Papanya terbangun, lalu menghampiri Mila dan Nita.
"Mila, ada apa?..., kenapa Jack nangis keras banget?...", tanya Papanya kepada Mila.
"Itu...anu...
Jack tau kalau Dhyta mau dibawa ke luar negri, untuk berobat, maaf kalau tadi ngebangunin", jawab Nita dengan nada yang gugup.
Orang tua Jack dan orang tua Dhyta adalah 4 sahabat yang memiliki ikatan yang sangat erat saat SMP-SMA, kemana pun perginya, mereka akan selalu saling menjaga, mereka terpisah saat sudah berkeluarga, dan dipertemukan kembali melalui Jack dan Dhyta (dejavu).
"Loh...
Nita, kan?...", tanyanya sembari menjabat tangan Anita, Anita merasa sungkan dengan Mila.
"I...iya", jawabnya gugup, sembari mengusap air mata dan membalas jabat tangan Papanya Jack (Nova).
"Nita, boleh tidak kalau kita sekeluarga menjenguk Dhyta dirumah sakit?...
Yah, mungkin saja ada pesan yang ingin disampaikan Jack", tanyanya, dengan nada yang lembut.
"Eh...
Boleh kok, boleh, ayo sekarang saja, soalnya berangkatnya besok pagi", Anita dengan senang hati memperbolehkan mereka bertemu Dhyta, mungkin ini akan jadi pertemuan terakhir antara Jack dan Dhyta.
"Aku siapkan mobil dulu sebentar, kalian tunggu didepan, nanti biar aku yang membujuk Jack", kata Nova, sembari berjalan menuju kamarnya untuk mengambil kunci mobil.
"Iya, cepet ya", perintah Mila kepada suaminya.
"Iya iya", jawabnya, dan dia berjalan semakin cepat, sementara Mila dan Anita menunggu didepan.
"Tok...
Tok...
Tok..."
"Jack, ini Papa, bisa buka pintunya sebentar?...", pintunya kepada putranya dengan sabar dan nada yang lembut.
"Se...sebentar Pa", jawabnya dari balik pintu, tak lama kemudian Jack membuka pintu kamarnya.
"Krieeet..."
"Jack ambil jaket ya biar nggak kedinginan, Papa mau ajak Jack keluar", ajaknya, sembari menepuk bahu kecil Jack.
"Mau kemana Pa?...", tanyanya, sembari mengusap air matanya.
"Papa sama Mama mau jenguk Dhyta di rumah sakit, Jack pasti ikut kan?...".
"Tu...tunggu se...sebentar Pa".
"Gubrak"
"*eh... Apa itu, Jack ngapain aja sih?...*", gerutunya dalam hati.
Tak lama kemudian...
"Ayo Pa!!", meraih tangan Papanya dan berlari sekencang-kencangnya, Nova yang melihat anaknya senang itupun juga ikut tersenyum bahagia, sejenak dia melupakan apa yang akan terjadi nantinya.