"Warning!!! Cerita ini hanya boleh di baca dengan usia 21++!!!"
"Untuk yang di bawah umur di larang membacanya!!!"
***
Yuuto terbengong. Benar-benar tidak mengerti harus bersikap bagaimana. Yang ia tahu, perempuan cantik itu makin mendekat dan memancarkan pesona indah dalam kesayuaan matanya yang berbulu lentik itu.
"Yuuto, kamu telah membangkitkan birahi ku." bisik Yuki sambil meraba lengan Yuuto, merayap sampai ke pundak. Matanya yang sayu mengikuti rabaan itu. Bahkan kini rabaan tangan sampai ke pipi Yuuto.
"Jika kamu bersedia mengisi birahi ku, kamu akan ku keluarkan dari liang kubur mu... " lanjut Yuki.
Sarung tangan yang sejak tadi di pakai itu kini di lepaskan. Yuuto masih terkesima oleh keadaan yang jauh di luar dugaannya. Ia nyaris tidak mempercayai apa yang di dengar dan di lihatnya.
Jemari tangan Yuki begitu indah dan lentik. Kukunya panjang dalam ukuran yang wajar. Ia tidak mengenakan kutek perwarna kuku, tapi kuku itu begitu bersih, bening dan menyegarkan jika di pandang. Kulit tangan yang putih bersih itu terasa lembut dan halus sekali pada saat ia meraba kembali pipi Yuuto.
"Kamu mendebarkan hati ku, Yuuto... "Bisiknya lagi. Kali ini jari jemarinya meraba bibir Yuuto. Bahkan berusaha mendesakkan jarinya agar masuk ke dalam mulut Yuuto.
Dalam keadaan serba tertegun bingung itu, Yuuto membuka sedikit bibirnya, memberi kesempatan kepada jari lentik itu agar menerobos masuk ke mulutnya. Dan, ketika jari lentik itu telah masuk ke mulut Yuuto bagian ujungnya, lidah Yuuto bergerak pelan. Memainkan ujung jari itu. Menghisapnya sesaat.
"Oooh… Yuuto, aaahh...!" Yuki mendesis dengan mata terpejam samar-samar.
Bukan hanya Yuki yang bergairah, tapi Yuuto sendiri menjadi berdebar-debar dibakar gairah kenjantannya. Sebab, pada saat itu Yuki menarik kain kafan Yuuto pelan-pelan. Sangat pelan, sehingga gerakan lepasnya kain itu membuat desiran-desiran indah di hati Yuuto.
Ketika kain kafan itu terlepas, dan jatuh terkulai di lantai, Yuuto masih saja seperti orang bego yang terbengong dalam menghadapi sikap perempuan cantik itu. Ia bahkan diam saja ketika tangan Yuki berpindah jamahannya ke dada Yuuto. Ia mengusap-ngusap dada itu dengan kepala mulai di rebahkan di bahu Yuuto, sehingga secara naluriah Yuuto mencium rambut Yuki dengan perlahan-lahan.
Gerakan tangan Yuki pun cukup pelan ketika merayap turun melintasi perut Yuuto.
Kemudian dengan perlahan, jari jemari itu pun turun ke bawah, tepat di junior Yuuto. Jari jemari Yuki yang lentik itu pun perlahan meraba junior yang sudah tegang dan keras itu. Ia pun memainkan kedua buah kelereng yang melekat di junior milik Yuuto sambil meremasnya sesaat.
"Yuki... " bisik Yuuto dalam desahan yang tipis, sekujur tubuh Yuuto bergetar di usap dan diremas pelan-pelan oleh Yuki.
Yuuto mulai melayang-layang dalam keindahan, karena pada saat itu Yuki mengecup lehernya sambil meremas dan memainkan dua buah kelereng yang melekat di juniornya itu.
Mulailah Yuuto terbuai oleh kemesraan itu. Mulailah Yuuto hanyut dalam alunan mesra Yuki.
"Keindahan ini akan menjadi milik mu selamanya, Yuuto...! Kamu menyukainya?" tanya Yuki pelan.
"Yaaaah... aku menyukainya..." bisik Yuuto nyaris tak terdengar.
Yuki, yang biasanya bertindak keji terhadap roh-roh persembahan baginya, kali ini ia bersikap semanis madu, seindah pelangi. Ia pun melepaskan kimononya, sengaja di gelar di lantai marmer itu. Matanya tak henti-henti memandang Yuuto dengan sayu. Kesayuan mata itu lah yang membuat Yuuto semakin di pacu untuk bercumbu
Tubuh Yuki ternyata tanpa cacad sedikit pun. Kulitnya mulus dan indah. Bukan hanya itu saja, gumpalan dada menonjol itu yang tadinya tertutup sebagian kini terpampang nyata. Besar dan indah. Membuai hati setiap lelaki.
"Yuuto, kemarilah...! Kemari, Sayang...!" ucap Yuki menggoda.
Yuki setengah berbaring, tangan kanannya terulur bagai menunggu tubuh Yuuto. Junior Yuuto sudah tidak tahan di bawah sana dan bergerak-gerak segera ingin masuk ke dalam liang kewanitaan milik Yuki. Maka, ketika Yuuto mendekat dan berlutut, Yuki segera memeluk Yuuto.
Yuuto pun perlahan mengecup bibir Yuki sehingga memberikan desiran manis di bibir Yuki. Kemudian Yuuto sengaja mengigit bibir bawah Yuki dengan perlahan dan lembut agar Yuki membuka sedikit mulutnya. Dan ternyata benar, Yuki membuka mulutnya sedikit sengaja memberikan kesempatan kepada Yuuto. Segerahlah Yuuto menjulurkan lidahnya dan memainkannya di dalam mulut Yuki. Yuuto pun melumat lidah Yuki dan menyesap rasanya sebanyak mungkin. Yuki pun tidak mau kalah di balasnya lumatan itu. Air liur mereka pun saling bercampur satu sama lain. Panas dan mengairahkan. Pada saat paru-paru Yuuto sudah kehabisan oksigen, segeralah ia menghentikan ciuman itu. Ciuman itu berhenti dengan keduanya ngos-ngosan.
Yuuto pun mengigit daun telinga Yuki dengan lembut. Dan menjilatnya sesaat kemudian perlahan merayap ke arah leher. Yuuto pun mengecupnya dengan tangan yang sedang meremas gumapalan dada Yuki. Di cubitnya nipple (puting) Yuki sesaat.
Yuki pun mendesah seketika karena kenikmatan yang ia peroleh.
Yuuto sudah tidak tahan lagi ingin memasukkan juniornya, tetapi ia ingin memastikan dahulu apakah area bawah sudah basah apa belum. Jika belum basah maka Yuki akan kesakitan jika Yuuto memasukkan juniornya yang besar dan keras ini.
Kemudian tangan Yuuto pun perlahan merayap ke turun ke perut sambil memainkan pusar milik Yuki. Setelah itu ia pun merayap ke bagian bawah, tepat di kemaluan Yuki.
Yuuto pun meraba area bawah, mengecek apakah sudah basah apa belum. Dan ternyata sudah sangat basah.
Segeralah Yuuto berbisik di telinga Yuki. "Yuki, Apakah kamu sudah siap untuk di masukkan oleh junior ku ini?"
"Hmm... " gumam Yuki yang hampir tidak terdengar itu.
Yuuto pun memasukkan juniornya secara perlahan ke dalam area terlarang itu. Cairan putih itu pun melumasi junior Yuuto di dalam. Terasa hangat dan panas.
Yuuto pun mulai mengeseknya dengan gerakan maju mundur secara perlahan sambil mengecup leher Yuli dan meremas dua gumpalan yang kenyal dan besar itu.
Yuki mendesah keenakan. Karena desahan itu, memicu Yuuto menjadi sangat bergairah dan terangsang. Ia pun menunjukkan kejantannya dalam bercumbu.
Tanpa basa-basi lagi, ia pun bergerak dari perlahan menjadi cepat dan bahkan sangat cepat sehingga Yuki meremas pundak Yuuto bahkan tanpa tau ia telah mencakarnya.
Gerakan maju mundur itu sungguh cepat sampai membuat Yuki terus mendesah karena kenikmatan yang ia terima itu.
Akhirnya perahu cinta mereka pun melaju ke lautan asmara. Terombang ambing di permainkan oleh ombak.
Pada saat Yuuto berada di puncak ketinggian asmaranya, ia merasa masuk ke lorong kegelapan. Gelap sekali. Ia menjerit-jerit antara di hujam sejuta panah kenikmatan dengan di cekam rasa takut yang membuatnya menggeragap. Tubuhnya bagai di dorong melesat melalui lantai yang amat kecil. Tak bisa Yuuto berusaha menghentikan tubuhnya yang terdorong cepat itu.
***
Bersambung…