Chereads / The End of The Death / Chapter 16 - Chapter 16 Chapter 16 Rasa Cemburu 21++

Chapter 16 - Chapter 16 Chapter 16 Rasa Cemburu 21++

"Warning!!! Cerita ini hanya boleh di baca dengan usia 21++!!!"

"Untuk yang di bawah umur di larang membacanya!!!"

***

Jari jemari Yuki sudah menjalar kemana-mana. Bahkan kini jari jemarinya sudah menurunkan rel sleting celana milik Yuuto.

Yuki pun meraba kejantanan Yuuto sambil memainkan kedua buah kelereng itu. Sesekali ia juga meremas kenjantanan milik Yuuto.

Yuuto tidak tahan, junior miliknya menegang karena jari jemari Yuki. Besar dan keras. Bahkan Yuki dengan segaja mengayunkan tangannya dengan perlahan naik turun mengikuti ritme.

Yuuto hanya membiarkannya saja, sesekali ia mendesah karena nikmat. Ia pun berbisik dengan pelan di telinga Yuki, "Yuki, bisakah kamu mengayunkannya lebih cepat?"

Yuuto pun tidak mau kalah, ia juga ingin mendengar desahan wanita cantik ini. Lalu Yuuto pun segera berada di posisi atas untuk memimpin.

Ia pun memasukan junior miliknya dengan perlahan ke liang kewanitaan milik Yuki yang sudah basah itu sehingga memberikan sesasi yang indah. Lalu ia pun memaju mundurkan tubuhnya dengan perlahan. Tak lupa Yuki juga memaju mundurkan pinggulnya itu mengikuti ritme.

"Aaaahh, Yuu... Yuuto... ahhh… ouuhhh ahhh~" ceracaunya.

Sambil melakukan dorongan itu, Yuuto pun memberikan ciuman panas yang mengairahkan itu ke bibir wanita cantik ini. Ia melumat bibir bagian bawah milik Yuki. Kemudian ia pun memberikan gigitan manis yang menyebabkan Yuki membuka mulutnya sedikit dan memberikan kesempatan kepada Yuuto untuk melumat lidahnya.

Yuuto pun menjulurkan lidahnya kedalam mulut wanita cantik ini. Mereka saling membalas dan memainkan lidah mereka. Keduanya saling menyesap rasa sebanyak mungkin.

"Hmmm.... " gumam Yuki.

Ciuman itu bertahan sampai 5 menit, karena Yuuto sudah kehabisan nafas, ia pun segera menghentikan ciuman itu. Air liur mereka pun melekat satu sama lain.

Yuuto pun merayap ke telinga Yuki. Tak lupa ia memberikan sedikit gigitan di daun telinga wanita cantik itu serata mengecup lehernya sehingga menyebabkan wanita itu sangat bergairah dan meminta Yuuto untuk menaikkan kecepatannya.

Gesekan itu pun semakin cepat mengenai dinding rahim milik Yuki. Sampai-sampai Yuki sudah tidak tahan lagi dan mendesah dengan kuat. Yuuto pun juga demikian.

Keduanya sudah mencapai puncak kenikmatan mereka.

Ketika Yuuto hendak ingin keluar karena sudah mencapai puncak kenikmatannya, ia segera menghentikan gesekan itu. Tapi tidak bisa, malah gesekan itu terus melaju bagai kereta api yang membuat Yuuto tidak dapat menghentikannya.

Terpaksa Yuuto pun mengeluarkannya di dalam. Yuki tidak marah malah ia menyungingkan senyum tipis dan meminta untuk melanjutkan ronde kedua.

Yuuto pun mengangguk. Segeralah ia melanjutkan ronde kedua. Tapi yang memimpin sekarang adalah Yuki.

Yuki pun berada di posisi atas sedangkan Yuuto di bawah. Dengan posisi itu, Yuki memasukan junior milik Yuuto ke liang kewanitaannya.

Yuki pun menggesekkan tubuhnya kedepan dan ke belakang. Awalnya pelan tapi semakin lama gesekan itu semakin cepat karena diiringi dengan remasan tangan Yuuto tepat di kedua gumpalan yang menonjol milik Yuki itu.

Sesekali Yuuto memplintir nipple merah muda milik Yuki yang menyebabkan Yuki semakin bergairah dan terangsang.

"Ahh... ahhhh…. ouuuuhhhh… ahhhhhhhh…" ceracau Yuki.

Desahan itu membuat Yuuto bergairah di bakar panasnya api. Sesekali ia menampakkan semyumnya disela-sela jeritan keindahan itu.

Malam bergulir dari pertengahan. Kesunyian yang menghadirkan udara dingin itu dilalui Yuuto dengan sebaris kehangatan begitu juga dengan Yuki pun menerima kehangatan itu dengan mesra.

Bukan karena Yuuto ingin menjadi cepat kaya, lantas ia mau berlayar bersama Yuki ke samudera cinta. Tetapi, perempuan yang satu ini memang mempunyai daya tarik yang luar biasa. Kecupan bibirnya menghadirkan api yang memercik-mercikan gairah, sehingga dalam tempo sekejap darah Yuuto pun serasa terbakar. Sorot mata yang sayu itu pun mampu membawa alam pikiran Yuuto ke jenjang khayalan tinggi.

Berbeda dengan sorotan mata Irene yang bulat bening itu. Hanya kesejukan yang ada di mata Irene. Hanya keceriaan yang menyembur di dalam hati Yuuto. Tetapi, keceriaan itu pun di sukai oleh Yuuto.

Sayangnya, Irene mulai menaruh rasa cemburu terang-terangan kepada Yoona, sebab ia tahu Yoona pergi bersama Yuuto. Gadis itu bahkan menemui Yoona dan berkata dengan ketus,

"Apa untungnya membawa pergi cowok orang sih?"

Tentu saja ia tersinggung dan segera bertaka, "Bicaralah pakai otak, jangan pakai dengkul! Aku pergi dengan Yuuto untuk suatu keperluan. Bisnis!"

"Memang. Tapi di samping bisnis? Di samping bisnis apa nggak ada efek sampingnya?!"

"Eh, kamu maunya apa sih ngomong begitu? Kamu pikir cuma kamu yang berhak mendapatkan Yuuto?"

"Oh, jadi kamu sudah ngaku kamu pingin mendapatkan Yuuto? Bagitu?"

Plaaakkk...! Mulut Irene di tampar oleh Yoona dengan keras.

Irene tidak mau kalah, ia juga menampar muka Yoona dengan keras. Plaaakkk...!

"Berhenti! Berhenti kalian!" teriak Yuuto segera berlari dari perpustakaan ke arah mereka.

"Atur omongan pacar mu itu, Yu!" geram Yoona.

Irene menyahut, "Dia yang nggak punya aturan! Dia ngajak kamu pergi tanpa seizin aku!"

Yuuto jengkel, lalu berkata, "Nggak ada yang perlu di minta izin untuk pergi bersama ku! Kamu tidak berhak, Yoona juga tidak berhak! Aku muak dengan cara kalian ini! Muak!"

Kata-kata itu ternyata di hiraukan oleh Irene. Bahkan, pada malam hari Irene berani datang sendirian ke rumah Yuuto. Di halaman, ia bukan bertemu dengan Om Ripto atau tantenya Yuuto, melainkan bertemu dengan seorang perempuan bergaun putih.

"Mau apa kemari?" tanya Yuki.

"Mau ketemu Yuuto. Kamu siapa?" Irene ganti bertanya.

"Yuki." jawabnya dengan dingin dan tatapan yang tajam ke arah Irene.

Irene sempat merinding karena tatapan itu, tapi niat untuk bertemu dengan Yuuto itu ia tanguhkan.

"Aku mau bertemu dengannya. Tolong sampaikan ke dia."

"Dia tidak ada di rumah!" ucap Yuki ketus.

"Jangan bohong! Ini sudah malam. Mau kemana ia larut malam begini jika bukan di rumah?" ucap Irene jengkel.

"Kalau tidak percaya kamu bisa berteriak dan lihat apakah Yuuto akan keluar atau tidak. Atau malah nanti yang keluar adalah keluarga sekaligus tetangganya." ucap Yuki dingin.

"Kalau begitu, Tolong sampaikan ke dia nanti bahwa aku ada datang ke sini." ucap Irene sambil melangkah meninggalkan rumah Yuuto dan masuk ke mobil.

Sebelum Irene pergi Yuki sempat berpesan kepadanya "Janganlah lagi kau berani menginjakan kaki mu di sini dan nekat menemui Yuuto. Jika tidak aku tidak akan segan-segan membeset-beset kulit mu! Ingat itu!"

"Dasar wanita gila!" balas Irene sambil menyetir mobilnya dan pergi meninggalkan kediaman Yuuto.

Yuki menghiraukan ucapan wanita itu, ia hanya menatap tajam ke arah wanita itu dengan tatapan ingin membunuh. Hawa dingin itu pun mengelilingi tubuhnya.

***

Bersambung…