Ah Shen tertawa dengan nada yang dibuat-buat. "Aku rasa tidak. Mungkin kamu mengenali orang yang salah."
Feng Ci memiringkan kepalanya, terlihat ragu.
Ah Shen merasakan kecurigaan Feng Ci dan memutuskan untuk melarikan diri. "Ak... aku akan menyusul Feng Cang," ucapnya lalu segera berbalik dengan tergesa-gesa.
Feng Ci menatap punggung Ah Shen dalam diam. Tetapi, jika seseorang memperhatikannya dengan cermat, mereka bisa melihat tawa dalam mata pria itu.
"Idiot," gumam Feng Ci sambil memainkan belati di tangannya.
Ah Shen langsung duduk di sebelah Feng Cang dengan gugup, sesekali mencuri pandang ke arah Feng Ci yang masih menatapnya.
"Uh, siapa ini?" tanya Feng Xiu yang agak dikejutkan dengan kehadiran Ah Shen.
Feng Xiu menatap Ah Shen yang masih dalam pakaian wanitanya dari atas ke bawah. "Hei, kenapa kamu tidak mengatakan padaku kalau kamu memiliki teman cantik semacam ini?" tanyanya dengan seringai lebar.
Ah Shen baru saja akan memukulinya saat mendapatkan tatapan dari Feng Cang.
"Aku harus membicarakan sesuatu dengannya," ucap Feng Cang serius. "Kamu tahu, berbicara secara empat mata, hanya berdua."
"Tapi..."
"Tolong?" potong Feng Cang.
Ah Shen hanya bisa menelan keluhannya dan berbalik pergi.
Feng Ci melihat ini dan melambaikan tangan padanya. "Kemarilah!"
Ah Shen membuang muka. Dia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya dan bulu kuduknya berdiri saat matanya bertemu dengan tatapan penuh minat para pria di sekelilingnya. Dia kembali melirik Feng Ci yang masih tersenyum dan menelan ludah dengan susah payah. Setelah sekian lama, akhirnya... kematianku datang.
Feng Xiu berbisik pada Feng Cang. "Hei, kenapa kamu tidak mengenalkannya padaku? Dia terlihat cukup cantik dan sesuai dengan tipeku."
Feng Cang menatap Feng Xiu dengan tatapan yang entah mengapa membuatnya merasa tidak nyaman.
"Hei, ada apa?" Feng Xiu merasa ada yang salah dengan tatapan gadis itu.
Feng Cang menggeleng. "Jaga mulutmu itu," gumamnya pelan. "Kamu selalu mengundang maut saat menggunakannya."
"Huh?"
"Kamu belum menjawab pertanyaanku," ucap Feng Cang mengalihkan topik pembicaraan. "Kenapa kamu di sini?"
Feng Xiu memanyunkan bibir. "Aku sudah memintamu untuk menebaknya."
Feng Cang mengangkat tangannya, siap memukul pria itu seandainya masih mencoba mengatakan omong kosong.
"Oke! Oke! Aku akan berbicara. Turunkan tanganmu! Little Junior, bukankah kita sudah berjanji untuk tidak menggunakan kekerasan di tempat umum?!"
"Bicara," perintah Feng Cang.
"Itu karena Setan. Dia ingin mendirikan markas di sini juga." Feng Xiu menatap Feng Cang dengan hati-hati. "Asal kamu tahu, dia selalu membuat keributan setiap mengecek kemajuan proyek ini. Dia bahkan memaksa kami semua bekerja dengan alasan yang tidak masuk akal. Setiap dia bersin dia akan memajukan tanggal keberangkatan kami hanya karena berpikir bahwa kamu merindukannya dan tid..."
"Kami sudah putus," potong Feng Cang.
"Lihat, aku tahu itu akan terjadi cep... Apa?!" teriak Feng Xiu dengan nyaring, membuat orang-orang di sekeliling mereka mengalihkan perhatian kepadanya.
"Maaf, temanku agak mabuk," ucap Feng Cang sambil tersenyum canggung.
Orang-orang itu menggeleng pelan sebelum kembali ke kegiatan mereka masing-masing.
Feng Cang memelototi Feng Xiu yang hanya duduk di sana dengan tatapan kosong. "Kenapa kamu selalu membuat keributan di tempat umum?!"
"Little Junior, ini berbahaya!" ucap Feng Xiu seakan-akan tidak mendengarkan ucapan Feng Cang. "Bagaimana kalau dia membunuhmu?! Dia terlihat seperti tipe orang yang akan mengatakan 'jika aku tidak bisa memilikimu, maka tidak ada seorang pun yang bisa memilikimu!'. Ah! Apa yang harus kita lakukan?!"
Feng Xiu menatap Feng Cang dengan panik.
Kalau saja Feng Cang tidak memikirkan citranya, dia mungkin sudah memukuli Feng Xiu sejak tadi.