Chereads / Membunuh Lelaki Idaman / Chapter 26 - Sakit Menusuk Hati

Chapter 26 - Sakit Menusuk Hati

"Astaga! Itu kartu emas?!"

Fang Yuanyuan berjalan menuju Xiang Wan yang masih melamun, dan mengambil kartu bank yang dipegang Xiang Wan di tangannya.

Cih! Cih! Cih! Fang Yuanyuan berseru sambil membalikkan kartu itu ke kiri dan kanan. Dia memeriksa kartu itu di bawah lampu, lalu mengembalikannya pada Xiang Wan sambil menggodanya.

"Tapi, kartu emas ini tidak bisa mengisi rasa laparmu walau kamu memakannya. Ayo, ayo, ayo lanjutkan makan hotpotnya!"

Xiang Wan duduk seakan-akan dia kehabisan energi. Dia menyimpan kartu itu di tasnya, dan dia terlihat seperti sedang memegang bom waktu, sambil melamun.

Xiang Wan sedang memikirkan kasus yang sedang mereka kerjakan, dan juga memikirkan tingkah Bai Muchuan yang memberikan kartu bank padanya... itu aneh sekali.

"Hey Kakak, Bai bukan orang yang mudah memberikan kartu bank pada orang lain. Sekarang dia memberikannya padamu... Hmm, tidak perlu terlalu memikirkannya, simpan saja dengan baik." Sudah jelas Quan Shaoteng termasuk orang yang suka membuat masalah, dan dia bersemangat untuk menjual Bai Kecilnya, dia tidak sadar kalau dia sendiri juga bujangan. Quan Shaoteng mencoba menggunakan semua yang dia tahu untuk memberitahu hal-hal baik tentang Bai Muchuan.

Walaupun begitu, setelah mendengar semuanya, Xiang Wan hanya mengucapkan satu kata.

"Oke."

Perkataan Quan Shaoteng yang penuh gairah seolah memukul gunung es. Dia mengangkat bahunya dan mengubah target obrolannya.

"Hei cantik, sebagai Pemeriksa Medis di Tim Forensik, kamu pastinya mengotak-atik mayat dalam pekerjaanmu sehari-hari. Kasus-kasus dengan tumpukan mayat yang rusak; tanpa tangan, satu kaki hilang, dan usus yang mengalir... Apa kamu takut dengan semua itu?"

Quan Shaoteng bertanya pada Mei Xin saat ini.

Gadis yang dingin dan pendiam itu duduk di sudut ruangan tanpa bicara.

Sudah jelas, Quan Shaoteng bukan orang yang baik dalam hal obrolan, kalau tidak, dia tidak akan tetap menjadi bujangan selama bertahun-tahun.

Lagipula, mereka sedang berada di restoran hotpot, dimana mereka mendidihkan daging segar ke dalam sup hotpot untuk dimakan. Tapi, Quan Shaoteng malah membicarakan tentang mayat-mayat rusak tanpa tangan dan satu kaki yang hilang...

Mei Xin melirik sekilas pada Quan Shaoteng. "Tidak."

Gadis itu juga sama dinginnya.

Mustahil untuk diajak mengobrol.

Quan Shaoteng melihat kakak iparnya, Zhan Se, yang sedang tersenyum. Tidak ada pilihan lain, dia harus keluar dari situasi canggung itu sendiri. "Meja ini penuh dengan wanita-wanita. Dan kukira aku adalah orang yang langka. Tapi tak kusangka... semua orang tidak menghiraukanku. Lupakan saja, biar aku makan sendiri."

Quan Shaoteng sedang mengambil irisan daging tenderlon saat Mei Xin tiba-tiba mengatakan sesuatu, "Terkadang aku juga merasa ketakutan. Aku pernah menerima kasus menjijikkan dimana pembunuhnya menggali semua organ dalam korbannya, dan memotong mereka menjadi irisan-irisan tipis, seperti yang ada di tanganmu..."

Plop! Sumpit Quan Shaoteng tersentak, irisan daging itu jatuh ke dalam hotpot yang mendidih.

Dia menelan ludah, merasa sedikit meyesal. Dia harusnya tidak pernah berbicara pada Pemeriksa Medis itu!

Bisa makan sambil mengatakan hal itu di saat yang sama tanpa merubah ekspresi, hatinya sungguh kuat! Pikir Quan Shaoteng.

Aku tidak boleh memprovokasinya lagi!

Saat Quan Shaoteng memikirkan kalimat itu, dia mengambil usus bebek.

Sudah jelas itu adalah usus bebek, tapi, saat wanita itu melirik dengan tatapan aneh padanya, usus bebek itu tampak berubah menjadi... usus manusia!

Quan Shaoteng menaruh sumpitnya – dia menyerah.

"Tidak makan lagi?" tanya Zhan Se kebingungan, sambil melihat Quan Shaoteng dari atas ke bawah.

"Aku..." Quan Shaoteng tersenyum cerah seperti bunga persik yang sedang mekar, "...sedang diet!"

...

Gerbang utama pusat penahanan sedang terbuka.

Sebuah 120[1] ambulans masuk, seluruh tempat penuh dengan suara sirine polisi, menggegerkan penduduk terdekat untuk membuka jendela dan mencari tahu apa yang terjadi.

Bai Muchuan dan Cheng Zheng datang bersamaan dalam satu kendaraan.

Sebelum mereka berdua sampai, Huang He sudah mengambil alih tempat kejadian bersama detektif yang lain.

Beberapa saat yang lalu, tersangka kriminal dari kasus 720, Wang Tongsheng, mencoba bunuh diri.

Karena tidak ada barang metal atau plastik di dalam sel penahanan, dia memilih cara yang sangat bodoh – yaitu membenturkan kepalanya pada dinding.

Mungkin Wang Tongsheng terpengaruh oleh film dan drama, dia pikir dia bisa mencapai tujuannya dengan satu benturan. Namun, dia masih belum bisa mencapai tujuannya walau membenturkan kepala berkali-kali. Sebagai hasilnya, dia pingsan dan aksinya mendapatkan perhatian dari penjaga penjara.

Ketika Bai Muchuan sampai, Wang Tongsheng masih koma, dan dokter-dokter dari 120 masih merawatnya.

Cheng Zheng melihat tempat kejadian, merengut sambil melipat tangan di dadanya. "Kurasa aku tidak dibutuhkan di sini."

Bai Muchuan menjawab dengan dingin, "Jabatan Kapten Tim Forensik bukan sekedar pajangan saja."

"Ini tipikal kasus bunuh diri, " balas Cheng Zheng, "tidak perlu melakukan tes forensik."

Bai Muchuan mengejeknya dengan nada dingin. "Tidak juga."

Cheng Zheng berbalik untuk melihat Bai Muchuan selama beberapa detik, sebelum dia perlahan menyeringai. "Kurasa alasan kenapa aku di sini, hanya karena kamu tidak ingin aku lanjut memakan hotpot?"

Sebuah senyuman tipis yang sulit dipahami terbentuk di wajah Bai Muchuan. "Bagaimana mungkin? Di samping kurang berbelas kasih, aku sangat berkomitmen dan bertanggung jawab pada pekerjaanku."

Cheng Zheng: "..."

Bai Muchuan mendengus lalu berjalan melewati Cheng Zheng tanpa meliriknya sedikitpun, dan dia langsung menuju Huang He. "Bagaimana situasinya?"

"Bos." Huang He berdiri, menyingkirkan sarung tangan putihnya, dan melihat bekas darah di sekeliling sel penjara. "Sudah jelas ini bunuh diri! Si Wang Tongsheng itu pemikirannya terlalu lemah. Pasti karena interogasi tadi yang sangat menusuk hatinya, sampai dia tidak berani menghadapi itu..."

Tidak berani menghadapi itu...

Kalau dia tidak takut mati, apa yang dia takutkan?

Bai Muchuan menyipitkan matanya.

Pada saat itu, Cheng Zheng perlahan menghampiri mereka berdua. "Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk membuatnya bicara. Ketika orang normal sedang lemah fisik, ketahanan mentalnya pasti juga menurun drastis."

Bai Muchuan melirik ke arahnya tapi tidak berkata apapun.

"Bukankah kamu mengundang psikolog kriminal untuk kasus ini?" Cheng Zheng menambahkan.

Bai Muchuan menjawab dengan acuh tak acuh, "Walaupun aku tidak punya belas kasihan, aku tidak akan memaksa pasien yang sedang sakit dan koma."

Cheng Zheng: "..."

...

Ketika Zhan Se menerima berita tentang kasus itu, mereka akan menyelesaikan makan malam di restoran hotpot.

Zhan Se mendengarkan Bai Muchuan tentang apa yang terjadi di pusat penahanan, dan kedua matanya berbinar penuh semangat.

"Oke, aku akan segera kesana. Ketika Wang Tongsheng bangun, itu waktu yang tepat untuk menembus pertahanan psikologisnya."

"Baiklah."

Bai Muchuan setuju dan berkata, "Aku akan membiarkan Huang He datang dan menjemputmu."

Mendengar percakapan mereka, Quan Shaoteng mencondongkan tubuhnya untuk mendekat ke ponsel itu, lalu dia berkata, "Bagaimana denganku?"

"Kamu punya misimu sendiri."

Bai Muchuan menutup telepon itu.

Quan Shaoteng melihat ke arah wanita-wanita yang sedang memakan hotpot, lalu dia merasa keok. "Kak, apa wajah tampanku 'menurun' akhir-akhir ini?"

"Tidak," Zhan Se terkekeh, "Jelas karena kamu dalam puncak 'ketampanan'-mu, yang membuat Detektif Bai memberi kesempatan untuk menjaga wanita-wanita itu. Ambil saja manfaat dari kesempatan yang bagus ini."

Zhan Se menepuk pundak Quan Shaoteng lalu dia turun ke lantai bawah.

Karena itu, Tuan Muda Quan yang sedang dalam puncak 'ketampanan'nya... tidak punya pilihan selain membayar tagihan makan, dan membantu para wanita memanggil taksi.

Xiang Wan dan Fang Yuanyuan berterima kasih pada Quan Shaoteng. Tapi di sisi lain, Mei Xin, menolak tawaran itu.

"Aku tidak butuh taksi. Tempatku di dekat sini, aku akan pulang dengan berjalan kaki saja."

Quan Shaoteng memikirkan 'perintah' Bai Muchuan. Walaupun dia tidak berani memprovokasi Pemeriksa Medis 'yang tidak berkedip saat memotong-motong mayat' itu, Quan Shaoteng masih tetap menjadi pria sopan dengan membujuknya sekali lagi. "Saat ini sudah malam, tidak aman bagi wanita untuk sendirian di jalanan."

Mei Xin mengetatkan tali tas selempangnya, dan memberi Quan Shaoteng tatapan yang sedikit hangat.

"Sampai jumpa!"

Lalu dia berbalik dan berjalan pergi.

Quan Shaoteng melihat punggung Mei Xin sambil memikirkan sesuatu. Lalu, seolah dia menyadari sesuatu, Quan Shaoteng berbalik, menoleh ke arah Xiang Wan dan Fang Yuanyuan sambil mengangguk. "Coba kalian pikirkan, orang seperti dirinya... mungkin seorang pembunuh juga akan takut padanya."

"Hahah!" Xiang Wan tertawa, "Petugas Quan, kamu lucu sekali!"

"Tidak, tidak, tidak, seorang petugas harus blak-blakan dalam ucapannya."

"Oh, kalau begitu, apa Petugas Quan sudah punya pacar?" Xiang Wan berkedip ringan.

Sudah jelas Quan Shaoteng adalah pria yang sangat tampan. Hanya dengan satu lirikan, seseorang bisa tahu kalau di antara tipe orang-orang elit, kesempatannya untuk tidak memiliki pacar sangatlah tipis. Namun, karena Xiang Wan melihat kalau Fang Yuanyuan selalu memperhatikannya saat makan malam mereka tadi, sebagai sepupu yang lebih tua, Xiang Wan pikir dia bisa menanyakannya demi Fang Yuanyuan.

Namun, Quan Shaoteng salah menyangka kata-katanya.

Melihat Xiang Wan, Quan Shaoteng mengambil langkah mundur, dia tertawa sambil melambaikan tangannya. "Guru Xiang, jangan menakutiku. Aku khawatir kalau Bai akan menelanku!"

Hm? Apa maksudnya?

Xiang Wan tidak tahu apa maksudnya, tapi dia bisa merasakan penolakannya.

Xiang Wan tahu, kalau dia tidak seharusnya lanjut membicarakan hal itu dengan berani.

Jadi dia hanya tertawa, "Haha, aku cuma bercanda, Petugas Quan, tolong jangan diambil hati."

Pada saat itu, taksi sudah datang. Xiang Wan harus menarik Fang Yuanyuan ke dalam taksi.

Ketika taksi itu pergi dari jalanan tadi, Fang Yuanyuan masih tetap melihat ke belakang. Xiang Wan menggertakkan giginya dan menoleh pada sepupunya itu agar dia menatap diri Xiang Wan.

"Jangan lihat-lihat lagi, dia tidak cocok untukmu."

Fang Yuanyuan melotot padanya. "Apa yang kamu bicarakan? Perawan cantik sukanya laki-laki keren. Apa yang salah dengan melihatnya saja?"

Xiang Wan merasa lega karena nada suara sepupunya itu masih ceria, dan tidak tampak sakit. "Baguslah, ini pelajaran yang bisa dipetik. Tipe pria tampan yang mudah menarik perhatian wanita akan meninggalkanmu kapan saja."

Fang Yuanyuan melotot padanya dan mengerutkan wajah. "Lalu bagaimana denganmu dan Detektif Bai?"

Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Xiang Wan tiba-tiba berteriak kaget. "Paman! Belok, belok... belok ke kiri dan ikuti mobil merah itu!"

Pengemudi taksi dan Fang Yuanyuan tidak tahu apa yang akan dia lakukan.

Arus lalu lintas itu sangat luas dan panjang, belok kiri...mobil yang mana?

Fang Yuanyuan melihat Xiang Wan dengan bingung. "Ada apa?"

Kedua mata Xiang Wan terbelalak karena kaget. Dia tidak menjawab Fang Yuanyuan. Xiang Wan langsung menelepon Bai Muchuan dengan tangan yang bergetar.

"Aku baru saja melihat Er Niu, Kapten Bai. Aku benar-benar yakin kalau aku melihatnya tadi... Apa kamu mempercayaiku...?"

  1. 120: Nomor hotline ambulan di China.