"Wang Wei, apa yang kamu rencanakan?" tanya Feng Cang tajam.
Senyuman Wang Wei melebar. "Aku memberimu kejutan!" ucapnya ceria.
Alis Feng Cang saling bertautan. "Kejutan apa?"
"Aku. Aku kejutanmu," jawab Wang Wei dengan bangga.
"Apa kamu menyukainya?" tanyanya kemudian. "Kamu harus menyukainya. Aku tahu itu!"
Feng Cang ingin menghancurkan pria itu detik itu juga.
Wang Wei menatap Ah Shen dengan alis yang saling bertautan. "Apa yang kamu tunggu? Jalankan mobilnya!"
Ah Shen: "..." Apa kamu pikir aku sopirmu?
Tetapi, pada akhirnya, dia masih menyalakan mesin mobil.
Wang Wei menatap Wu Xi dengan tidak puas. "Kenapa kamu masih ada di sini?!"
Wu Xi menaikkan salah satu alis. "Aku mau menumpang."
"Huh?! Tidak! Tidak bisa!" Wang Wei berteriak.
Feng Cang menatapnya tajam. "Ini bukan mobilmu," ucapnya dingin. "Berhenti bertindak tidak masuk akal!"
Wang Wei menatap Feng Cang. "Aku tidak mau duduk bersebelahan dengannya!"
Kerutan di dahi Feng Cang semakin dalam. "Wang Wei! Apa kamu seorang anak kecil?!"
"Ya! Aku!" Wang Wei balas berteriak.
Ah Shen melirik Feng Cang dan Wang Wei secara sekilas sebelum kembali memfokuskan diri ke jalan di depannya saat merasakan ketegangan diantara mereka. Tidak. Aku tidak tahu apa-apa. Sungguh.
Feng Cang menghela napas panjang. "Kalau begitu, kita bertukar posisi," ucapnya.
"Apa?! Tidak! Aku tidak bisa membiarkanmu duduk berdua dengannya!"
Feng Cang melotot. "Lalu, apa kamu mau menggantikan Ah Shen menyetir dan membunuh kita semua?!"
Pada akhirnya, Wang Wei masih duduk di kursi belakang dengan enggan. Dia akan menatap Wu Xi dengan tatapan berapi-api di setiap kesempatan, membuat Wu Xi merasa tidak nyaman cepat atau lambat.
"Uh, apa kita saling mengenal?" tanya Wu Xi saat merasa tatapan Wang Wei yang semakin panas.
Wang Wei membuang muka. "Mengenal orang sepertimu hanya akan merendahkan diriku."
Wu Xi terdiam. "Jadi, kita saling mengenal?" tanyanya kemudian.
Wang Wei menatap Wu Xi tapi tidak mengatakan ya atau tidak, hanya menatap.
Feng Cang dan Ah Shen yang ada di kursi depan saling melirik dengan pemahaman diam-diam. Hmm, sepertinya kedua pria itu memiliki beberapa sejarah bersama.
"Sayangku, kemana kita akan pergi?" tanya Wang Wei yang sudah mengalihkan perhatiannya ke gadis itu.
"Kemana lagi? Pulang," jawab Feng Cang setengah hati.
"Pulang kemana?"
Feng Cang menunjuk Ah Shen.
Wang Wei cemberut. "Aku lapar."
Tidak ada yang menanggapi.
"Sayangku, aku lapar," ucap Wang Wei. Kali ini dengan nada yang lebih manja.
"Apa kamu ingin aku menurunkanmu di restoran terdekat?" Feng Cang balik bertanya sambil menahan keluhannya.
"Tidak bisakah kamu memasak untukku?" tanya Wang Wei. "Ayolah, aku baru turun dari pesawat dan segera berlari kemari untuk menemuimu. Tidakkah kamu ingin memberiku beberapa hadiah selamat datang? Atau mungkin... pelukan selamat datang?"
Feng Cang tersenyum. "Tidak."
Ah Shen terlihat tertarik. "Kamu bisa memasak?"
"Ya. Sedikit," jawab Feng Cang.
"Aku tidak tahu hal itu," ucap Ah Shen yang tiba-tiba berubah suram.
"Ah? Aku belum pernah memasak untukmu?"
Ah Shen menggeleng.
Wang Wei diam-diam tersenyum penuh kemenangan.
Wu Xi melihat ini dan jatuh ke dalam pemikirannya sendiri. Dia bahkan tidak sadar kalau mereka sudah sampai di depan gedung perusahaannya.
"Tuan Wu, kita sudah sampai," ucap Feng Cang menarik Wu Xi kembali ke kenyataan.
"Oh, benarkah?" Wu Xi menatap gedung Group Wu di luar dan mengangguk.
Dia menoleh ke Ah Shen dan Feng Cang lalu tersenyum lebar. "Terima kasih sudah mengantarku!" ucapnya. "Bagaimana kalau aku mengajak kalian makan siang suatu saat nanti sebagai ucapan terima kasih?"
Wang Wei dan Feng Cang memutar mata saat mendengar ucapan Wu Xi. Satu kata yang ada di pikiran mereka: Modus.
Ah Shen tersenyum. "Tentu."
Wu Xi menatap Wang Wei. "Um, Tuan..."
"Wang," sahut Feng Cang saat melihat Wang Wei yang hanya bersedekap sambil membuang muka, tidak terlihat berniat menjawab sedikit pun.
"Oh, kalau begitu, sampai jumpa, Tuan Wang! Semoga kita bisa bertemu di lain waktu," ucap Wu Xi dengan ramah.
Wang Wei menatapnya dengan tatapan gelap. "Kamu tidak akan bisa tersenyum seperti itu lagi di lain waktu," ucapnya lalu menutup pintu mobil dengan kasar.