(ohh ini Dokter Pica itu)
"Maap dia sedang tidak ada dirumah." jawabku
Baiklah, tolong sampaikan padanya "aku telah kembali !" terimakasih. Dia berbalik dan masuk kemobilnya lalu pergi.
Aku masih tertegun di depan pintu. Apa maksud kata2nya? Telah kembali?
Ku tutup pintu rumah. Aku rasakan dadaku sesak. Entah mengapa kedatangannya menggangguku. Dan aku merasakan akan ada sesuatu yang terjadi. Aku ambil hapeku, aku memencet nomer Kak Neam..
"Kak".. suaraku berat
"Iya sayang?" jawabnya lembut
"Kak" akupun menangis. sesak didadaku tak tertahankan. kehadiran Dokter Pica memberikan beban tersendiri.
"Ada apa? kamu dirumah gak apa2 kan?kenapa sayang?katakan.. "kak neam mulai khawatir mendengar tangisku.
"Dia.. Dokter Pica.. datang kemari.. dia bilang dia telah kembali." aku masih terisak
Siapa?Dokter Pica?bagaimana dia bisa tau alamat rumah kita? sudah sayang kamu gak usah kawatir, aku akan mengurusnya. Sekarang sayang tenang..
Iya Kak..
(aku menutup telepon Kak Neam) lalu hapeku berbunyi lagi.
aku lihat Kak Neam meneleponku balik.
Sayang.. aku mencintaimu.. Dokter Pica atau siapapun tidak akan bisa mengambilku darimu sayang.
Iya Kak,
(percakapan singkat kami berakhir dan kesadaranku mulai kembali normal)
aku berdiam beberapa saat di sofa. Memikirkan ketidakjujuran Kak Neam dulu. semoga ini tidak terjadi lagi.
Akupun bangkit, menyelesaikan tugasku membuat Lamaran Pekerjaan.
....
1 minggu sebelumnya..
Wahh akhirnya aku menghirup udara Surabaya lagi. Membuatku bergelora setiap datang kemari, karena aku tau Surabaya selalu menghadirkan Kien disetiap aku mengingat atau mendengar tentang Kota ini.
Dokter Pica pun keluar Bandara Juanda dijemput oleh supirnya.
Vinda, aku uda di Surabaya.. kamu dimana ketemu yuk..
Pica ku yang cantik, akhirnya balik juga kamu dari Lampung.. Hayuk ketemu.. besok malem ya setelah aku pulang Praktek.
Boleh-boleh kita ketempat biasa aja yuk di Sego Sambelan yang depan Unair. Baitewe kamu masih jalan sama Rudolfo kan?
masih Say, kenapa? wahh pasti kamu mau tanya2 tentang Kien-mu kan? nyerah deh say, dia mau nikah.
Yaudah besok aku kabarin ya kalau udah selesai praktek.. see u cantik..
Hahaha.. iya see u Vind..
...
Mau nikah?dengan cinta remajanya? Kien.. kamu serius? Kien kamu milikku. aku akan melakukan sesuatu. Obsesi Pica memenuhi pikirannya.
...
hay Vin, sebelah sini.. aku memberi kode pada Vinda untuk menuju mejaku..
hay say, dia memelukku gemas.. uda tadi datengnya?
Baru aja kok, km sendirian Vin?rudolf ga ikut?
Gak bisa ikut, dia lagi ada acara say.. Gimana di Lampung?Aku pingin sebenernya praktek di daerah terpencil gitu, pengen ngerti kendala-kendala kita sebagai tenaga medis disana..
iya Vin, emang kalau di daerah terpencil itu masalahnya penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan di daerah terpencil termasuk perbatasan seringkali mengalami hambatan karena sulitnya medan. Tidak ada/kurangnya sarana transportasi, komunikasi, serta adanya ketergantungan pada musim menjadikan biaya operasional pelayanan kesehatan menjadi sangat mahal. Sehingga seringkali pembangunan kesehatan di daerah terpencil relatif tertinggal dibanding daerah lainnya.
Iya say, bener juga ya medan yang sulit memang jadi hambatan, apalagi aku sebagai Doketer gigi say, Pasalnya, selama ini ketersediaan fasilitas kesehatan gigi di kawasan terpencil nusantara masih sangat minim. Misalpun ada, namun akses untuk mendapatkan perawatan kesehatan gigi masih tergolong sulit karena faktor geografis yang kurang mendukung. "Fasilitas utama yang dipakai dokter gigi saat pemeriksaan gigi adalah dental unit. Namun, dental unit yang ada berukuran besar dengan komponen berat serta tidak memungkinkan mobilisasi apalagi ke daerah pedalaman.
Nah itu dia Vin, balik lagi sebagai tenaga medis memang tugas kita mengabdi kepada masyarakat demi kesehatan calon penerus bangsa. Lepas dari kesulitan dan hambatan yang ada di dalamnya.
Oia Vin, kamu pernah kerumah Kien kan sm Rudolfo?
Pernah say, kenapa?
Enak ya si Kien sm tunangannya. Uda mapan sebelum nikah. Rumah, kendaraan uda ada semua. Kien juga Dokter.
Emang daerah mana rumahnya? kamu pernah ketemu tunangannya?kaya gimana tunangannya?
Rumah Kien daerah Dharmahusada Permai say, rumah jaman Belanda gt, keren rumahnya, serba putih gitu. Tunangan Kien aku pernah ketemu. Waktu aku sama anak2 kerumah Orangtua Kien. Pas Ayah Kien meninggal. Tunangannya kecil imut2, putih cantik gitu say, aku aja yang cewek gemes banget sama dia. Kaya Barbie. hahaha
Haha (aku tersenyum kecut).
Beruntung yah tunangannya. Bisa dapet Kien.
Kalo menurutku sih, mereka sama2 beruntung, mereka teryata udah pacaran 8tahun. Gak pernah putus sama sekali. Orangtua mereka pun uda deket banget, bahkan mereka udah boleh tinggal bareng semenjak tunangan. Kan rumahnya itu hadiah dari Orangtua Kien dan tunangannya say. Terbaik juga ortu mereka ya.. Sayangnya mereka memilih tinggal berjauhan. Tunangan Kien ikut ortunya di Jakarta. Pantes ya say kita gak pernah liat Kien gandeng cewek.
Kamu tau banget sih tentang Kien dan tunangannya? hahaha
Hahaha.. Abis mereka serasi banget.
Aku kan kapan itu kepo banget jadi tanya2 sm Rudolfo. Si Rudolfo tuh teryata temen mereka berdua mulai dari SMA. Makanya aku bilang kamu, nyerah aja deh say, Kien sih cinta mati sm tunangannya. Gitu kata si Rudolfo.
Oia? gak percaya aku..
Serius say, udah deh gak usah Kien, aku kenalin temenku aja ya. Dokter spesialisasi Penyakit dalam. Namanya Rico, gantengnya malah lebih dari Kien. Baik juga, keluarganya juga oke, sopan juga kaya Kien. Kien baru aja jadi Domu (Dokter Muda). Masih butuh waktu say buat Jadi dokter spesialis.
Hmmm, tapi akunya udah cinta, kata2ku manja ke Vinda.
Ayolah say jangan Kien.. Jangan jadi orang ketiga. Vinda mengingatkanku.
Aku hanya tersenyum. tapi aku tidak goyah.
Setelah itu kamipun berbincang-bincang masalah yang ringan dan kamipun berpisah.
...
Hari ini,
Aku akan menemui mu Kien, aku percaya bahwa sebenarnya aku masih punya kesempatan dihatimu. Mobilkupun melaju ke Dharmahusada Permai.
Aku berkeliling perumahan mencari rumah Belanda berwarna putih sesuai deskripsi Vinda.
Mungkin ini dia rumahnya. Aku berhenti di depan sebuah rumah megah berwarna putih.
Ting tong
(aku memencet bel, semoga saja aku tidak salah rumah )
Pintu dibuka..
Aku melihat wanita muda menggunakan celana pendek jeans. Rambut panjang berwarna coklatnya diikat menjadi satu. Ujung rambutnya bergelombang besar. Dengan poni nya yang menutupi dahinya wanita muda ini memang menggemaskan. Kaki langsingnya tak beralas kaki. putih bersih. aku seperti melihat artis korea disini. mata bulatnya bening. Bibir mungilnya berwarna pink muda glosy karena lipglossnya. aku ingat kata Vinda. Barbie.
Iya betul dia barbie yang hidup.
Apakah Kien Ada?
Maap, maksud anda Neam Kien? wanita muda ini menjawab. Suaranya seperti anak kecil. Menggemaskan memang.
Iya betul Dokter Neam Kien.. jawabku lugas..
Maap anda siapa? dia ingin tahu aku siapa. Aku yakin ini memang benar2 tunangan Kien, karena aku bisa melihat ada kekhawatiran tersirat dimata wanita muda ini.
Apalagi ketika aku dengan percaya diri mengatakan..
Saya Dokter Pica.. ! dan menutup obrolan dengan menitip pesan padanya "aku telah kembali" untuk Kien. Aku melihat kecemasannya.
Maap Nona Muda aku memukul mundur dirimu dengan kata2ku diawal kita bertemu, kamu cantik, muda, kamu akan mempunyai kesempatan untuk dicintai oleh banyak lelaki diluar sana, tapi bukan Kien.
Aku keluar dari rumah ini, masuk kedalam mobilku dan berlalu dari Barbie itu..
kring.. kring.. kring..
(nama Kien ada di layar ponsel ) untung nomerku tidak pernah ku rubah. Akhirnya kamu yang mencariku Kien.
Hay Kien apa kabar? jawabku penuh kerinduan..
Dokter Pica, dengan sangat aku minta padamu.. Jauhi aku, terutama rumahku!! Kehadiranmu menggangguku. Dan aku tidak mau pertemanan kita menjadi tidak baik karena hal ini.
Kien, aku..
Tolong Dokter Pica, aku tidak mau kehilangan tunanganku. titik
(teleponpun diputus oleh Kien)
Kien kamu sudah berubah.. kataku dalam hati..
tapi aku belom menyerah Kien..
kamu melupakan sesuatu yang pernah terjadi antara kita dulu..
(aku tersenyum )