Feng Cang menuangkan teh untuk Wang Wei meskipun masih merasa tidak yakin.
Ruangan hening untuk beberapa waktu. Mereka semua menatap Wang Wei yang meminum tehnya dengan santai, terlihat mati rasa dengan semua tatapan yang ditujukan padanya.
Sepuluh menit kemudian, dia meletakkan cangkirnya. "Aku pergi," ucapnya lalu berdiri.
Feng Cang, Feng An, dan Ah Shen menatap punggung Wang Wei yang menjauh.
"Dia... benar-benar pergi," ucap Feng Cang.
Feng An tersenyum kecil. "Kenapa? Apa kamu merasa kehilangan?"
Feng Cang mendengus. "Apa kamu pikir aku gila?"
***
Gu Qishao menatap gedung di belakangnya. "Aiya, aku tahu gadis itu pasti tidak akan merindukanku," ucapnya dengan sedih.
"Dia benar-benar tidak memiliki hati," rutuknya sambil membuka layar ponsel yang menampilkan foto Feng Cang.
Dia menatap foto itu sejenak lalu tersenyum. "Bahkan kalau dia tidak memiliki hati, aku masih tidak bisa tidak jatuh cinta padanya."
Dahinya berkerut saat memikirkan sesuatu. "Tapi apa yang Setan lakukan di sini?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Bukankah dia orang penting dari organisasi itu? Bagaimana dia bisa begitu santai?"
Ya, Gu Qishao mengenal Wang Wei. Tetapi, laki-laki itu tidak mengenalnya dengan cukup baik. Dia hanya tahu bahwa Wang Wei adalah seseorang dari organisasi yang sama dengan Feng Cang dan memiliki posisi yang lebih tinggi di sana.
Dia bahkan tidak tahu nama asli pria itu mengingat orang-orang di luar negeri kebanyakan hanya akan memanggilnya dengan Setan.
Gu Qishao berdecak kesal. "Aku ke sini supaya bisa memiliki lebih banyak waktu bersama Little Cang," gumamnya. "Kenapa semua orang malah ikut kemari?"
Dia mengepalkan tangannya dengan mantap. "Apapun yang terjadi, aku tidak boleh kalah dari mereka!"
Jadi, saat asisten Gu Qishao datang untuk menjemputnya, dia melihat seorang laki-laki yang berdiri di pinggir jalan sambil berbicara sendiri.
"Qishao, jika aku tidak mengenalmu, aku mungkin akan berpikir bahwa kamu orang gila," komentarnya yang hanya dibalas dengan pelototan oleh laki-laki itu.
"Masuklah!" perintah asistennya sambil membukakan pintu mobil. "Apa kamu tidak tahu kalau kita memiliki jadwal yang padat? Bagaimana kamu bisa pergi bermain di saat-saat seperti ini?"
Gu Qishao ingin mengelak tapi menutup mulutnya kembali saat melihat ekspresi kesulitan gadis di depannya. Hmm, itu pasti sulit baginya untuk menjadi asisten artis populer seperti dirinya.
Jika asistennya mendengar ini, dia mungkin akan langsung menampar laki-laki itu. Ini semua tidak akan begitu sulit kalau kamu tidak seenaknya sendiri!
***
Feng Cang menatap Feng An yang masih berdiri di depannya. "Tidakkah kamu juga..."
"Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," potong Feng An dengan senyum yang masih terpampang di wajahnya.
Dia mengalihkan pandangannya ke Ah Shen. "Hanya kita berdua."
Feng Cang menoleh ke Ah Shen yang terlihat canggung.
"Ah! Aku rasa aku harus pergi mengecek sekertarisku," ucap Ah Shen dengan kikuk. "Yah, mari kita lihat kecerobohan apalagi yang dia lakukan."
Dia melirik Feng Cang lalu mengangguk mengerti dan berbalik pergi. Dia juga cukup perhatian untuk menutup pintu setelahnya.
Setelah memastikan bahwa hanya ada mereka berdua di ruangan itu, senyum di wajah Feng An menghilang dan digantikan dengan raut wajah serius.
Dia melepaskan jaket kulit yang dia kenakan lalu melemparkan diri ke sofa di seberang Feng Cang. "Dengarkan aku," perintahnya.
Feng Cang buru-buru meletakkan kue yang ada di tangannya dan menajamkan telinganya, bersiap mendengarkan Feng An. Dia tahu kalau Feng An jarang bertindak begitu serius dan tiap dia melakukannya, itu pasti menjadi sesuatu yang penting.
"Aku baru saja mendengar kabar dari organisasi," ucap Feng An.
Feng Cang berkedip.
"Mana yang ingin kamu dengar terlebih dahulu? Kabar baik atau kabar buruk?"