Nyonya Zhao menutupi mulutnya, kedua matanya terbelalak lebar, dan dia hampir berteriak atas apa yang dilihatnya.
Xiao Cheng yang sedang di sampingnya, menjadi gemetar karena gugup sambil menggenggam kursi roda Nyonya Zhao dengan erat.
Dug! Dug!
Dug! Dug!
Suara benturan yang menyeramkan terdengar. Apakah itu suara detak jantung manusia, atau suara angin yang ada di ambang pintu, tidak ada yang tahu.
Namun, Tuan Zhao, yang berada di dalam rumah gelap itu, terlihat sedang tak sadar. Dia tidak mengetahui keberadaan orang-orang yang bersembunyi di ruang tamu.
Tuan Zhao berjalan perlahan menuju papan peringatan yang terletak di ruang tamu.
Saat dia berjalan, jejak-jejak kaki muncul di abu tanaman yang berceceran di ruang tamu.
Tuan Zhao semakin dekat dan dekat. Dia berdiri di hadapan papan peringatan dan menatap benda itu.
Melalui cahaya redup dari dua lilin yang berada di masing-masing sisi papan peringatan, Nyonya Zhao akhirnya bisa melihat wajah pria itu.
Ah! Tidak! Wajah itu sudah tidak normal lagi.
Darah mengalir dari kedua matanya, dan matanya terlihat akan keluar kapanpun. Pipi Tuan Zhao berwarna ungu kehijauan, dan ada memar berdarah di ujung bibirnya. Wajahnya hampir tak terbentuk, dan kehilangan warnanya. Tidak ada ekspresi apapun pada wajah itu. Seolah lelaki yang sudah mati baru keluar dari peti matinya, tidak ada bedanya dengan hantu dan zombie yang tergambar pada film-film.
"Pe... Pendeta..."
Nyonya Zhao menggertakkan giginya – dia berharap bisa meraih ujung jubah biksu terkemuka itu untuk menenangkan hatinya.
Biksu terkemuka itu menutup matanya dengan lembut, memberinya tatapan 'jangan khawatir, dan tenanglah'.
"Nyonya Zhao, itu hanya ilusi."
Ilusi... jadi, itu tidak ada?
Namun, percakapan ini membuat roh Tuan Zhao tertegun.
Bahunya yang kaku menjadi kejang. Perlahan, dia berputar, kedua matanya yang kosong namun berdarah-darah langsung menatap ke arah Nyonya Zhao.
Dengan sedikit keraguan, Tuan Zhao mendekat.
Satu langkah, dua langkah, tiga langkah.
Jejak kaki di lantai tampak seperti wajahnya yang mengerikan, sama sekali tidak seperti manusia.
"Bangsat, apakah itu kamu?"
Suara itu terdengar seolah berasal dari batas dua dunia kdan juga serak seperti lonceng kematian yang rusak, sangat tak nyaman terdengar hingga ke tulang. Hal itu juga yang membuat Nyonya Zhao terpaku di tempat seperti patung bersama dengan kursi rodanya.
Seolah-olah waktu sedang berhenti.
Nyonya Zhao berpikir kalau dia melihat pria itu tersenyum.
Dalam senyuman itu, masa lalu mereka terlihat berbondong-bondong datang padanya seperti kabut.
"Bukan.... bukan aku. Jangan salahkan aku, tolong... jangan salahkan aku..."
...
"Brengsek!"
"Brengsek!!"
"Brengsek!!!"
Tuan Zhao terlihat sedang menumpahkan amarahnya, menggertakkan gigi dalam kegelisahan dan kesakitannya.
"Kamu yang membunuhnya, kamu yang membunuhku..."
Terdapat kebencian, banyak sekali kebencian, penuh dengan kebencian, dan terlalu banyak kebencian.
Kata-katanya dipenuhi rasa sedih dan amarah, yang hampir tak dapat dia kontrol.
Lagipula, kaki Tuan Zhao tidak bergerak luwes selayaknya manusia, setiap langkahnya kaku seperti mayat.
Akhirnya, dia pergi ke hadapan Nyonya Zhao, seolah dia tahu dimana wanita itu berada. Wajahnya dipenuhi dengan hawa dingin yang pekat.
"Brengsek, apa yang ingin kamu katakan?"
Nyonya Zhao bersandar ke belakang, kepalanya hampir terjatuh di kedua tangan Xiao Cheng, dan suara desis yang dia tahan terdengar setajam gong yang pecah.
"Bukan aku! Kamu yang memaksaku membunuhnya – yang membunuhnya bukan aku, itu kamu! Kamu!"
"Heheheh!"
Dengan tawa yang tidak wajar, Tuan Zhao melangkah lebih dekat.
"Kalau begitu, kamu harus ikut denganku... untuk menjelaskannya kepada Raja Neraka!"
Tiba-tiba, Tuan Zhao mengulurkan tangannya yang mengerikan, dimana kelima jarinya tampak seperti cakar ayam. Ketika dia mengarahkan tangannya menuju Nyonya Zhao, beberapa darah terciprat di tudung putihnya.
"AHHH!" Nyonya Zhao berteriak nyaring, "Pendeta, tolong aku!"
Pendeta terkemuka itu duduk di bantal kaki anyaman dengan mata tertutup, benar-benar tenang seperti sedang meditasi. "Nyonya Zhao, semua hanya halusinasimu, ilusimu. Bentuk adalah kekosongan, kekosongan adalah bentuk. Bentuk tak lain adalah kekosongan, dan kekosongan tak lain adalah bentuk..."
"Kalian tidak ada yang bisa melihatnya...?"
Xiao Cheng melihat ke arah Nyonya Zhao dengan tatapan bingung.
Setelah itu, Xiao Cheng menggelengkan kepala, kedua matanya penuh dengan ketakutan.
"Nyonya... apa yang kamu lihat...?"
"AHH! AHH!" Nyonya Zhao benar-benar ketakutan.
Tangan Nyonya Zhao yang kurus menutupi telinganya, lalu menutupi kedua matanya dengan panik.
Di ruang tamu, dia mendengar suara dingin dari ujung yang tak diketahui, yang langsung masuk ke dalam tulangnya, membuatnya mengeluarkan keringat dingin.
"Mustahil! Tidak ada hantu di dunia ini! Tidak ada hantu di dunia ini!!"
"Itu bukan hantu." Tuan Zhao sedang berdiri di ruang tamu yang gelap, darah di tubuhnya perlahan menetes ke abu tanaman. "Bukan hantu... lalu, aku ini apa?"
Tuan Zhao sedang berbicara. Nada suaranya terdengar sedang tertawa, namun mulutnya jelas tertutup, dan hanya ada darah yang mengalir dari ujung bibirnya!
Kejadian itu benar-benar mengerikan!
Kengerian yang tergambar di wajah Nyonya Zhao telah mencapai puncaknya, membuatnya merosot di kursi rodanya, dengan putus asa, dia mengusap dahinya sambil menenangkan diri.
"Tidak, tidak, jangan seperti itu! Jiahang, sehari bersama sebagai suami dan istri, berarti pengabdian tanpa akhir untuk sisa hidup kita. Aku, a-aku tidak pernah memperlakukanmu dengan buruk... jika bukan karena aku, mungkin kamu masih menjadi lelaki miskin yang menjual ikan sepanjang hidupmu..."
"Bahkan jika aku jadi penjual ikan, setidaknya aku masih bisa hidup!"
"Kamu yang mengkhianatiku lebih dulu..."
"Jadi, dengan begitu kamu bisa membunuhku?"
"Aku tidak membunuhmu!" Nyonya Zhao berteriak, lalu dia bergegas menutup mulutnya. "Tian Xiaoya yang membunuhmu! Dia yang ingin membunuhmu!"
"Kamu yang menekanku untuk menyingkirkan mereka dalam seminggu! Kamu juga yang memberitahu Tian Xiaoya kalau aku akan membunuh dia dan anaknya yang belum lahir kan?!"
Nyonya Zhao melihat ke arah Tuan Zhao seperti sedang melihat hantu.
Nyonya Zhao terlihat cukup lega, tetapi dia juga terlihat memikirkan hal yang lain karena matanya yang tak bergerak dalam waktu yang lama.
Darah pada wajah Tuan Zhao seperti hampir mengering, kedua matanya sekarang menjadi dua lubang darah. "...itu kamu, dasar wanita jahat! Kamulah yang membunuhku dengan tangannya, lalu kamu membiarkan kami saling menyerang! Membuatmu bisa mengambil keuntungan dari konflik kami!"
"Keuntungan? Keuntungan macam apa? Apa yang aku dapat dari semua ini?!"
Hanya menatap cahaya lilin dan bukan yang lain, Nyonya Zhao tampak sudah menjadi gila.
"Hahahahah! Kenapa kamu tidak berpikir kalau keserakahan yang telah membunuhmu?! Bukankah karena kamu tidak bisa melupakan uang dan ketenaran, yang membuatmu membunuh kekasih dan juga anakmu yang belum lahir? Anak itu seharusnya menjadi bayi kecil yang baru lahir dengan tangan dan kaki, kan? Dalam waktu tiga bulan, dia bisa memanggilmu ayah, kan? Tapi Zhao Jiahang, kamu membunuhnya... kamu telah membunuh anak itu!!"
Nyonya Zhao berteriak sangat kencang.
Teriakan yang nyaring itu membuat Xiao Cheng ketakutan!
Xiao Cheng mundur ke belakang dan menetap di samping biksu yang sedang 'meditasi'.
Nyonya Zhao memegang kursi rodanya dengan erat. Tangannya gemetar dan dia terlihat histeris.
"Kamu yang membawanya sendiri! Aku sangat mencintaimu, tapi kamu berkhianat dan memanfaatkanku! Kamu menikahiku karena uangku saja, tapi kamu tidak ingin dikendalikan oleh keluargaku. Zhao Jiahang, kenapa aku mengalami kecelakaan mobil beberapa tahun yang lalu?! Kamu tahu kenapa? Karena kamu yang melakukannya! Sopir itu adalah sepupu dari kampung halamanmu! Dia sengaja memasuki jalur bus kota, bukankah karena dia terhasut olehmu?!"
"Heheheheh!" Tuan Zhao menatap wanita itu, sambil tertawa aneh. "Kamu salah, itu bukan aku."
Nyonya Zhao seperti tersambar petir, dan dia terpana.
"Tidak ada uang yang bisa membeli nyawa seseorang berapapun jumlahnya. Walaupun sepupuku orang yang miskin, kenapa dia ingin membuang nyawanya? Kamu terlalu konyol! Aku belum pernah berbohong padamu selain hubunganku dengan Tian Xiaoya... Cintaku padamu dan semua kata-kata yang kuucapkan di masa lalu, semuanya murni dan tulus."
"Kamu masih ingin melindungi dirimu sendiri? Kalau bukan karena keserakahanmu, menjadi berhati gelap dan kejam, kita tidak akan berakhir seperti hari ini..."
"Hari ini, ada apa dengan hari ini?" Suara Tuan Zhao terdengar samar, tawanya bahkan lebih parah dari teriakannya. "Hari ini, aku akan berjalan dengan istri dan anakku menuju dunia lain. Tapi, kasihan sekali kamu... kamu sendirian dan hari-harimu akan terasa seperti bertahun-tahun. Kamu pasti akan berharap lebih baik mati, lebih baik mati, lebih baik mati..."
Kata-kata 'lebih baik mati' yang dia ucapkan tiga kali membuat Nyonya Zhao kembal imarah .
Seluruh tubuhnya tampak gemetar karena amarah ketika dia berteriak kasar pada Tuan Zhao.
"Tidak perduli apapun, aku masih lebih baik daripada kamu! Setidaknya aku masih hidup, tubuhku masih bernafas. Coba lihat dirimu – seperti apa dirimu sekarang? Kamu bahkan lebih parah dari anjing yang berkeliaran di jalanan..."
"Heheheheh!" Tuan Zhao mengejeknya, "Kamu juga secepatnya akan menjadi lebih parah dari seekor anjing."
Nyonya Zhao tertegun.
Tuan Zhao mengambil langkah mendekat, kemudian tertawa geli. "Apa kamu pikir bahwa kepolisian itu orang bodoh yang bisa kamu olok-olok? Kamu memaksaku membunuh Tian Xiaoya. Merasa khawatir kalau aku akan luluh padanya, kamu meracuninya dan menyuap dokter untuk mengeluarkan sertifikat kematian, bahwa dia meninggal karena gagal jantung. Sebelum itu, kamu bahkan menyuruh Tian Xiaoya mengutak-atik mobilku..."
"Tidak! Aku tidak ingin membunuhmu! Aku tidak ingin!"
Nyonya Zhao melihat pria itu berjalan mendekatinya, dan segera menutup wajahnya, tidak ingin berhadapan dengan pria itu.
"...Aku hanya ingin membiarkanmu tahu seberapa jahatnya wanita itu, dia wanita yang kejam, dan jangan cintai dia lagi... dan kembalilah padaku."
"Apa kamu pikir aku akan mempercayaimu?" Tuan Zhao tersenyum menghina. "Jika bukan karenamu, kenapa kamu tidak berani terbuka dan bahkan memanfaatkan orientasi seksual Wang Tongsheng yang orang lain tidak tahu... Memaksanya melarikan diri tengah malam, memancing polisi untuk memperhatikannya, dan memaksanya untuk mengaku bersalah atas pembunuhan itu?"
"Hahaha!" Nyonya Zhao tertawa histeris. "Apakah dia bodoh?! Aku memaksanya dan dia akan melakukan apa yang aku suruh? Jadi, rasa malu karena orientasi seksual lebih penting dari nyawanya sendiri?"
"Bagi semua orang, nyawa memang penting." Suara Tuan Zhao menjadi dingin. "Apalagi, kamu orang yang sangat pintar, tentu saja, kamu akan membuat semuanya terlihat tanpa celah. Kamu berpura-pura menjadi Tian Xiaoya dan membuat Wang Tongsheng berpikir kalau dia masih hidup, juga membuatnya percaya... kalau dia tidak mengaku bersalah, kamu akan membunuh Tian Xiaoya dan anaknya yang belum lahir. Bagaimana dia tidak melakukan perintahmu? Dia sangat mencintaiku sehingga dia ingin melindungi satu-satunya darah dagingku di dunia. Dasar tak tahu malu karena sudah menggunakan perasaannya, perasaan seorang homoseksual..."
Suara Tuan Zhao terdengar lebih tenang dari sebelumnya, benar-benar tidak seperti 'jiwa' yang berbicara.
Namun, otak Nyonya Zhao sudah dikendalikan oleh petunjuk psikologis, dan tidak bisa membedakan antara kenyataan dan ilusi.
Wanita yang terombang-ambing oleh emosi sampai menjadi gila itu sangat menyedihkan.
Nyonya Zhao telah dikuasai oleh kebencian. Kata-katanya menyedihkan namun tajam, dan dia tiba-tiba berdiri dari kursi roda!
Ya, dia benar-benar penuh dengan amarah hingga dia berdiri, menunjuk dan berteriak histeris pada Zhao Jiahang.
"Ya, semua orang mencintaimu. Walau awalnya mereka tidak menyukaimu, mereka akhirnya akan mencintaimu. Lalu, bagaimana denganmu? Siapa yang kamu cintai? Katakan, siapa yang kamu cintai? Siapa lelaki yang dengan putus asa mengatakan bahwa cintanya untukku akan abadi dan tidak berubah? Siapa lelaki yang mengatakan pada Tian Xiaoya kalau dia akan melindunginya dan anaknya yang belum lahir, bahkan tidak akan meninggalkan dan mengkhianati mereka? Siapa lelaki yang paham bahwa Wang Tongsheng mencintainya tapi tanpa rasa malu memanfaatkannya?"
"Dia, sudah, mati." Tuan Zhao menjawab tanpa terburu-buru. "dibunuh olehmu."
Nyonya Zhao tiba-tiba menyadari kalau suara Zhao Jiahang berubah menjadi jelas. Dia bergetar dan langsung tersadar.
"Kamu..."
"Tian Xiaoya! Masih belum mengaku bersalah?"
Ding! Seluruh lampu di ruang tamu menyala.
Orang yang seharusnya adalah roh 'Zhao Jahang' tiba-tiba melepas topengnya, merapikan rambut, dan menghembuskan nafas lega.
"Tuan muda ini hampir mati karena lemas! Kalau Oscar tahun ini tidak memberiku penghargaan, bahkan Surga pun tidak akan mentolerirnya!"
...