Kabayan pamit pulang kepada Jones setelah mendengar cerita tentang Emily, dia berjanji untuk berkunjung lagi lain kali. Awalnya dia berniat untuk bertanya tentang sihir yang dilakukan Jones dan ingin tahu jika dia bisa belajar darinya, namun setelah mendengar cerita Emily dan tentang Wisesa yang pernah datang ke Leviana, dia ingin beristirahat untuk sejenak.
Dia juga merasa Jones sudah cukup banyak berbicara hari ini dan khawatir jika pria lanjut usia itu sesak napas karena terlalu banyak berbicara.
Jones mengatakan bahwa ia berusia 73 tahun, meskipun dia terlihat berumur 50 tahun namun mana yang ada dalam tubuhnya membuat tubuhnya lebih kuat dan bisa memperlambat proses penuaan.
Kabayan tertarik dengan mana yang ada di dunia ini, dia berencana untuk bertanya tentang mana ketika dia bertemu lagi dengan Jones. Dia pun langsung bergegas menuju kediaman keluarga James.
" Oh Bayan, selamat datang. Maaf kami sudah selesai makan malam, tapi kami sudah menyiapkan makan malam untukmu, jadi ayo makan dulu di dalam. " Samantha menyambut Kabayan yang berada di depan pintu rumahnya.
" Terima kasih Teh Samantha, maaf merepotkan " Jawab Kabayan malu malu. Dia langsung disambut Mathew yang menemaninya makan malam, Mathew sengaja menunggu Kabayan untuk makan malam bersamanya.
" Padahal mah makan duluan aja nanti mah Mat "
" Ya nanti Ka Bayan makan sendirian dong "
" Ya gak apa apa atuh, James kemana Mat? "
" Ayah sudah tidur, dia merasa lelah setelah bertarung dan langsung beristirahat sesudah makan malam "
" Ya pasti cape, dia tadi bisa ngeluarin cahaya cahaya gitu dari pedangnya, eta goblin kelihatan lebih empuk dari kikil sapi "
" Kikil..? Ayah menyalurkan mana pada pedangnya untuk memperkuat pedang itu, jadi ya jangan harap goblin itu bisa selamat! haha "
" Oh itu teh Mana juga, Ayah mamat teh dukun juga kayak Ki Jones? "
" Dukun..? Kakek Jones itu penyihir, dan Ayah hanya petarung, bukan penyihir kak "
Obrolan mereka terhenti karena Samantha menyuruh mereka menyelesaikan makannya terlebih dahulu dan melanjutkan pembicaraan mereka nanti. Samantha tersenyum hangat melihat Mathew akrab sekali dengan Kabayan.
" Sudah Mamat temani Bayan saja, biar Ibu saja yang cuci mangkoknya "
" Tuh kan.. Ibu jadi ikut ikutan Kak Bayan sama Ayah juga.." Samantha tertawa kecil melihat sikap Mathew yang seperti itu, Mathew baru saja menginjak usia 17 tahun dan Samantha merasa bahwa Mathew melihat Kabayan sebagai sosok seorang kakak.
Kabayan dan Mathew duduk di kursi kayu yang ada di teras, Kabayan bisa melihat bintang kecil di langit yang gelap amat banyak menghias angkasa, dia ingin…
" Uhuk Uhuk, Ehem "
" Kenapa Ka Bayan? "
" Haha..engga apa apa Mat.. Mat tadi katanya Ayah Mamat itu petarung, tapi kok bisa punya mana? " Kabayan menjawab dengan panik dan berusaha mengalihkan pembicaraan.
" Kata Ayah sih setiap orang itu mempunyai mana, tapi tidak semua orang memiliki mana yang banyak dan tidak semuanya bisa mengontrol mana. Orang yang hanya bisa mengontrol mana akan bisa mengalirkan mana ke bagian tubuh atau senjata yang dia inginkan,namun jumlah mana setiap orang itu berbeda. Ayah hanya mempunyai mana yang biasa saja, jadi dia menjadi petarung dan berpetualang saat dia masih muda. "
" Eleuh eleuh, hebat lah Kang James mah, kalo Mamat bisa mengontrol mana juga? "
" Belum Kak, Aku masih belum terlalu lancar mengontrol mana, dan mana ku juga hanya sedikit jadi setiap mencoba mengalirkan mana ke panah, aku pasti pingsan karena kehabisan mana "
" Wah bahaya juga kalau bisa pingsan karena kehabisan mana ya "
" Iya, makanya aku cuma berlatih mengontrol dan mengeluarkan mana sebelum tidur dirumah, setiap kali kita menggunakan mana, maka kapasitas mana kita bisa saja bertambah, jadi aku cuma bisa pelan pelan berlatih setiap hari"
" Benar Mat, sedikit sedikit menjadi bukit, jangan pernah menyerah dan terus giat berusaha Mat, Kak Bayan yakin Mamat bisa jadi petarung kuat! "
" Iya Kak.." Mathew memikirkan apa yang diucapkan Kabayan sambil menggenggam erat tangannya, sorotan matanya begitu tajam, dan dia memutuskan untuk terus berlatih hingga menjadi petarung kuat seperti mimpinya sejak kecil.
Kabayan dan Mathew pun kembali ke kamarnya masing masing untuk tidur. Kabayan terbaring di kasur yang empuk dan melamun memikirkan kejadian yang terjadi hari ini, dia menarik napas dalam dalam untuk mengingatkan dirinya sendiri kalau semua ini bukanlah mimpi dan tak lama kemudian dia pun tertidur lelap.
------------------------------------------------------------------
Keesokan harinya Kabayan berkunjung ke rumah Jones dan dia disambut oleh istri Jones, Ellen.
Ellen terlihat berumur sekitar 40 tahun, namun meskipun dengan wajah yang tidak muda lagi Kabayan tau jika Ellen adalah wanita yang cantik ketika dia masih muda. Rambut putih dan wajah penuh wibawa dan keramahan yang mulai berkerut itu tidak bisa menyembunyikan sisa sisa kecantikan di masa mudanya. Ellen menyuruh Kabayan untuk menunggu di ruang tamu dan menyajikan kue dan minuman untuk Kabayan.
" Mmm.. Nikmat lah, jadi kangen goreng pisang dan kopi di rumah " gumam Kabayan sambil mengunyah kue buatan Ellen.
" Bayan, ayo ikut denganku " Ucap Jones yang baru saja tiba di ruang tamu, dia menggunakan baju dan jubah panjang dan dia membawa keranjang kecil.
" Eh Selamat Pagi Ki Jones " ucap Kabayan sambil meraih tangan Ki jones untuk melakukan salam. Jones tersenyum kecil dan menuju ke arah pintu keluar.
" Ki.. kue nya belum habis.. " Jawab Kabayan yang kembali memasukan kue ke dalam mulutnya itu. Namun ia berhenti mengunyah ketika dia melihat Jones hanya diam dan hanya mengerutkan dahinya.
" Biarkan dia menghabiskan kue nya dulu sayang " ucap Ellen dengan senyum yang membuat bulu kuduk Kabayan merinding, Jones pun hanya menghela napas panjang dan duduk di dekat Kabayan.
" Tidak apa apa Bu Ellen, berangkat sekarang aja.." namun Kabayan terdiam ketika melihat Ellen memberikan senyuman yang sama kepadanya.
" ha..haha.. Tapi kue nya enak sekali jadi aku habiskan saja dulu ya.. " Ucap Kabayan dengan gugup, dia merasakan keringat dingin di punggungnya.
" Ya silahkan dihabiskan " Jawab Ellen dengan senyumannya.
Kabayan melirik ke arah Jones yang ikut memakan kue yang Ellen buat dengan wajah yang tenang, namun Kabayan bisa melihat ada keringat di dahinya. Kabayan merasa kagum dengan Jones yang ternyata adalah seorang susis yang tangguh.