Pada saat Yuuto berada di puncak ketinggian asmaranya, ia merasa masuk ke lorong kegelapan. Gelap sekali. Ia menjerit-jerit antara di hujam sejuta panah kenikmatan dengan di cekam rasa takut yang membuatnya menggeragap. Tubuhnya bagai di dorong melesat melalui lantai yang amat kecil. Tak bisa Yuuto berusaha menghentikan tubuhnya yang terdorong cepat itu.
"Yuki...! Yuki, tolong aku...! Yuki, kenapa aku ini...!" teriak Yuuto ketakutan.
Lorong itu sepertinya berbentuk semacam gorong-gorong yang panjang dan sempit. Kadang Yuuto merasa berguling-guling dalam keadaan tetap meluncur cepat, kepalanya paling depan.
Makin kama lorong itu terasa makin sempit, makin memutar-mutar tubuh Yuuto dalam keadaan telentang. Yuuto tak sempat lagi berteriak, karena napasnya amat sesak. Kecepatan meluncurnya bagi menghentak dada dan menekan paru-paru. Jantung Yuuto sendiri tidak berdetak sedikit pun. Gerakan itu makin cepat, dan cepat sekali. Yuuto bagai melayang-layang entah kemana, dan tak tahu apa lagi yang di rasakannya.
Rasa kenikmatan itu sungguh luar biasa seperti di hujam seribu panah asmara dengan di iringi rasa takut yang sangat mencekam.
Entah berapa lama Yuuto tak sadarkan diri. Begitu ia siuman, pertama-tama yang ia rasakan adalah rasa sakit pada kepalanya. Berdenyut-denyut. Ia menyeringai ketika hendak bangkit dari posisinya yang terbaring. Niat itu ia tangguhkan. Ia menenangkan diri lebih dulu. Mengatur pernapasannya yang sedikit berat dihela.
Setelah napasnya bisa longgar lagi, denyut kepalanya mulai mereda, barulah mata Yuuto dibuka. Dan, ia tersentak kaget melihat langit-langit sebuah kamar. Ia ingat eternit itu adalah eternit kamarnya. Poster Brooke Shields yang tertempel di dinding itu adalah poster yang ada dikamarnya.
Yuuto menggeragap dan bergegas bangkit. "Oooh... Aku berada di kamar ku sendiri!?" gumamnya dengan terheran-heran dan tegang.
Matanya memandang liar sekeliling, menyusuri tiap benda yang ada di kamarnya. Bahkan ia berdiri di depan cermin memperhatikan tubuhnya, ternyata ia dalam keadaan mengenakan kaos oblong hiru dan celana pendek bekas jeans panjang yang telah di potongnya. Itulah pakaian Yuuto jika berada di rumah.
"Astaga... Kaki ku menginjak lantai!?" gumamnya lagi.
Kaki kanannya di hentak-hentakkan dan ternyata benar, kaki itu menginjak lantai.
"Aku telah hidup lagi!? Oh, hidup lagi...!?" Yuuto kegirangan. Hampir saja ia melonjak dan bersorak kalau tak segera menyadari, bahwa saat itu ia mendengar suara orang tahlilan di ruang depan.
Malam hening, hanya ada suara orang bertahlilan. Pintu kamar dalan keadaan tertutup. Yuuto termenung beberapa saat di dalam kamarnya.
"Mereka pasti sedang membacakan doa untuk arwah ku." pikirnya. "Sebaiknya aku segera keluar dari kamar ini dan memberitahukan kepada mereka bahwa aku belun mati, bahwa aku masih bisa bangkit kembali. Tapi, bagaimana jika mereka menyerbuku dengan berbagai pertanyaan? Haruskah ku ceritakan yang sebenarnya tentang Yuki, tentang Bapaknya Jessy dan sebagainya? Ah, jangan! Jangan di ceritakan yang sebenarnya kalau aku terikat perjanjian hanya hidup setahun. Nanti malah membuat ayah dan ibu bersedih menunggu saat-saat perjanjian ku tiba. Sebaiknya ku ceritakan hal-hal lain, atau... atau berpura-pura tak mengerti, mengapa aku bisa hidup lagi... "
Benar. Yuuto keluar dari kamarnya. Karena kamarnya berdekatan dengan ruang makan, sedangkan di ruang makan ada beberapa ibu PKK yang ikut membantu menyiapkan komsumsi tahlilan itu, maka mereka pun kontan tersentak kaget.
"Aaaa...!!!"
Mereka saling berjeritan dengan histeris. Lari tunggang-langgang, menabrak apa yang bisa di tabrak. Bahkan ada seorang ibu yang jatuh seketika. Pingsan begitu melihat Yuuto keluar dari kamarnya.
"Jangan takut...! Jangan takut! Saya hukan hantu!" ujar Yuuto secepatnya.
Tetapi, mana ada manusia yang tidak merasa takut begitu melihat orang yang sudah tiga hari di makamkan kini muncul di hadapan mereka?
Mereka yang duduk rapi bersila di ruang depan juga menjadi morat-marit begitu melihat Yuuto muncul dari ruang makan. Tak peduli yang tua maupun yang muda, semuanya berusaha ke luar dari rumah dengan berjejal-jejal di pintu, sehingga Pak Haji Syukur, tetangga belakang rumah itu jatuh terinjak-injak yang lain.
"Hei, saya manusia! Sata bukan roh! Bukan hantu...! Jangan takut...!" Yuuto berteriak.
Teriakan itu justru membuat setiap orang berlari menjauhinya. Tante Mayumi pingsan lagi, juga ibunya Yuuto. Sementara itu, ayahnya Yuuto hanya menahan tangis kedukaan di ambang pintu tamu. Ia tak berani mendekat.
"Kembalilah ke alam mu, Nak…! Kembalilah dan jangan ganggu kami...!" ucap sang ayah ketakutan.
"Aku tidak menganggu! Aku memang hidup." bantak Yuuto mulai tegang dan cemas.
Repotnya, tak ada satu pun dari mereka yang mau percaya dengan kebangkitan Yuuto. Semua menganggap Yuuto adalah setan. Hantu yang perlu di jauhi.
"Apa gunanya aku hidup lagi kalau kalian menjauhi ku!" teriak Yuuto dengan terengah-engah menahan marah dan kesedihan.
***
Awalnya adalah pembuktian keberadaan Yuuto. Makamnya di gali lagi, di saksikan oleh pihak yang berwajib dan masyarakat sekitarnya. Makam yang tanahnya masih basah itu di gali beramai-ramai dengan masing-masing manusia menyimpan rasa penasaran. Oleh ibunya, Yuuto di larang ikut dalam penggalian itu. Karenanya, ia hanya boleh menunggu kabar di rumah, sambil memberi penjelasan kepada mereka yang mengerumuninya.
Tak sampai setengah jam, kuburan Yuuto selesai tergali. Papan-papan penutup bagian atas jenazah di buka. Salah seorang berteriak dari dalam liang.
"Kosong...! Hanya ada kain kafannya saja!"
"Ajaib!" gumam ayah Yuuto.
"Anak itu benar-benar bangkit dari kubur!"
Maka, suasana semakin heboh. Teman-teman kampusnya, dari Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi, memanfaatkan berita kebangkitan Yuuto sebagai berita andalan untuk beberapa koran dan majalah. Yuuto sendiri menjadi sibuk, karena bukan masyarakat umum saja yang harus di layani pertanyaan, melainkan dari pihak kepolisian juga mengajukan beberapa pertanyaan. Di khawatirkan Yuuto melakukan penipuan untuk mendapatkan uang sumbangan kematian dari masyarakat, atau sengaja menciptakan 'move' untuk meresahkan masyarakat. Tetapi, dari berbagai pemeriksaan termasuk tes medis, Yuuto di nyatakan benar-benar telah hidup kembali dari kematiannya, tanpa mempunyai motivasi apa-apa.
"Saya hanya merasa terlempar dalam lorong yang panjang sekali dan gelap. Selebihnya saya tidak tahu apa-apa. Begitu sadar, saya sudah berada di kamar. Saya juga tidak merasakan sakit pada kepala saya, yang waktu itu pecah akibat kecelakaan. Saya tidak tahu kalau saya mengalami kecelakaan yang fatal. Bahkan sampai sekarang saya masih sangsi, sebab di tubuh saya tidak ada luka sedikit pun... "
Begitulah penjelasan Yuuto, merakit cerita menyembunyikan fakta. Masa hebohnya itu berlangsung selama satu minggu. Lewat dari satu minggu, hanya berupa kasak-kusuk mereka yang mulai menduga-duga apa dan bagaimana kematian Yuuto itu sebenarnya. Yuuto tetap merahasiakan tentang pertemuannya dengan Yuki. Sunny, Yohan, Ryan, Simon dan lainnya, yang di anggap dekat dengan Yuuto, tetap tidak pernah mendengar cerita tentang perempuan cantik bernama Yuki.
***
Bersambung…