"Warning!!! Cerita ini hanya boleh di baca dengan usia 21++!!!"
"Untuk yang di bawah umur di larang membacanya!!!"
***
Bergidik bulu kuduk Yuuto mendengar ucapan itu. Ia jadi berdebar-debar dan takut untuk berdebat atau memprotes tindakan Yuki. Ia membayangkan, betapa mudahnya jika Yuki mau memperlakukan dirinya seperti Irene. Bisa saja kemarahan Yuki meluap padanya jika ia bersikap membela gadis lain. Oh, tidak! Yuuto tidak ingin mengalami kematian sekeji itu. Ia lebih baik diam dan melupakan nasib Irene ketimbang harus menjadi korban kegemaran sadis Yuki.
Maka dari itu, terpaksa Yuuto pun bercumbu dengan Yuki untuk menenangkan suasana hati gadis bergaun putih itu
Yuki tersenyum dingin menikmati keindahan dan kenikmatan itu. Matanya yang sayu memancarkan pesona indah yang mendebarkan hati Yuuto sehingga Yuuto pun terbawa suasana.
Tapi kali ini cara bercumbu itu berbeda dari biasanya. Yuki mengikat tangan Yuuto di tempat tidur dan menutup mata Yuuto dengan kain putih bening sehingga penampakan Yuuto tampak kabur dan berbayang.
"Yuki, apa yang kamu lakukan?" tanya Yuuto cemas.
"Tenang lah dan nikmati saja." jawab Yuki pelan.
Di bukanya kancing baju Yuuto dan di usap-usapnya dada Yuuto perlahan. Jari jemari itu mulai nakal dan merayap mulai dari dada, perut, hingga ke bagian bawah.
Di turunkannya sleting celana Yuuto perlahan dan di keluarkannya junior milik Yuuto.
Junior milik Yuuto masih dalam keadaan lemas dan belum siap menerima serangan mendadak.
Sehingga pada saat itu, jari jemari milik Yuki memainkan kedua kelereng yang melekat di sebelah junior milik Yuuto.
Yuuto terangsang, perlahan juniornya mulai bangkit meskipun belum terlalu sempurna.
Jari jemari itu mulai meraba junior milik Yuuto. Perlahan Junior itu pun menerima respon yang sangat lembut sehingga ia pun menegang dengan keadaan yang keras dan panjang.
Yuki tersenyum, ia pun mengayunkan tangannya ke atas dan ke bawah dengan perlahan sehingga desiran itu terasa oleh Yuuto yang sedang terlentang dengan tangan di ikat dan mata tertutup oleh sehelai kain tipis berwarna putih.
Yuuto tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa diam saja dan menerima perlakuan seperti itu.
"Yuuto, kenapa kamu tidak mendesah? Aku ingin sekali mendengar desahan mu itu." bisik Yuki pelan dengan posisi mengayunkan junior milik Yuuto.
Yuuto sadar yang di inginkan gadis cantik itu bukan cumbuan kenikmatan melainkan ia ingin mendengar jeritan orang.
Yuuto pun diam saja dan tidak menjawab ucapan Yuki. Ia menahan desahannya karena ia tahu yang di inginkan gadis itu adalah jeritan kenikmatan.
"Yu, Kenapa kamu tidak mendesah?" ulangnya.
"Apakah kamu kurang menikmatinya? Jika begitu aku akan mengayunkan tangan ku lebih cepat supaya kamu mendesah." lanjut gadis itu.
Yuki pun mengayunkan tangannya lebih cepat. Sedangkan Yuuto sudah di bakar panasnya api, ia ingin sekali mengeluarkan desahan itu tapi desahan itu ia tahan. Sesekali ia mengigit bibirnya sehingga memberikan bekas luka.
"Yu, janganlah di tahan. Keluarkanlah semua, sayang." bisik Yuki.
Yuki pun mulai nakal, ia pun memainkan lidahnya di sekeliling junior milik Yuuto sambil menjilati dan melumatnya dengan lembut. Junior yang berada di dalam mulut Yuki di permainkan oleh lidah gadis cantik itu. Sesekali ia menjilat, sesekali ia mengigit. Sehingga Yuuto tak tahan lagi. Ia pun mendesah "Ahhh.... Yuki, panas!"
Junior milik Yuuto kepanasan berada dalam mulut Yuki. Mendengar desahan itu, Yuki terbakar gairah api. Ia pun semakin agresif mempermainkan junior milik Yuuto.
Selama sepuluh menit junior milik Yuuto di permainkan oleh Yuki, meskipun Yuuto sendiri merasakan kenikmatan itu, tapi Yuuto tetap masih memikirkan kejadian terbunuhnya Irene yang terlintas dalam benaknya.
Junior milik Yuuto di hampitkan di tengah gumpalan dada milik Yuki dan di geseknya, sehingga tanpa sadar junior milik Yuuto seperti bertambah panjang meskipun sedikit.
Setelah sudah keras dan panjang tak lupa Yuki memasukannya ke area vitalnya. Digoyangkannya pinggulnya maju mundur dengan perlahan menuju kecepatan sesuai dengan ritmenya.
"Ahhh…. hah…. ahhh… ehmm… hmm…. ahhh… hah…"
Yuuto hanya bisa mendesah, ia tidak tahu lagi apa yang bisa di perbuatnya dengan keadaan terikat seperti itu. Yang di pikirkan Yuuto hanyalah kematian Irene, ia tidak terlalu bernapsu untuk bercumbu tetapi pasangannya malah sangat bernapsu dan bergairah, sehingga Yuuto menjadi boneka pelampiasan napsu nya itu.
Setelah Yuki telah mencapai puncak asmarnya, ia pun ingin melanjutkan ke ronde dua. Yuuto hanya mengangguk dengan napas terengah-engah karena sangking lelahnya. Tapi ia tidak berani membantah permintaan gadis cantik itu karena jika berani melawan maka nyawanya adalah taruhannya.
Malam yang dingin itu pun menjadi tempat bagi Yuki untuk melampiaskan hawa napsunya.
***
Spot iklan untuk TV itu ternyata membawa sukses yang luar biasa bagi Yuuto. Tentu saja melalui kecantikan Yuki. Perusahaan lain yang bergerak di bidang mode pakaian, juga menawarkan kontrak iklan kepada Yuki. Jelas semua pembicaraan melalui Yuuto. Yuki tak pernah mau berembuk dengan orang lain. Secara tak langsung ia telah mengangkat Yuuto sebagai managernya.
Selain bertindak sebagai manager, Yuuto juga sebagai photographer khusus untuk Yuki. Baik secara terang-terangan mau pun secara sembunyi-sembunyi. Tetapi, tak satu pun foto mereka ada yang jadi. Pada umumnya begitu film di cetak, wajah Yuki tak ada dalam foto tersebut. Hanya warna hitam yang ada, tak berbentuk sama sekali. Meski pun di cetak di laboratorium yang memiliki peralatan cetak modern, multi canggih, hasilnya tetap sama. Hitam. Tetapi, jika Yuuto yang melakukan pemotretan, hasilnya terang, jernih dan sangat menawan.
Keberhasilan dalam iklan pakaian pun membuat taraf hidup Yuuto jauh lebih baik lagi. Dari produk shampoo sendiri ia memperoleh bonus sebuah rumah mewah, lengkap dengan perabotnya. Dari perusahan pakaian, Yuuto dan Yuki mendapat sebuah mobil mewah sport karena ledakan peningkatan produk terjadi sejak Yuki menjadi model iklannya.
Karena takut Yuki di pakai produk lain, akhirnya kedua perusahaan berbeda produk itu mengajukan penandatanganan kontrak baru yang bersifat mengikat. Perjanjisn tersebut menyatakan, bahwa Yuki tidak boleh dipakai sebagai iklan perusahaan lain, sekalipun berbeda produk. Sebagai imbalannya, kedua perusahaan itu sanggup memberikan jaminan hidup, bonus setiap bulan yang cukup besar, dan mengangkat Yuuto serta Yuki sebagai ekskutif staf. Tentu saja Yuki tidak mau sibuk, hanya Yuuto saja yang menangani semua masalah tersebut.
Hal itu dilakukan, karena masyarakat mulai tergila-gila dengan kedua iklan tersebut. Setiap penayangannys di TV, semua orang pasti terpesona dan terkagum-kagum kepada Yuki. Akibatnya, banyak yang meniru gaya dan pakaian Yuki, banyak yang menggunakan shampoo seperti yang di pakai dalam iklannya Yuki.
***
Bersambung...