tetapi atribut anginnya tidak bisa diremehkan. Mata Sereck menyipit dan pria itu mengayunkan pedangnya, membelah angin kencang tersebut dengan cahaya terang. Tapi, yang dia lihat selanjutnya bukanlah Rhode.
Rhode membalik tangan kirinya dan kartu merah yang muncul di udara jatuh ke telapak tangannya. Dengan gerakan yang cepat, dia mencengkram kartu itu dan melemparnya ke depan.
"---!!!"
Diikuti oleh suara robekan, kartu merah itu terkoyak.
Sebuah kobaran api yang kuat tiba-tiba menyapu tempat itu dengan tekanan yang besar ke segala arah, menyebabkan suhu di sekitarnya naik drastik. Pada saat itu, terdengar raungan ganas dan seekor anjing api muncul di depan Rhode. Anjing itu membuka lebar cakar dan taringnya sambil melaju ke arah Sereck, dan Rhode, bergerak searah dengan Pembunuh Api, segera mengaktifkan skill Shadow Flash sebelum menebas ke arah depan dengan pedangnya.
"Apa-apaan itu!"
Menyaksikan pemandangan luar biasa yang sedang terjadi itu, para prajurit bayaran yang menonton bergerak maju agar bisa melihat dengan lebih jelas. Mereka hanya bisa tercengang melihat kejadian itu. Bahkan para veteran yang telah melalui berbagai pertarungan bisa merasakan darah mereka naik ke kepala melihat pertarungan tersebut.
Begitu juga dengan Sereck.
Tapi tidak seperti mereka, Sereck tidak sempat tercengang. Ketika sesuatu yang tidak diketahui muncul di tengah pertarungan, dia hanya bisa memfokuskan perhatiannya pada hal itu. Walaupun dia merasa kemunculan anjing itu tidak terlalu berbahaya baginya, tapi sebagai ahli pedang, akan sangat memalukan jika dia terpojok saat ditonton oleh banyak orang. Karena itulah, dia memiih untuk menerima langsung serangan itu. Sereck mendengus dan mengambil kuda-kuda bertahan, menyambut serangan Rhode dengan senang hati.
Sebuah perisai cahaya yang terang muncul sekali lagi, menangkis serangan anjing itu dengan mendadak. Tetapi, pertahanan seperti ini tidak akan bisa menghentikan Flame Killer. Serangan Sereck hanya melambatkan lajunya, kemudian anjing itu melompat ke samping sebelum menerjang Sereck sambil membuka mulutnya lebar-lebar.
"Bum!!!"
Anjing tersebut mengeluarkan skill Fire Breath, mengeluarkan gelombang api panas yang menyelimuti Sereck, membakar segala sesuatu yang ada di dekatnya menjadi abu. Keraguan Sereck pun lenyap. Sebagai orang yang memiliki status setinggi dirinya, citranya sama penting dengan nyawanya. Jika dia kalah dari orang asing, mau ditaruh dimana mukanya, maka lebih baik dia menyampingkan dahulu harga diri dan prestasi-prestasi yang dikumpulkannya selama bertahun-tahun. Dan mulai detik itu, Sereck akhirnya menganggap Rhode sebagai musuh yang setara dengannya.
Layaknya cahaya matahari sore yang memudar, dalam sekejap, api berwarna jingga menerangi langit, dan secepat kemunculannya, bara api itu datang dan pergi dengan cepat.
Tapi itu cukup…
Api itu akhirnya menghilang.
Tidak ada tanda-tanda nyala api yang terlihat di tanah yang hangus. Para penonton hanya menangkap sekilas kilatan cahaya, dan sesaat kemudian api itu menghilang. Kecuali debu dan asap yang membumbung, tanda-tanda keberadaan api itu benar-benar sirna.
Dia datang!
Rhode mengerutkan alis. Dia tahu kalau Sereck mulai bertarung dengan serius.
Tapi memang itu niat Rhode dari awal.
Walaupun Sereck berhasil bertahan dari serangan Pembunuh Api, tapi dia tidak bisa menghindar dari serangan Rhode dan Burung Rohnya. Rhode juga tidak berniat untuk mengendurkan serangannya dan menerjang ke depan sambil mengangkat pedangnya.
Blade of Destruction, AKTIFKAN!
"---!"
Sebuah cahaya mewah muncul dari balik debu dan melaju ke arah Sereck. Menuruti perintah Rhode, Burung Roh terbang melengkung dan melayang ke arah Sereck dari arah kanan sedangkan anjing api yang tadinya gagal menembus pertahanan Sereck, menyerang pria itu dari arah kiri bersamaan dengan serangan Burung Roh.
Pembunuh api pun melancarkan skill Fire Breath sekali lagi, diikuti dengan cakaran yang mematikan.
Pemandangan itu terlihat magis bagaikan fantasi.
Para penonton hanya bisa menganga, mulut mereka terbuka lebar tanpa suara. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang pernah menyaksikan pertarungan seperti itu, atau Sereck yang bertarung dengan sepenuh tenaga.
Kalau targetnya adalah prajurit bayaran biasa, maka serangan tiga arah Rhode jelas bakal menghabisi mereka jika mereka tidak berinisiatif melaju ke arah Rhode terlebih dahulu, tapi yang Sereck lakukan berbeda.
Yang pertama kali dia serang bukanlah Rhode.
Ketika prajurit veteran itu mengangkat pedangnya, waktu seakan-akan melambat, dan ketika dia mengayunkan pedangnya ke arah anjing tersebut, pedangnya terlihat seolah-olah jatuh dengan perlahan, tapi tidak bisa dihindari.
Pembunuh api meraung kesakitan saat dia merasa seakan-akan kepalanya dipukul dengan palu berat. Pedang di tangan Sereck berubah arah dengan cepat dan menangkis serangan Burung Roh. Dan ketika burung itu terjatuh ke tanah, Sereck sudah mengganti arah pedangnya kembali menuju ke arah serangan Blade of Destruction.
Setiap momen terasa sangat singkat, sekaligus sangat panjang. Semua orang menyaksikan kejadian itu, tapi mereka juga tidak bsia melihatnya dengan jelas. Seolah-olah pemandangan di depan mereka hanyalah mimpi.
Tetapi, Rhode tidak menghentikan lajunya.
Dalam badai cahaya tersebut, Rhode bsia merasakan benturan keras pada pedang yang berada di dalam genggamannya. Dalam sekejap, tubuhnya bergetar seolah-olah semua organnya berpindah tempat, dan HP bar (status nyawa) berubah dari hijau menjadi orange. Pada saat ini, pedang di tangannya tidak bisa menahan benturan keras itu dan pecah berkeping-keping.
Sereck segera menyerang, dan cahaya muncul di pedangnya, menusuknya ke dada Rhode.
Meskipun demikian, Rhode tidak merasa panik. Dia mengangkat tangan kanannya dan berhenti bergerak sebentar sebelum dia menggenggam.
"Guk---!!!"
Anjing hitam itu melolong dan bergerak maju. Seluruh tubuhnya diselimuti oleh api dan menerjang tanpa ragu ke arah Sereck. Menghadapi hal ini, Sereck hanya mendengus dan mengibaskan pedangnya. Mengikuti gerakan tangannya, sebuah cahaya terang membelah anjing itu menjadi dua bagian.
Tapi ini bukanlah akhir.
Lahir dari api, menghilang dalam api.
Sereck merasakan energi besar yang berkumpul di ujung pedangnya. Matanya membelalak, tapi sudah terlambat baginya untuk melawan.
Anjing yang terbelah menjadi dua bagian itu mulai berubah warna menjadi merah terang. Dia terus meraung dan berguling ke arah Sereck, dan akhirnya, tubuhnya yang kebal terhadap api tidak mampu menahan energi yang terkumpul di dalam tubuhnya dan meledak dari dalam.
Pada saat itu, kartu berwarna merah muncul di telapak tangan Rhode dan dia mencengkramnya tanpa ragu.
"Klang!!"
Sepasang sayap putih muncul dan melindungi Rhode dari kobaran api tersebut.
Sereck berhenti bergerak, jarak antara pedangnya dengan dada Rhode hanya beberapa inci, tapi ada penghalang tipis yang berupa sayap malaikat antara pedangnya dan tubuh Rhode. Pada saat yang bersamaan, pedang Rhode berhenti tepat di leher Sereck.
"Makhluk elemental, senjata sihir dan ahli ilmu pedang."
Setelah beberapa saat, Sereck akhirnya memecah keheningan tersebut.
"Hebat juga kau, anak muda. Kau bertarung dengan baik."
"Terima kasih atas pujian anda."
Rhode mengangguk sedikit dan menjauhkan pedangnya dari leher Sereck. Kemudian dia membuat isyarat untuk memanggil kembali Burung Roh miliknya, yang tidak lama mendatanginya dan hinggap di bahu Rhode.
"Sama-sama. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku merasakan kesenangan bertarung seperti ini."
Sereck menunjukkan senyum lembut sambil menyarungkan pedangnya.
"Siapa namamu?"
"Rhode. Rhode Alander."
Rhode menjawab pertanyaan Sereck dengan tenang.
"Rhode! Nama yang bagus! Aku menyukaimu, Nak! Di kota Deep Stone ini, kau orang pertama yang berhasil mengalahkanku!"
Sereck menepuk pundak Rhode dan tertawa.
Mendengar balasan Sereck yang riang, Rhode hanya mengangguk mengekspresikan rasa terima kasihnya. Kemudian dia menoleh pada pria tua yang berdiri di samping lapangan dengan ekspresi yang muram.
"Jadi, pak tua, apakah aku lulus ujian ini?
"Ini…"
Ekspresi di wajah Moby terlihat buruk. Sebenarnya, saat dia menyaksikan keterampilan Rhode, dia sudah menduga hasil seperti ini. Meskipun demikian, bocah itu masih menanyakan hasil itu secara langsung. Dia tidak rela dengan hasil seperti ini dan melihat ke arah Sereck dengan rasa putus asa, menyiratkan pria itu membantunya.
Menangkap tatapan Moby, Sereck tersenyum licik dan mengedipkan mata.
"Jujur saja, dengan bakat seperti itu, sungguh sayang apabila kau hanya menjadi seorang prajurit bayaran…namun, karena itu pilihanmu, aku tidak akan ikut campur. Dan mengenai hasil tes ini, dalam pendapatku, kau telah resmi lulus!"