29 September 1274 - 10:10 Am
Kota Tigris - Guild Petualang
—————
Mascara menempelkan pantatnya ke kursi setelah mendengar suara dari eorang yang dia benci. Pupil hitamnya melirik malas ke seorang pria jelek awal 30-an yang memakai chainmail¹ mahal di seluruh tubuhnya.
Sebentar saja dia melirik pria itu dan kembali memandang Simian.
"Kamu dengar sesuatu? Sepertinya aku baru dengar suara pecundang."
Pria berzirah itu tidak tersinggung. Dia justru mengarahkan telunjuknya ke Simian dengan wajah angkuh.
"Maksudmu Stauven palsu ini? Dia memang pecundang. Bocah mesum ini cuma bisa merusak nama Stauven!"
Mascara pura-pura tuli. Pria pirang emas dan berpupil hijau emerald itu semakin menatap Mascara sinis.
"Kamu benar, Jalang. Cerdas juga kamu untuk ukuran pelayan."
Ekspresi Mascara langsung berubah. Meski sebutan 'jalang' itu sering dilayangkan pria itu dan sebagian Stauven lain, Mascara masih merasa terhina. Dia menoleh Simian dan menunjukan wajah mengadu padanya.
"Dia puteri kesayangan Marquis Grall del Stauven, Preponte." Simian menghardik pelan, ekspresinya berubah dingin. Dia melirik sekilas pria itu dan bertanya, "Punya masalah di sini, Pak tua?"
"Petualang veteran sepertiku tidak punya urusan di lantai bawah, Tuan rank-B, kenapa masih bertanya? Hahahahaha!" gelak Preponte diikuti tawa kelima rekan party-nya.
Mascara tersinggung dengan arogansinya. Tapi dia tidak mampu berkata banyak. Karena sebagai rank-A Preponte memang distimewakan di guild petualang manapun. Pria burik itu bisa duduk di ruang mewah lantai atas di saat rank-rank lain bergumul di bar bawah yang kumuh. Pria itu juga memiliki perlindungan politik dari Istana sehingga bisa bertingkah sesukanya.
Tapi apapun status pria itu, Mascara tetap merasa terhina. Terlebih ketika Preponte memandang Simian dengan gelagat merendahkan.
"Kamu tersinggung, Stauven palsu? Masih sedih dikucilkan Stauven asli sepertiku? Hiks, aku jadi mau nangis."
Tatapan Simian masih lurus ke depan meski Preponte memberinya wajah menyebalkan. Dia masih menyilangkan tangannya ke dada dan nampak berusaha menjaga wajah dinginnya. Mascara paham kenapa Simian masih saja diam. Dia juga tahu masalah dengan Preponte bisa berujung urusan politik yang lebih rumit. Tapi sebagai kakak perempuannya, dia tidak terima adiknya terus dihina.
Persetan dengan urusan politik. Mascara melirik sinis Preponte dan membalas cibirannya.
"Kalau membandingkan wajah jelekmu dengan wajah tampan adikku ... hmmm, kecoa pun tahu kenapa kamu mengucilkan Simian."
"Pffttt ...."
"Hahahahaha!"
Preponte mundurkan badan karena ledekan Mascara mengundang tawa seluruh penghuni bar.
"Jangan ikut campur, Jalang. Kamu pikir urusanku serendah masalah tampang?"
"Cerdas juga kamu bisa mikir kalau tampangmu itu rendahan."
Preponte terdengar menggertakkan giginya karena sindiran Mascara berbuah tawa yang lebih riuh.
Si jelek itu pura-pura tidak menggubrisnya. Dia menoleh Simian dan berkata, "Kamu pikir bangsawan palsu sepertimu pantas jadi petualang?"
Si rambut merah itu masih saja diam sehingga Mascara mulai geregetan. Gadis itu mencolek Simian dan berujar, "Oh, si tuan rank-A ini mau bukti, Simian." Mascara menyodorkan claymore di meja kepada pemiliknya. "Aku bosan, Simian, beri aku hiburan."
Seperti dugaannya, Simian tahu apa yang dia mau. Pria itu meraih gagang claymore-nya dan menantang Preponte.
"Hanya ada satu cara membuktikan siapa di antara kita yang lebih pantas. Kamu mau tahu?"
Mendengar tantangan itu, sekali lagi Preponte memundurkan badannya.
"Rank—rank-B sepertimu tidak pantas menantang rank-A sepertiku!"
"Ow, jantan sekali," sahut Mascara bertepuk tangan. "Entah sejak kapan lantai atas jadi kandang ayam."
"Hahahahaha!"
"Wuahahahahaha!"
Mascara puas bisa membalas. Dia berkacak pinggang dan menatap wajah Preponte yang kini seperti daging setengah matang. Dia semakin terbahak ketika melihat pria itu mempelototi sekeliling ruangan untuk mengancam para petualang yang masih tertawa.
"Kamu mau gaun, Preponte? Aku punya satu, tuh di lemari, enggak pernah aku pakai. Kamu pasti cocok pakai gaun itu."
"Hahahahaha!"
"Jaga mulutmu ..." kata Preponte, nampak gemetaran. Dia menoleh Mascara perlahan dan berteriak, "Jaga mulutmu, Anak pungut!!!"