Chereads / Lahirnya kembali sang bintang / Chapter 30 - Berjumpa Denganmu di Malam Bersalju

Chapter 30 - Berjumpa Denganmu di Malam Bersalju

Saat semua orang memandang Xia Ling bersamaan, ekspresi Chu Chen cukup terkejut. Ia jelas-jelas tidak mengharapkan Wei Shaoyin untuk peduli terhadap seorang asisten biasa.

Tanpa banyak berpikir, Xia Ling berkata, "Uang."

Wei Shaoyin terkesan tidak suka. "Tunjukkan sedikit harga dirimu."

Xia Ling agak jengkel. Memang ia kaya-raya, tapi ia masih harus pengertian dengan keadaan Xia Ling. Xia Ling berhutang uang yang besar kepada perusahaan dan perlu melunasinya secepat mungkin sehingga ia bisa meninggalkan dunia hiburan. Bukankah itu bagus sekali?

Tentu saja, Wei Shaoyin jelas-jelas tidak berpikir demikian.

Dia menunjuk Xia Ling saat dia menjawab Chu Chen, "Pastikan kau memenuhi permintaannya. Atasi semaksimal mungkin, selain memberikannya ..." Ia tersenyum, menunjukkan dua baris gigi putih yang sempurna. "... uang."

... Astaga, Wei Shaoyin yang jahat.

Xia Ling membuang muka dengan sedih. Selain uang, dia benar-benar tidak membutuhkan apa-apa.

Chu Chen mengangguk setuju. Ia pergi bersama Xia Yu setelah berpamitan.

Wei Shaoyin menoleh ke arah Xia Ling dan menceramahinya. "Uang adalah sesuatu yang paling tidak berharga di dunia ini, dan kau hanya mau itu?"

Xia Ling ingin sekali mengabaikannya.

Di depan pintu, Chu Chen berhenti sesaat sebelum menutupnya. Ia berbalik untuk melihat Wei Shaoying dan Xia Ling sekali lagi.

Xia Ling terlalu malas untuk menebak apa yang ia pikirkan, ia merajuk sambil mengutak-atik potongan lemon di dalam gelasnya.

Wei Shaoyin mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat jam. Ia berkata, "Sudah hampir waktunya penutupan acara. Aku harus pergi ke studio rekaman. Bawa barang-barang kita dan tunggu aku di luar. Aku akan menjemputmu."

Pria itu suka menyetir mobilnya sendiri dan tidak mau menggaji seorang sopir.

Xia Ling hanya bisa melampiaskan kemarahannya dalam hati, dan diam-diam mengomeli Wei Shaoyin yang obsesif kebersihan dan sangat kecil hati.

Ia tidak menyadari keluhan Xia Ling dan meninggalkan ruangan untuk menyelesaikan pekerjaannya, meninggalkan Xia Ling seorang diri di ruang makeup yang kosong. Ia melihat sekeliling ruangan sebelum mengenakan jaketnya dengan sedikit enggan, lalu mengumpulkan barang-barang yang berserakan dan berbalik badan untuk pergi.

Pintu belakang stasiun siaran sangat sepi. Pintu tersebut menuju halaman pribadi yang luas dan terbuka, tidak perlu khawatir akan diganggu para fans. Pintu keluar dekat dengan tempat parkir dan ini adalah tempat dimana para artis keluar setelah merekam pertunjukan. Terlihat pagar dari tanaman hijau yang cantik, membuat sekelilingnya terasa tenang dan indah.

Xia Ling keluar terlebih dahulu, dan tidak ada orang di sekitarnya. Angin malam yang dingin menghembus dirinya, membuatnya menggigil.

Salju mulai turun...

Ia mendongak dan melihat bunga-bunga salju yang jatuh dari langit malam.

Di bawah lampu-lampu jalan bergaya Eropa yang redup, serpihan putih dan lembut jatuh dan membentuk lingkaran-lingkaran kecil yang cantik, terlihat seperti bulu malaikat. Ia mengangkat wajah dan tangannya ke atas untuk menyentuh serpihan salju dengan ujung jari, melihatnya meleleh perlahan-lahan dan membentuk tetesan kecil air yang jernih.

Dalam kehidupan masa lalunya, ini adalah permainan yang ia senangi. Hal yang perlu ia lakukan hanya mengangkat jarinya untuk melihat kemurnian dan kejernihan dunia.

Pei Ziheng tertawa dan mengatakan bahwa ia seperti anak kecil. Ia akan memeluknya dari belakang, takut kalau Xia Ling masuk angin. Ia menggunakan tangannya yang hangat dan kering untuk menutupi tangannya dan menarik Xia Ling ke dalam pelukannya. Kemudian, Xia Ling akan merasa Pei Ziheng telah mengganggu dan mengeluh bahwa ia tidak merasa kedinginan, berusaha untuk membebaskan diri dari pelukannya. Kadang-kadang, ia menyerah pada kemarahan kecilnya, tetapi ada juga saatnya ia menolak untuk melepaskan dan berkata, "Xiao Ling, jangan nakal dan dengarkan omonganku."

Setelah dipikir kembali, apa pun yang Xia Ling lakukan atau tidak lakukan, setiap gerak-geriknya tidak pernah lepas dari kendali Pei Ziheng.

Xia Ling menarik tangannya saat ia memikirkan perasaannya, bulu matanya yang lembut membuat bayangan di kelopak matanya. Kematian telah memberinya kebebasan yang ia idamkan, pria itu sudah tidak lagi mempengaruhinya. Angin malam serta salju berhembus mengenai tubuhnya, membuatnya menggigil tak terkendali. Ia menarik jaket tipis itu lebih erat ke tubuhnya.

Ketika ia berbalik untuk pergi, tiba-tiba ia melihat bayangan tinggi di dekat bawah tangga sedang bersandar pada Rolls-Royce hitam dan diam-diam menatapnya.

Pada saat itu, napasnya terhenti sejenak.

Itu adalah…

Pei Ziheng.

Xia Ling tidak bisa bergerak dan hanya menatapnya kembali. Pada saat itu, seolah-olah seluruh dunia menjadi hitam dan putih dan hanya terlihat wajahnya yang sangat jernih. Setiap garis di wajahnya mempengaruhi detak jantung dan pernapasan Xia Ling.

Salju turun dengan tidak teratur di antara mereka berdua.

Ia lebih kurus dari sebelumnya, walaupun ini membuatnya terlihat lebih muda dan karismatik. Di antara alisnya, ada garis kerutan mendalam yang membuat Xia Ling merasa ingin mendekatinya dan mengusapnya hingga halus. Ia diam-diam mengepalkan tangannya dengan kuku jari menusuk ke tengah telapaknya. Rasa sakit membuatnya kembali tersadar.

Pria itu mengenakan mantel hitam panjang yang dibuat khusus, yang ia padukan dengan syal abu-abu panjang. Rokok di antara jarinya hampir habis terbakar.

Xia Ling ingat kalau dia tidak biasa merokok.

Xia Ling merasa air mata mulai memenuhi matanya dan hatinya terasa dihunjam.

Xia Ling pernah mencoba melarikan diri darinya, dengan segala konsekuensinya, dan telah berulang kali memberitahu dirinya untuk tidak memikirkan pria itu lagi. Namun hari ini, ketika ia berdiri dengan nyata di depannya, Xia Ling menyadari dengan segenap hatinya yang terluka, bahwa dia masih sangat mencintainya.

Bukankah itu sangat menakutkan?

Xia Ling terkejut dengan dirinya sendiri. Ia membalikkan badan untuk pergi, tetapi terasa seperti ada akar di kakinya.

Sopir keluar dari mobil untuk memegang payung di atas kepala Pei Ziheng, tetapi ia mengabaikan dan terus menatap Xia Ling tanpa bersuara. Matanya gelap, dan ekspresi wajahnya tidak bisa dibaca.

Sopir itu mengucapkan beberapa kalimat kepadanya dengan suara berbisik.

Ia mematikan rokok dengan satu tangan dan menerima beberapa barang yang diserahkan oleh sopirnya.

Sebuah suara yang akrab terdengar dari dekat. "Kak Ziheng."

Tanpa menolehkan kepalanya, Xia Ling tahu itu adalah Xia Yu. Ia terdiam melihat Xia Yu mendekat dan mengangkat kepalanya untuk melihat Pei Ziheng di samping mobil. Wajah kecilnya dipenuhi dengan kegembiraan dan kepolosan ketika ia berkata, "Kak Ziheng, apakah kau datang khusus untuk menjemputku?"

Pei Ziheng akhirnya mengalihkan pandangannya dari Xia Ling. Setelah melihat ke bawah, ia perlahan-lahan mengalungkan benda di tangannya ke leher Xia Yu. Pada saat itulah Xia Ling menyadari bahwa benda itu adalah syal tenun khusus. Coraknya cukup familiar olehnya, dan ia kemudian teringat kalau syal itu berasal dari merek yang ia suka.

Tak terhitung berapa kali Pei Ziheng memperlakukannya dengan kasih sayang. Sekarang, Xia Yu lah yang menerimanya.

Serpihan salju jatuh di wajahnya, dan ia merasakan hawa dingin menusuk tubuhnya hingga ke tulang. Xia Ling melangkah mundur, menuju bayangan lampu jalan. Ia menatap ke bawah dan merenung. Mungkin sebaiknya ia menunggu Wei Shaoyin di tempat parkir.

Namun, sebelum bergerak, ia mendengar suara Wei Shaoyin datang dari depannya. "Xiao Ling!"

Sebelum bereaksi, Pei Ziheng, yang sedang masuk ke mobilnya, tiba-tiba berbalik dan menatapnya lagi, matanya seperti elang. Xia Ling seperti dibakar dengan tatapannya.

Teror menghinggapi seluruh tubuhnya, dan kenangan masa lalu membanjiri benaknya. Tiba-tiba, ia teringat betapa jahatnya lelaki ini, hawa dingin secara perlahan menjelajahi tubuhnya dan setiap sel di tubuhnya menjerit kesakitan. Ia jelas-jelas berada di dalam tubuh yang sangat berbeda, tetapi perasaan takut itu seperti tertanam dalam jiwanya. Ia bisa mengingat setiap detail yang begitu menyiksa dengan jelas. Sungguh tidak dapat dipercaya...

Xia Ling tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya; Apakah kau masih benar-benar mencintai pria itu? Masihkah mencintai monster itu...?

Ia merasakan tubuhnya bergetar di tempat dan nyaris tidak bisa berdiri.

Wei Shaoyin berteriak lagi. "Xiao Ling!"

Ketika kembali tersadar, ia melihat tatapan Pei Ziheng menjadi semakin ganas. Ia mencaci-maki Wei Shaoyin dalam hatinya karena lebih banyak menyebabkan masalah daripada membantu. Ia berpikir serius sejenak, apakah dia harus merubah namanya setelah kembali, tetapi dengan sedih berpikir bahwa Pei Ziheng sudah mendengar namanya dan sudah terlambat untuk mengubahnya sekarang ...

Ia berbalik untuk melihat Wei Shaoyin dan melihatnya duduk di kursi pengemudi Ferrari. Ia telah menurunkan jendela mobil dan memanggilnya dengan tidak sabar.

Mobil yang luar biasa mahalnya itu persis di belakang Rolls-Royce milik Pei Ziheng.

*** * ***