Bagi para prajurit bayaran yang menonton pertarungan itu, mata mereka terbuka terhadap beberapa hal.
Walaupun cara Rhode mendapatkan kemenangan terkesan tidak etis, pada dasarnya itu bukanlah pertarungan yang adil, mengingat perbedaan level mereka yang cukup jauh. Terlebih, prajurit bayaran bukanlah ksatria pembela kebenaran; pemenang selalu berdiri di atas pecundang.
Sejak hari itu, pertarungan sengit antara Sereck dan Rhode menjadi topik pembicaraan yang hangat. Sereck sendiri sudah terkenal bertahun-tahun, tapi hanya sedikit orang yang pernah melihatnya bertarung dengan serius. Karena itulah, seiring berjalannya waktu, para prajurit bayaran mengira itu hanyalah akting. Namun, setelah menyaksikan pertarungan tersebut, pikiran-pikiran tersebut hilang dari kepala mereka.
Terlepas dari Sereck, Rhode terlihat lebih misterius di mata orang-orang sekarang. Bagaimana caranya dia, seorang Swordsman, mampu memanggil dua roh elemental? Seharusnya, hanya Mage yang dapat melakukan pemanggilan, tapi melakukan pemanggilan tanpa satu mantra pun? Sangat tak masuk akal. Karena itu, seisi kota sibuk menebak-nebak cara Rhode melakukan hal tersebut. Beberapa orang menyebutnya sebagai mantra pemanggilan unik, sedangkan yang lain menganggap bahwa Rhode menggunakan barang sihir. Lagipula, pemuda tersebut menggunakan senjata sihir yang kuat di akhir pertarungan, yang menunjukkan bahwa identitasnya pasti bukan orang sembarangan.
Yang membuat mereka bertambah senang adalah fakta bahwa Rhode berniat untuk bergabung dengan para prajurit bayaran. Dan ini berarti, sejak hari itu, Rhode resmi menjadi seorang prajurit bayaran. Saat ini banyak kelompok prajurit bayaran yang berdiskusi tentang bagaimana cara merekrut pemuda berbakat itu. Walaupun hasil pertarungan dimenangkan oleh Rhode, tapi mereka paham dengan perbedaan level antara dirinya dan Sereck, dan jika itu adalah pertarungan sungguhan yang mempertaruhkan hidup atau mati di antara mereka berdua, entah siapa yang akan menang pada akhirnya. Tapi karena Rhode dapat memojokkan Sereck yang biasanya terlihat tenang saat bertarung, hal itu telah membuktikan kemampuannya. Selain itu, dia masih muda, dan masa depannya sangat menjanjikan.
Sementara itu, Rhode dan Lize telah kembali ke ruangan presiden. Seorang pria yang tersenyum berdiri di samping Moby, menghadap ke arah Lize dan Rhode.
"Karena kau telah lulus dari tes tersebut, terhitung mulai dari hari ini, kau resmi menjadi seorang prajurit bayaran. Selamat."
Walaupun dia memberi selamat kepada Rhode, senyum presiden tua itu terlihat kaku dan terkesan pura-pura, jelas tidak terlihat senang dengan hasil tersebut.
"Aturan dan ketentuan sebagai prajurit bayaran, aku pikir kau sudah mengetahuinya dengan baik. Jadi aku tidak akan mengulangnya lagi." Presiden itu berkata tidak senang.
Rhode memilih untuk tetap diam karena dia mengerti sifat Moby. Bagaimanapun, dia telah mencapai tujuannya, dia tidak peduli terhadap ucapan pria tua itu selama tidak berurusan dengannya. Membiarkan orang tua untuk melampiaskan kemarahannya, bukanlah masalah besar.
Ketika akhirnya Moby bisa menenangkan diri, dia mengulurkan tangan dan mengambil gulungan dari laci. Pria tua itu melirik Lize yang duduk di belakang Rhode dan melihat wajahnya yang tenang. Tetapi, dia bisa melihat sedikit ekspresi tidak senang di wajah gadis itu. Ekspresi tersebut bukan disebabkan oleh kekhawatirannya melihat Rhode yang bertarung dengan Sereck tadi, tapi karena jubah Rhode yang sobek akibat pertarungan tersebut . Pemuda itu hanya memakainya sekali, dan jubah itu sudah menjadi compang-camping begini. Melihatnya seperti itu, membuat Lize merasa cukup stres.
Jalan pikiran wanita memang sulit dimengerti.
"Lize…kuakui bocah ini memang kuat dan tangguh…namun menurutku keputusanmu sangat sembrono. Kekuatan individu berbeda dengan kekuatan sebuah kelompok prajurit bayaran. Coba lihat Sereck dan Marl. Tidak diragukan lagi kekuatan individu mereka luar biasa, tapi nyatanya mereka masih merupakan anggota dari sebuah kelompok prajurit bayaran karena mereka sadar kekuatan kelompok jauh lebih besar dari kekuatan individu." Pria tua itu menghela napas dan melirik Rhode. "Kekuatan anak muda ini memang tidak bisa diremehkan, namun kelompok prajurit bayaran bukanlah sesuatu yang bisa dipertahankan oleh dua orang saja. Walaupun masih ada waktu hingga penilaian di musim dingin, tapi aku tidak yakin apa kau bisa memecahkan masalah ini tepat waktu."
"Saya mengerti, tuan Presiden."
Lize mengangguk. Sebagai seorang anggota dari sebuah kelompok prajurit bayaran, dia tahu kesulitan seperti apa yang akan dia hadapi. Tapi dia tidak memiliki kemampuan untuk melakukan apa yang harus dia lakukan. Jika mereka ingin bertahan, maka masalah terbesar yang harus mereka pecahkan adalah kurangnya anggota, yang berarti dia harus merekrut lebih banyak orang untuk bergabung. Namun, anggota baru yang kompeten sulit ditemukan, dan posisi komandan bisa goyah jika manajemennya buruk.
Walaupun Lize cukup berpengalaman sebagai prajurit bayaran, gadis itu masih terlalu muda, dan dia hanyalah kelas pendukung. Akan sulit bagi Lize jika ada orang yang mencoba membelot kepadanya. Di sisi lain, Rhode sangat kuat, dan ada banyak prajurit bayaran yang telah menyaksikan kekuatannya. Namun, dia adalah prajurit bayaran baru, dan menjadikannya pemimpin hanya akan menimbulkan pergolakan.
Karena kelompok prajurit bayaran itu adalah kelompoknya sendiri, Lize memiliki prinsip dan nilai tersendiri tentang bagaimana seharusnya kelompok tersebut berkembang. Banyak kelompok prajurit bayaran yang memiliki catatan kinerja yang baik di awal, namun beberapa dari mereka tergoda untuk menggunakan cara curang demi mendapat lebih banyak imbalan, seperti pembunuhan. Bahkan ada lebih banyak kelompok yang bekerja di bawah perintah bangsawan untuk mengumpulkan pajak. Mereka bukan lagi prajurit bayaran, tapi hanya sekadar penjahat.
Tentu saja Lize tidak ingin kelompok prajurit bayarannya menjadi kelompok yang jahat dan pengecut seperti itu. Tapi dia terlalu lemah untuk mewujudkan keinginannya. Bahkan dengan dukungan Rhode, kalau setiap orang menolak bergabung, maka semua harapannya hanya akan menjadi mimpi belaka.
"Tapi percuma berkata seperti itu sekarang."
Melihat tekad menyala yang terbaca di mata Lize, Moby berhenti berbicara dan memungut kuas sebelum menatap Rhode.
"Yah, tujuanmu telah tercapai. Menurut aturan, ketika pemimpin kelompok diganti, pemimpin yang baru bisa mengubah nama kelompok. Apa kau ingin mengubahnya sekarang?"
"Starlight." Rhode membalas dengan cepat tanpa ragu sedikitpun.
Mendengar jawabannya, Moby mengangguk. Dia membungkuk, menulis nama itu di gulungan, mengangkat cap materai di sebelahnya dan menekannya kuat-kuat ke arah gulungan itu. Kemudian, dia memutar gulungan itu ke arah Rhode.
"Tancapkan sidik jarimu atau berikan tanda tangan di gulungan ini."
"Tidak masalah."
Ketika Rhode melihat gulungan itu, dia merasakan nostalgia muncul di dalam kepalanya. Entah kenapa gulungan ini terasa sangat familiar, tapi tidak identik dengan yang sebelumnya. Di dalam game, gulungan ini muncul sebagai formulir pendaftaran, tapi sekarang, perkamen tua itu terasa lebih bersejarah dan memiliki makna yang dalam. Rhode melirik Lize dan setelah mendapatkan persetujuannya, dia menarik napas dalam-dalam sebelum menandatangani gulungan tersebut.
"Ding!"
Tiba-tiba, sebuah suara terdengar di kepala Rhode, dan sesaat kemudian pemberitahuan sistem muncul di hadapannya.
[Jabatan pemimpin kelompok prajurit bayaran didapatkan; Sistem Kelompok Prajurit Bayaran terbuka]
Rhode melirik pemberitahuan itu sesaat sebelum mengalihkan pandangannya. Perlahan-lahan, dia mulai terbiasa dengan pemberitahuan – pemberitahuan yang aneh dan tidak masuk akal itu. Karena hal tersebut sudah terjadi, sia-saja untuk terlalu memikirkannya Karena itulah, ekspresinya tidak terlalu berubah dan dia mendorong gulungan itu setelah menandatanganinya.
Setelah mengambil gulungan tersebut, senyum menghiasi wajah si presiden tua itu, namun senyum itu segera menghilang.
"Yah, aku berharap melihat hasil kerjamu di masa depan, Nak."
"Saya pikir anda tidak akan kecewa."
"Kuharap begitu…"
"Tapi…aku ingin memperingatkan kalian tentang satu hal. Beberapa mata-mata Negara Cahaya sudah datang di kota ini. Meskipun aku tidak tahu tujuan mereka, kusarankan agar tidak bermacam-macam dengan mereka."
"Aku mengerti."
Setelah mendengar peringatan Moby, Rhode mengerutkan alisnya.
Datang juga.
Setelah Rhode dan Lize meninggalkan ruangan itu, presiden tua itu tersenyum pahit. Dia duduk dan menoleh pada teman lama di sampingnya.
"Kawan lamaku, apa pendapatmu tentang anak ini? Aku ragu dia dikirimkan dari 'atas'."
"Maksudmu kota Golden?"
Sereck tersenyum hampa.
"Kurasa tidak. Jika Lize tidak berbohong, maka dia dan anak itu memang tidak sengaja bertemu."
"Tapi jika pertemuan itu hanya sekadar kebetulan, maka keinginan anak itu untuk membentuk sebuah kelompok prajurit bayaran…"
"Tentu saja, aku mengerti."
Kali ini, Sereck tidak menyangkal penilaian Moby.
"Dia tidak hanya memiliki sebuah senjata sihir, dia juga cukup tangguh. Dan penampilannya terlihat cukup…cantik? Jujur saja, penampilannya cocok dengan selera estetika 'orang itu', jadi aku mengerti alasanmu berpikir seperti itu. tapi jika memang ada orang seperti itu, pasti sudah ada berita dari kota Golden."
"Lagipula, kita berdua tahu bagaimana sifat 'orang itu', jika pemuda itu adalah bawahannya, maka dia tidak akan menyembunyikannya sampai sekarang. Dan…cara bertarungnya yang unik itu, aku tidak pernah melihatnya sebelumnya." Sereck menghela napas.
"Itu bukan skill pemanggilan?"
Ekspresi presiden itu mendadak serius saat mendengar helaan napas Sereck.
"Tentu saja bukan. Kita berdua pernah berurusan dengan beberapa Mage, dan aku yakin kau sudah pernah bertemu dengan beberapa pemanggil, bukan?"
"Tentu saja. Tapi aku belum pernah mengenal mereka dengan baik."
"Itulah sebabnya kau menjadi prajurit bayaran, teman lamaku. Cobalah membaca beberapa buku."
"Yah, jangan membicarakan topik ini lagi."
Ketika mendengar nada mengejek dari ucapan Sereck, muka Moby memerah.
"Kuserahkan anak itu padamu, Sereck. Awasi dia baik-baik. Beberapa hari lalu orang-orang brengsek dari Negara Cahaya itu datang ke kota ini diam-diam. Aku rasa mereka memiliki rencana tertentu. Dan pada saat ini, tiba-tiba bocah aneh muncul entah dari mana…Kita tidak ingin terlibat dalam masalah apapun yang sedang terjadi…setidaknya, Asosiasi Prajurit Bayaran yang tidak menginginkan hal tersebut."
"Tenang saja."
Sereck mengangguk dengan ekspresi serius.
"Aku tidak akan membiarkan mereka macam-macam dengan kita."