Di dalam mobil, Ah Shen melirik Feng Cang dan Wang Wei yang saling menatap tajam. Uh, seandainya tatapan bisa membunuh, mereka berdua pasti sudah mati sejak tadi.
"Wang Wei," panggil Feng Cang dengan nada rendah.
"Ya, sayangku?" sahut Wang Wei dengan senyum main-main yang menghiasi wajahnya.
"Turun dari mobilku! Apa kamu ingin ikut pulang?!"
Wang Wei mengangguk ringan.
"..." Apa maksudmu? Apa kamu benar-benar ingin mengikutiku pulang?!
Wang Wei menatap Ah Shen yang tiba-tiba mengerem. "Apa kita sudah sampai?"
Ah Shen mengangguk kaku.
Wang Wei menatap gedung perkantoran di depannya dan alisnya saling bertautan.
Ah Shen dan Feng Cang turun dari mobil. Wang Wei mengikuti mereka mau tak mau. Dia hanya diam sambil menatap sekelilingnya dengan perhatian saat para pegawai menyapa mereka dengan ramah.
"Kamu tinggal di kantor pria ini?" tanya Wang Wei saat mereka berada di dalam lift.
Feng Cang mengangguk.
"Hanya berdua?" Wang Wei menatapnya tajam.
"Hmm, kenapa? Dia kakakku, oke?" Feng Cang segera menghalangi Ah Shen dari pandangan Wang Wei, takut pria itu tiba-tiba menyerang secara implusif.
Wang Wei melirik Ah Shen tapi tidak mengatakan apa-apa lagi.
Ah Shen tertegun saat membuka pintu kediaman mereka. Feng Cang dan Wang Wei melihat keanehan ini dan melirik ke dalam rumah hanya untuk melihat seorang pria dengan celemek merah muda yang sedang membawa panci di dapur.
Pria itu menoleh ke pintu masuk dan tersenyum cerah saat matanya bertemu dengan mata Feng Cang. "Little Cang!" sapanya. "Kemari! Aku sudah memasak nasi goreng kesukaanmu."
Feng Cang, Ah Shen, dan Wang Wei menatap meja makan yang dipenuhi dengan berbagai macam hidangan dan tak bisa berkata-kata. Sup ayam, daging panggang, iga bakar, mie goreng, hingga roti cake tersedia di atas meja. Itu bukan hanya nasi goreng.
"Oh, Setan, kamu juga datang?" Pria itu tersenyum pada Wang Wei.
"Qiqi, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Feng Cang setelah berhasil melepaskan diri dari pesona masakan di depannya.
"Memasak," jawab Gu Qishao dengan senyuman lebar.
"Tunggu! Tunggu! Bagaimana caramu masuk ke sini?" potong Ah Shen.
"Um? Bagaimana lagi? Tentu saja lewat pintu," jawab Gu Qishao.
"Tapi tempat ini seharusnya terkunci..."
"Kakak Gu, aku sudah mendapatkan merica yang kamu minta!"
Semua orang mengalihkan tatapan mereka ke pintu masuk.
Wajah Ah Shen menggelap saat melihat siapa yang datang. "Sekertaris Shi."
Sekertaris Shi yang merupakan tangan kanan Ah Shen memucat saat melihat ekspresi bosnya yang memburuk. "Oh, hai, Direktur!" sapanya kikuk.
Ah Shen menunjuk Gu Qishao. "Kamu membawanya ke sini?"
Mata Sekertaris Shi langsung berbinar saat bertemu dengan senyuman Gu Qishao yang murni dan tidak bersalah. "Ya, Kakak Gu ingin membuat kejutan untuk Nona Feng."
Feng Cang melirik Gu Qishao. "Kakak Gu, huh?"
"Biasa. Penggemarku," bisik Gu Qishao.
Feng Cang memutar mata.
Ah Shen menarik Sekertaris Shi keluar. "Ikut aku! Pertama, kita harus melakukan 'sebuah percakapan' sebelum memutuskan aku harus memecatmu atau tidak."
"Oh, tidak. Tidak dengan 'sebuah percakapan'," ucap Sekertaris Shi dengan putus asa.
"Paman, kamu tidak mau makan bersama kami?" tanya Gu Qishao.
Sudut bibir Ah Shen berkedut. "Paman?"
Gu Qishao berkedip. Dia melirik Feng Cang dan Wang Wei di sampingnya. "Apa aku mengatakan hal yang salah?" bisiknya.
Feng Cang dan Wang Wei melihat aura membunuh yang mengelilingi Ah Shen lalu mengangguk secara serentak.
Gu Qishao yang melihat ini menjadi semakin gugup. "Paman, kamu tidak mau makan? Tidak apa-apa! Aku tidak akan memaksamu, oke? Kamu bisa pergi kalau kamu mau."
Pembuluh darah di dahi Ah Shen hampir meledak saat mendengar ini. "Kamu... bocah... aku akan memberimu pelajaran nanti. Tunggu saja!" ancamnya lalu segera pergi.
Gu Qishao menatap Feng Cang yang membuang muka, lelah berurusan dengan kebodohan Gu Qishao. Dia cemberut dan memilih untuk mengalihkan tatapannya ke Wang Wei.
"Setan, apa kamu mau makan?" ucap Gu Qishao menawarkan.
Wang Wei menggeleng. "Aku hanya memakan makanan yang dibuat sayangku."
Gu Qishao memutar kedua bola matanya dengan malas lalu mulai mengambilkan piring untuk Feng Cang.
Feng Cang menatap piring sudah diisi dengan penuh lalu mengalihkan tatapannya ke Gu Qishao yang masih tersenyum padanya. "Apa ini?"